_*مرحبا شهر ربيع الأول شهر ولد فيه سيد الكونين سيد الثقلين سيدنا محمد صلى الله عليه وسلم*_
*PERAYAAN MAULID NABI*
By: Mohammad Bahauddin
Pada bulan ini kita bisa merayakan bersama-sama bulan kelahiran tokoh besar pemimpin ummat Nabi Besar Muhammad SAW dalam suasana damai dan sejahtera. Walaupun beliau lahir dan tampil sebagai pemimpin dunia lima belas abad yang lampau, tetapi dampak dan jejak serta manfaatnya tetap bisa kita rasakan sampai hari ini. Hal itu tidak lain karena apa yang disampaikan Oleh Nabi Muhammad baik yang tertuang dalam Al Quran maupun Sunnah, tidak hanya berupa aturan-aturan yang abstrak, tetapi merupakan ajaran-ajaran yang konkret yang bisa diterjemahkan ke dalam perilaku sehari-hari, di mana beliau sendiri menjadi uswatun hasanah (teladan yang baik), bagi umatnya hingga hari ini. Keluhuran akhlak Nabi itu ditegaskan bahwa; “kaana khuluquhul qur’an, seluruh berperilaku Nabi adalah cerminan dari nilai-nilai luhur yang ada dalam Al Quran.
Nabi Muhammad diutus dengan mengemban tugas profetik atau tugas suci liutamimma makaarimal akhlaq (menyempurnakan akhlak manusia). Tentu saja ini tugas yang sangat berat, dan itu misi yang hampir mustahil karena mengembangkan akhlaq atau moralitas di tengah masyarakat dunia yang sedang dalam suasana jahiliyah yang sangat mapan dengan sistem sosial yang penuh diskriminasi, dengan sistem ekonomi yang penuh penghisapan; dengan sistem kekuasaan yang penuh penindasan; dan sistem religinya yang penuh kemusyrikan. Sistem yang sudah kokoh itu yang harus dibongkar dan dirombak oleh Nabi untuk diganti dengan sistem kehidupan baru yang lebih adil, lebih manusiawi.
Sangatlah penting bagi siapa saja yang menyatakan mencintai Allah swt untuk mencintai Nabi-Nya juga. Memperingati hari kelahiran Nabi SAW. (Maulid) didorong oleh perintah untuk mencintai, menaati, mengingat, dan mengikuti contoh Nabi saw., serta merasa bangga dengannya sebagaimana Allah swt menunjukkan kebanggaan-Nya dengannya.
Secara bahasa maulid adalah waktu kelahiran (Kamus Misbahul Munir, h. 671). Secara istilah para ulama mendifinisikan dengan definisi yang berbeda beda diantaranya adalah al-Imam al-Hafizh as-Suyuthi yakni berkumpulnya orang-orang, pembacaan ayat yang mudah dari Al-Qur’an, riwayat haditshadits tentang permulaan perihal Nabi serta tanda-tanda yang datang mengiringi kelahiran Nabi kemudian disajikan beberapa hidangan untuk mereka. (Alhawi lilfatawi lissuyuthi, h.18) Menurut sayyid muhammad adalah perayaan dimana orang orang berkumpul untuk mendengarkan sejarah nabi, membaca sholawat dan salam,mendengarkan pujian pujian kepadanya, memberikan makanan, memulyakan orang orang fakir dan memberikan kebahagian kepada para muhibbin. (Haulal Ihtifal, h.14)
*Dalil Perayaan Maulid Nabi*
*1. Hadits dalam kitab Shohih Bukhori*
قال عروة وثويبة مولاة لأبي لهب كان أبو لهب أعتقها فأرضعت النبي صلى الله عليه وسلم فلما مات أبو لهب أريه بعض أهله بشر حيبة قال له ماذا لقيت قال أبو لهب لم الق بعدكم غير أني سقيت في هذه بعتاقتي ثويبة
Artinya: Imam ‘Urwah bekata : “Tsuwaibah adalah hamba sahaya Abu Lahab. Dia memerdekakan Tsuwaibah, kemudian Tsuwaibah menyusui Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam. Ketika Abu Lahab meninggal, salah satu keluarganya bermimpi melihat dia dalam keadaan yang buruk. Sebagian keluarganya tersebut bertanya: “Apa yang engkau temui?”. Ia menjawab, “Setelah meninggalkan kamu, aku tidak menemui kebaikan kecuali aku diberi minuman didalam ini karena aku memerdekakan Tsuwaibah”.
Al Hafizh Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Bari (9/145-146) mengutip penjelasan Imam Baihaqi sebagai berikut “Riwayat batalnya kebaikan untuk orang-orang kafir, maksudnya bahwasanya mereka tidak terbebas dari neraka dan tidak pula masuk syurga. Boleh saja mereka diringankan dari siksa yang mereka dapati atas dosa-dosa yang mereka lakukan selain kekufuran, dengan kebaikan-kebaikan yang mereka lakukan. Beliau juga mengutip keterangan Imam Qurthubi sebagai berikut:
هذا التخفيف خاص بهذا وبهذا وبمن ورد النص فيه
Diringankan ini khusus dengan orang ini (Abu Lahab), dan orang diriwayatkan adanya nash untuk hal yang demikian. Dan apa yang dikatakan oleh Imam Ibul Munir:
لم يكن عتق أبي لهب لثويبة قرية معتبرة، ويجوز أن يتفضل الله عليه بما شاء كما تفضل على أبي طالب
Memerdekakannya Abu Lahab terhadap Tsuwaibah tidak dianggap sebagai perbuatan yang mendekatkan diri kepada Allah. Boleh saja Allah memberi anugerah kepadanya dengan apa yang Dia kehendaki sebagaimana Dia memberi anugerah atas Abu Thalib. Selanjutnya al Hafizh menutup syarah riwayat diatas dengan ucapan beliau:
وتتمة هذا ان يقع التفضل المذكور إكراما لمن وقع من الكافر البر له ونحو ذلك، والله أعلم
Melengkapi hal ini, pemberian anugerah tersebut merupakan bentuk memuliakan kepada orang yang mana orang kafir berbuat baik kepada orang tersebut dan sebagainya.
*2 Perkataan Syaikh Ahmad Ibn Hajar al-‘Asqalani dalam kitab alhawi lil fatawi imam suyuthi (Alhawi lilfatawi lissuyuthi, h.188)*
وقد سئل شيخ الإسلام حافظ العصر أبو الفضل أحمد بن حجر عن عمل المولد فأجاب بما نصه: أصل عمل المولد بدعة لم تنقل عن أحد من السلف الصالح من القرون الثلاثة ولكنها مع ذلك قد اشتملت على محاسن وضدها، فمن تحرى في عملها المحاسن وتجنب ضدها كان بدعة حسنة وإلا فلا.
“Asal peringatan maulid adalah bid’ah yang belum pernah dinukil dari kaum Salaf saleh yang hidup pada tiga abad pertama, tetapi demikian peringatan maulid mengandung kebaikan dan lawannya, jadi barangsiapa dalam peringatan maulid berusaha melakukan hal-hal yang baik saja dan menjauhi lawannya (hal-hal yang buruk), maka itu adalah bid’ah hasanah dan jika sebaliknya maka tidak termasuk bid’ah hasanah”
*3 Fatwa al-Imam al-Hafizh as-Suyuthi. Beliau mengatakan dalam risalahnya Husn alMaqshid Fi ‘Amal al-Maulid sebagai berikut:*
عندي أن أصل عمل المولد الذي هو اجتماع الناس وقراءة ما تيسر من القرآن ورواية الأخبار الواردة في مبدأ أمر النبي صلى الله عليه وسلم وما وقع في مولده من الآيات ثم يمد لهم سماط يأكلونه وينصرفون من غير زيارة على ذلك هو من البدع الحسنة التي يثاب عليها صاحبها لما فيه من تعظيم قدر النبي صلى الله عليه وسلم وإظهار الفرح والاستبشار بمولده الشريف. وأول من أحدث فعل ذلك صاحب اربل الملك المظفر أبو سعيد كوكبري بن زين الدين على بن بكتكين أحد الملوك الأمجاد والكبراء والأجواد، وكان له آثار حسنة، وهو الذي عمر الجامع المظفري بسفح قاسيون.
“Menurutku: pada dasarnya peringatan maulid, berupa kumpulan orang-orang, berisi bacaan beberapa ayat al-Qur’an, meriwayatkan hadits-hadits tentang permulaan sejarah Rasulullah dan tanda-tanda yang mengiringi kelahirannya, kemudian disajikan hidangan lalu dimakan oleh orang-orang tersebut dan kemudian mereka bubar setelahnya tanpa ada tambahan-tambahan lain, adalah termasuk bid’ah hasanah yang pelakunya akan memperoleh pahala. Karena perkara semacam itu merupakan perbuatan mengagungkan terhadap kedudukan Rasulullah dan merupakan penampakan akan rasa gembira dan suka cita dengan kelahirannya yang mulia. Orang yang pertama kali merintis peringatan maulid ini adalah penguasa Irbil, Raja al-Muzhaffar Abu Sa'id Kaukabri Ibn Zainuddin Ibn Buktukin, salah seorang raja yang mulia, agung dan dermawan. Beliau memiliki peninggalan dan jasa-jasa yang baik, dan dialah yang membangun al-Jami’ alMuzhaffari di lereng gunung Qasiyun”.
*4 Peringatan Maulid Nabi masuk dalam anjuran hadits nabi untuk membuat sesuatu yang baru yang baik dan tidak menyalahi syari’at Islam. Rasulullah bersabda:*
من سن في الإسلام سنة حسنة فله أجرها وأجر من عمل بها بعده من غير أن ينقص من أجورهم شيء (رواه مسلم في صحيحه)
“Barang siapa yang memulai (merintis) dalam Islam sebuah perkara baik maka ia akan mendapatkan pahala dari perbuatan baiknya tersebut, dan ia juga mendapatkan pahala dari orang yang mengikutinya setelahnya, tanpa berkurang pahala mereka sedikitpun”. (HR. Muslim).
*5 Pendapat Pendiri NU KH. Hasyim Asy’ari*
التنبيه الأول يؤخذ من كلام العلماء الآتي ذكره أن المولد الذي يستحبه الأئمة هو اجتماع الناس وقراءة ما تيسر من القرآن ورواية الأخبار الواردة في مبدإ أمر النبي صلى الله عليه وسلم وما وقع في حمله ومولده من الإرهاصات وما بعده من سيره المباركات ثم يوضع لهم طعام يأكلونه وينصرفون وإن زادوا على ذلك ضرب الدفوف مع مراعاة الأدب فلا بأس بذلك.
Peringatan yang Pertama : Perkara yang diambil dari perkataan para ulama yang akan diterangkan mendatang bahwasanya maulid yang disunnahkan oleh para imam itu adalah berkumpulnya orang-orang, pembacaan ayat yang mudah dari Al-Qur’an, riwayat hadits-hadits tentang permulaan perihal Nabi,sesuatu yang terjadi saat kehamilannya dan hari lahirnya serta irhash (kejadian yang istimewa sebelum beliau diangkat menjadi Nabi) dan hal-hal yang terjadi sesudahnya yang merupakan sirah (sejarah) beliau yang penuh keberkahan.kemudian disajikan beberapa hidangan untuk mereka. Mereka menyantapnya, dan selanjutnya mereka bubar. Jika mereka menambahkan atas perkara diatas dengan memukul rebana dengan menjaga adab, maka hal itu tidak apa-apa.