April 2020

Brigade Infantri V Andjing NICA

Logo Andjing NICA


Lambang Andjing NICA yang dipasang pada lengan sebelah kanan ini dirancang oleh ECE Amade SLD, KNIL Batalyon Infantri V ini dibentuk oleh Kapten JC Pasqua dibekas gedung KMA di Cimahi Bandung yang merupakan mantan para tahanan tentara Jepang di Cimahi pada 02 November 1945.


Bernadus



Kompi dari Brigade Infantri V mengenakan Cie yang berwarna berbeda untuk menunjukan asal mereka yaitu :

Cie berwarna Hijau    : Eropa 
Cie berwarna Merah : Ambon
Cie berwarna Biru     : Campuran
Cie berwarna Hitam  : Timor



KNIL asal Ambon



Diterjunkan ke wilayah operasi militer :

T.T.C Jawa Barat, 
T.T.C Jawa Tengah



Ditugaskan ke Brigade : 
Brigade W
Brigade T

Operasi militer yang pernah dilaksanakan Batalyon Infantri V meliputi daerah : 
Bandung
Cimahi
Gombong
Sumpiah
Magelang 
Temanggung
Komandan Batalyon Infantri V antara lain :
Kapten J. C. Pasqua 02 Desember 1945/12/02 s/d 21 Januari 1946
Mayor Wilier 21 Januari 1946 s/d 02 Desemer 1946
Mayor J.A. Scheffelaar 02 Desember 1946 s/d 05 Mei 1947
Mayor A. van Zanten 05 Mei 1947 s/d 25 Juli 1949
Mayor Loon 25 Juli 1949/07/25 s/d 13 Desember 13 Desember 1949
A.E.J. Schlosmacher 13 Desember 1949
Jumlah pasukan yang tewas : 59 orang


Agresi Militer Belanda I

Tanggal 18 Desember 1945, menguasai dari seluruh sektor di luar utara dari Cimahi diwarisi dari tentara Inggris. Ada pada saat itu pertempuran waktu yang berat. 


Seorang tentara KNIL sedang berlatih, Cimahi

Tanggal 15 April 1946, batalyon itu termasuk dalam Brigade V dan pindah ke Bandung Selatan. Malam sebelum aksi polisi pertama menarik cie. melalui Palin Tang ke Tandjoengsari jalan ke Cirebon membuka. 


Tentara Belanda memasuki Bandung

Tanggal 21 Juli 1947, menarik Brigade V disertai batalyon melalui Sumedang ke Cirebon. 

Tanggal 29 Juli 1947, adalah munculnya Brigade V lanjut dan dalam perjalanan berani melintasi Slamat pegunungan di selatan. Setelah pendudukan Poerbalingga, Poerwokerto dan jembatan di atas Serajoe.

Tanggal 3 Agustus 1947, dan terus ke arah Kroya Soempiah dan dorong sebelum gencatan senjata dengan pergi Gombong. Setelah tindakan, batalion itu ditempatkan di Gombong dengan posting ao Soempiah dan Poering.



Tentara Andjing NICA berjaga, Gombong 1947


Akhir tahun 1947 melakukan bagian dari batalion tindakan di pantai selatan di arah Pangadaran Parigi. Tindakan lain yang besar, untuk Karanganjar, di mana sejumlah besar bahan peledak yang disimpan juga terjadi pada waktu itu.

Awal tahun 1948 batalyon itu dilengkapi oleh tentara dari Inf I terkait dengan demobilisasi dan cuti penyembuhan. Akhir tahun 1948, gejolak lagi.


Agresi Militer Belanda 2

Tanggal 19 Desember 1948, batalyon ditugaskan ke Brigade W. Ditugaskan untuk melatih dan wegcolonne adalah awal dari Gombong melalui Kebumen digunakan untuk Purworejo. 



Tentara Andjing NICA, Gombong 1948

Jembatan jalan di Karanganjar sudah dihancurkan oleh TNI dan menyebabkan penundaan. Kereta sudah berada di Statsiun Kebumen. Setelah dilakukan restorasi jembatan terus maju dalam wegspits untuk Prembun dan menabrak perintah melalui Purworejo, di mana konvoi kereta api di malam 20 Desember 1948 tiba. Jembatan menuju Magelang untuk Salaman dikuasai. 



Pengrusakan Jembatan


Pengrusakan Jembatan

Pengambilan Sumpah kepada 3 Perwira baru yang baru saja didatangkan dari Bandung













Tanggal 21 Desember 1948, Magelang diduduki. Setelah melakukan aksi militer batalion berkemah untuk kemudian menyertakan Salaman, Purworejo, Temanggung dan Parakan.


Pasukan Andjing NICA 4 Desember 1948
Tanggal 22 Maret 1949, batalyon memperkuat Brigade Infantri IV. Di luar daerah setempat adalah batalyon aktif ao, Solo, Semarang, dan kemudian evakuasi Yogjakarta sebagai rute Evakuasi Command (CoCer).

Antara bulan Oktober dan Desember 1949 batalion mundur secara bertahap dari daerah sekitar Magelang 13 dan 17 Desember 1949 dipindahkan ke Kalimantan Timur.







sumber :

CIC Leger Musium
Het Depot

Kiriman Mas Dody


SEJARAH NAHDLATUL ULAMA (NU)

Oleh: Maulana al-Habib M Luthfi Bin Yahya

Banyak di antara kita yang kepaten obor, kehilangan sejarah, terutama generasi-generasi muda. Hal itupun tidak bisa disalahkan, sebab orang tua-orang tua kita, -sebagian jarang memberi tahu apa dan bagaimana sebenarnya Nahdlatul Ulama itu.

Ulama-ulama Indonesia di Haromain: Embrio NU di Indonesia

Banyak di antara kita yang kepaten obor, kehilangan sejarah, terutama generasi-generasi muda. Hal itupun tidak bisa disalahkan, sebab orang tua-orang tua kita, -sebagian jarang memberi tahu apa dan bagaimana sebenarnya Nahdlatul Ulama itu.

Karena pengertian-pengertian mulai dari sejarah bagaimana berdirinya NU, bagaimana perjuangan-perjuangan yang telah dilakukan NU, bagaimana asal-usul atau awal mulanya KH. Hasyim Asy’ari mendirikan NU dan mengapa Ahlussunah wal Jama’ah harus diberi wadah di Indonesia ini.

Dibentuknya NU sebagai wadah Ahlussunah wal Jama’ah bukan semata-mata KH. Hasyim Asy’ari ingin berinovasi, tapi memang kondisi pada waktu itu sudah sampai pada kondisi dhoruri, wajib mendirikan sebuah wadah. Kesimpulan bahwa membentuk sebuah wadah Ahlussunah wal Jama’ah di Indonesia menjadi satu keharusan, merupakan buah dari pengalaman ulama-ulama Ahlussunah wal Jama’ah, terutama pada rentang waktu pada tahun 1200 H sampai 1350 H.

Pada kurun itu ulama Indonesia sangat mewarnai dan perannya dalam menyemarakkan kegiatan ilmiyah di Masjidil Haram tidak kecil. Misal diantaranya ada seorang ulama yang sangat terkenal, tidak satupun muridnya yang tidak menjadi ulama terkenal, ulama-ulama yang sangat tabahur fi ‘ilmi Syari’ah fi thoriqoh wa fi ‘ilmi tasawuf, ilmunya sangat melaut luas dalam syari’ah, thoriqoh dan ilmu tasawuf. Diantaranya dari Sambas, Ahmad bin Abdus Shamad Sambas. Murid-murid beliau banyak yang menjadi ulama-ulama besar seperti Kiyai Tholhah Gunungjati Cirebon.

Kiyai Tholhah ini adalah kakek dari Kiyai Syarif Wonopringgo, Pekalongan. Muridnya yang lain, Kiyai Syarifudin bin Kiyai Zaenal Abidin bin Kiyai Muhammad Tholhah. Beliau diberi umur panjang, usianya seratus tahun lebih. Adik seperguruan beliau diantaranya Kiyai Ahmad Kholil Bangkalan. Kiyai Kholil lahir pada tahun 1227 H. Dan diantaranya murid-murid Syekh Ahmad Sambas yaitu Syekh Abdul Qodir al-Bantani, yang menurunkan anak murid, yaitu Syekh Abdul Aziz Cibeber dan Kiyai Asnawi Banten.

Ulama lain yang sangat terkenal sebagai ulama ternama di Masjidil Harom adalah Kiyai Nawawi al-Bantani. Beliau lahir pada tahun 1230 H dan meninggal pada tahun 1310 H bertepatan dengan meninggalnya mufti besar Sayyid Ahmad Zaini Dahlan. Ulama Indonesia yang lainnya yang berkiprah di Masjidil Harom adalah Sayyid Ahmad an-Nahrowi al-Banyumasi. Beliau diberi umur panjang, beliau meninggal pada usia 125.

Tidak satupun pengarang kitab di Haromain; Mekah-Madinah, terutama ulama-ulama yang berasal dari Indonesia yang berani mencetak kitabnya sebelum ada pengesahan dari Sayyid Ahmad an-Nahrowi al-Banyumasi.

Syekh Abdul Qadir al-Bantani murid lain Syekh Ahmad bin Abdus Shamad Sambas, yang mempunyai murid Kiyai Abdul Lathif Cibeber dan Kiyai Asnawi Banten. Adapun ulama-alama yang lain yang ilmunya luar biasa adalah Sayyidi Syekh Ubaidillah Surabaya. Beliau melahirkan ulama yang luar biasa yaitu Kiyai Abu Ubaidah Giren Talang Tegal (Ponpes Attauhidiyyah), terkenal sebagai Imam Asy’ari-nya Indonesia. Dan melahirkan seorang ulama auliya besar, Sayyidi Syekh Muhammad Ilyas Sokaraja. Guru dari guru saya Sayyidi Syekh Muhammad Abdul Malik.

Yang mengajak Syekh Muhammad Ilyas muqim di Haromain yang mengajak adalah Kiyai Abu Ubaidah tersebut, di Jabal Abil Gubai, di Syekh Sulaiman Zuhdi. Diantara murid-muridnya lagi di Mekah adalah Sayyidi Syekh Abdullah Tegal. Lalu Sayyidi Syekh Abdullah Wahab Rohan Medan, Sayyidi Syekh Abdullah Batangpau, Sayyidi Syekh Muhammad Ilyas Sukaraja, Sayyidi Syekh Abdul Aziz bin Abdush Shamad al-Bimawi, dan *Sayyidi Syekh Abdullah dan Sayyidi Syekh Abdul Manan, tokoh pendiri Termas sebelum Kiyai Mahfudz dan sebelum Kiyai Dimyati.*

Di jaman Sayyidi Syekh Ahmad Khatib Sambas ataupun Sayyidi Syekh Sulaiman Zuhdi, murid yang terakhir adalah Sayyidi Syekh Ahmad Abdul Hadi Giri Kusumo daerah Mranggen.

Inilah ulama-ulama indonesia di antara tahun 1200 H sampai tahun 1350. Termasuk Syekh Baqir Zaenal Abidin Jogja, Kiyai Idris Jamsaren, dan banyak tokoh-tokoh pada waktu itu yang di Haromain.

Seharusnya kita bangga dari warga keturunan bangsa kita cukup mewarnai di Haromain, beliau-beliau memegang peranan yang luar biasa. Salah satunya guru saya sendiri Sayyidi Syekh Abdul Malik yang pernah tinggal di Haromain dan mengajar di Masjidil Haram khusus ilmu tafsir dan hadits selama 35 tahun. *Beliau adalah muridnya Syekh Mahfudz at-Turmudzi.*

Mengapa saya ceritakan yang demikian, kita harus mengenal ulama-ulama kita dahulu yang menjadi mata rantai berdirinya NU. Kalau dalam hadits itu betul-betul tahu sanadnya, bukan hanya katanya-katanya saja. Jadi kita harus tahu dari mana saja ajaran Ahlussunah wal Jama’ah yang diambil oleh Syekh KH. Hasyim Asy’ari.

Bukan sembarang orang tapi yang benar-benar orang-orang tabahur ilmunya, dan mempunyai maqomah, kedudukan yang luar biasa. Namun sayang peran penting ulama-ulama Ahlussunah wal Jama’ah dil Haromain pada masa itu (pada saat Syarif Husein berkuasa di Hijaz), khususunya ulama yang dari Indonesia tidak mempunyai wadah. Kemudian hal itu di pikirkan oleh KH. Hasyim Asy’ari disamping mempunyai latar belakang dan alasan lain yang sangat kuat sekali.

Menjelang berdirinya NU beberapa ulama besar kumpul di Masjidil Harom, -ini sudah tidak tertulis dan harus dicari lagi narasumber-narasumbernya. Beliau-beliau menyimpulkan sudah sangat mendesak berdirinya wadah bagi tumbuh kembang dan terjaganya ajaran Ahlussunah wal Jama’ah. Akhirnya diistikhorohi oleh para ulama-ulama Haromain, lalu mengutus KH.

Hasyim Asy’ari untuk pulang ke Indonesia agar menemui dua orang di Indonesia. Kalau dua orang ini mengiyakan jalan terus, kalau tidak jangan diteruskan. Dua orang tersebut yang pertama Habib Hasyim bin Umar bin Thoha bin Yahya Pekalongan, yang satunya lagi Mbah Kholil Bangkalan.

Oleh sebab itu tidak heran jika Mukatamar NU yang ke-5 dilaksanakan di Pekalongan tahun 1930 M untuk menghormati Habib Hasyim yang wafat pada itu. Itu suatu penghormatan yang luar biasa. Tidak heran kalau di Pekalongan sampai dua kali menjadi tuan rumah Muktamar Thoriqoh.

Tidak heran karena sudah dari sananya, kok tahu ini semua sumbernya dari mana? Dari seorang yang sholeh, Kiyai Irfan. Suatu ketika saya duduk-duduk dengan Kiyai Irfan, Kiyai Abdul Fatah dan Kiyai Abdul Hadi. Kiyai Irfan bertanya pada saya: “Kamu ini siapanya Habib Hasyim?”. Yang menjawab pertanyaan itu adalah Kiai Abdul Fatah dan Kiai Abdul Hadi: “Ini cucunya Habib Hasyim Yai”.

Akhirnya saya diberi wasiat: “Mumpung saya masih hidup tolong catat sejarah ini. Mbah Kiyai Hasyim Asy’ari datang ke tempatnya Mbah Kiyai Yasin, Kiyai Sanusi ikut serta pada waktu itu. Di situ diiringi oleh Kiyai Asnawi Kudus, terus diantar datang ke Pekalongan. Lalu bersama Kiyai Irfan datang ke kediamannya Habib Hasyim. Begitu KH. Hasyim Asy’ari duduk, Habib Hasyim langsung berkata: “Kyai Hasyim Asy’ari, silakan laksanakan niatmu kalau mau membentuk wadah Ahlussunah wal Jama’ah. Saya rela tapi tolong saya jangan ditulis.”

Itu wasiat Habib Hasyim, terus Kiyai Hasyim Asy’ari merasa lega dan puas. Kemudin Kiyai Hasyim Asy’ari menuju ke tempatnya Mbah Kiyai Kholil Bangkalan. Kemudian Mbah Kiyai Kholil bilang sama Kiyai Hasyim Asyari: “Laksanakan apa niatmu saya ridho seperti ridhonya Habib Hasyim tapi saya juga minta tolong nama saya jangan ditulis.”

Kata Kiyai Hasyim Asy’ari ini bagaimana Kiyai, kok tidak mau ditulis semua. Terus Mbah Kiyai Kholil menjawab: “Kalau mau tulis silakan tapi sedikit saja.” Itu tawadhu’nya Mbah Kiyai Ahmad Kholil Bangkalan. Dan ternyata sejarah tersebut juga dicatat oleh Gus Dur.

Inilah sedikit perjalanan Nahdlatul Ulama (NU). Inilah perjuangan pendiri Nahdlatul Ulama. Para pendirinya merupakan tokoh-tokoh ulama yang luar biasa. Makanya hal-hal yang demikian itu tolong ditulis. Agar anak-anak kita itu tidak terpengaruh oleh yang tidak-tidak, sebab mereka tidak mengetahui sejarah. Anak-anak kita saat ini banyak yang tidak tahu, apa sih NU itu? Apa sih Ahlussunah wal Jama’ah itu? Lha ini permasalahan kita.

Upaya pengenalan itu yang paling mudah dilakukan adalah dengan memasang foto-foto para pendiri NU, khususnya foto Hadhratus Syekh KH. Hasyim Asy’ari.

#Wallahuaalambisshowab

Kiriman Gus Muhammad Abid Muaffan


7 Ramadhan, Mengenang Wafatnya KH. Hasyim Asy’ari

Sekilas mungkin tak ada yang ingat, bahwa tepat 74 tahun lalu di bulan yang suci ini, seorang ulama kharismatik dan panutan umat Islam, Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari dipanggil Yang Maha Kuasa. Ulama penuh dedikasi dan guratan perjuangan itu, meninggal tepat pada 07 Ramadan 1366 H. Detik-detik sang kiai meninggal, disebabkan karena memikirkan kondisi bangsa.

Malam itu, tanggal 03 Ramadan 1366 H., bertepatan dengan tanggal 21 Juli 1947 M. jam 9 malam, Kiai Hasyim baru saja selesai mengimami salat Tarawih. Seperti biasa, beliau duduk di kursi untuk memberikan pengajian kepada ibu-ibu muslimat. Tak lama kemudian, datanglah seorang tamu utusan Jenderal Sudirman dan Bung Tomo. Kiai Hasyim menemui utusan tersebut didampingi Kiai Ghufron (pimpinan Laskar Sabilillah Surabaya). Sang tamu menyampaikan surat dari Jenderal Sudirman.

Kiai Hasyim meminta waktu satu malam untuk berfikir dan jawabannya akan diberikan keesokan harinya. Isi pesan tersebut pertama, di wilayah Jawa Timur Belanda melakukan serangan militer besar-besaran untuk merebut kota-kota di wilayah Karesidenan Malang, Basuki, Surabaya, Madura, Bojonegoro, Kediri, dan Madiun.

Kedua, Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari diminta mengungsi ke Sarangan, Magetan, agar tidak tertangkap oleh Belanda. Sebab jika tertangkap, beliau akan dipaksa membuat statemen mendukung Belanda. Jika hal itu terjadi, maka moral para pejuang akan runtuh.

Ketiga, jajaran TNI di sekitar Jombang diperintahkan membantu pengungsian Kiai Hasyim. Keesokan harinya, Kiai Hasyim memberi jawaban tidak berkenan menerima tawaran tersebut.

Empat hari kemudian, tepatnya pada tanggal 07 Ramadan 1366 H, pada pukul 21.00 WIB malam, datang lagi utusan Jenderal Sudirman dan Bung Tomo. Sang utusan membawa surat untuk disampaikan kepada Hadratussyaikh. Bung Tomo memohon Kiai Hasyim mengeluarkan komando jihad fi sabilillah bagi umat Islam Indonesia, karena saat itu Belanda telah menguasai wilayah Karesidenan Malang dan banyak anggota laskar Hizbullah dan Sabilillah yang menjadi korban. Hadratussyaikh  kembali meminta waktu satu malam untuk memberi jawaban.

Tak lama berselang, Hadratussyaikh mendapat laporan dari Kiai Ghufron (pemimpin Sabilillah Surabaya) bersama dua orang utusan Bung Tomo, bahwa kota Singosari Malang (sebagai basis pertahanan Hizbullah dan Sabilillah) telah jatuh ke tangan Belanda. Kondisi para pejuang semakin tersudut, dan korban rakyat sipil kian meningkat. Mendengar laporan itu, Kiai Hasyim berujar, ”Masya Allah, Masya Allah…” sambil memegang kepalanya. Lalu Kiai Hasyim tidak sadarkan diri.

Pada saat itu, putra-putri beliau tidak berada di Tebuireng. Tapi tak lama kemudian mereka mulai berdatangan setelah mendengar ayahandanya tidak sadarkan diri. Menurut hasil pemeriksaan dokter, Kiai Hasyim mengalami pendarahan otak (asemblonding) yang sangat serius.

Pada pukul 03.00 dini hari, bertepatan dengan tanggal 25 Juli 1947 atau 7 Ramadan 1366 H, Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ri dipanggil yang Maha Kuasa. Inna liLlahi wa Inna Ilayhi Raji’un.

Atas jasanya selama perang kemerdekaan melawan Belanda (1945-1947), terutama yang berkaitan dengan 3 fatwanya yang sangat penting: Pertama, perang melawan Belanda adalah jihad yang wajib dilaksanakan oleh semua umat Islam Indonesia. Kedua, kaum Muslimin diharamkan melakukan perjalanan haji dengan kapal Belanda. Ketiga, Kaum Muslimin diharamkan memakai dasi dan atribut-atribut lain yang menjadi ciri khas penjajah. Maka Presiden Soekarno lewat Keputusan Presiden (Kepres) No. 249/1964 menetapkan bahwa KH. Muhammad Hasyim Asy’ari sebagai Pahlawan Nasional.

Jasa-jasa beliau sangatlah besar dalam mengkader para ulama-ulama dan tokoh-tokoh militan dalam menegakkan Islam Indonesia yang rahmatan lil alamin, moderat, dan meneruskan perjuangan beliau dalam membela tanah air dan tumpah darah Indonesia. Para kader beliau berdiri tegak membela NKRI, Islam, dan NU.

Maka apabila ada yang mengaku pengagum dan pengikut, lalu malah merusak NKRI dan memanfaatkan NU untuk kepentingan pribadi, apalagi untuk mendulang kesuksesan duniawi saja, lalu apa iya pantas disebut santri dan pengikut beliau?

Disarikan dari buku Profil Pesantren Tebuireng

#HubbulWathonMinalIman



KH.M.MAFTUH SA'ID AL-HAFIDZ.

Tahun 1983 adalah tahun bersejarah bagi Kiai Muhammad Maftuh Said. Sekira 34 tahun silam itu Kiai Maftuh mendirikan lembaga pendidikan Pondok Pesantren Al Munawwariyyah di Desa Sudimoro, Bululawang, Kabupaten Malang.

Pada tahun yang sama, Rais Syuriyah PCNU Kabupaten Malang itu juga menerima amanah kelahiran putra bungsunya yang bernama Muhammad Munawwar.

Nama pesantren itu dinishbatkan kepada sosok kiai besar dari Sedayu Gresik yakni Kiai Munawwar Sedayu, guru dari Kiai Said Muin, ayah Kiai Maftuh.

Perjuangan dalam merintis pesantren dan lembaga pendidikan Islam Al Munawwariyyah cukup alot dan panjang.

Berawal dari belasan santri yang mengaji Aquran hingga saat ini sukses mendirikan lima lembaga; SD, SMP, SMA, SMK Madrasah Islamiyah, dan Tarbiyatul Qur’an Al-Munawwariyyah.

Alumni Al-Munawwariyyah kini sudah tersebar ke seantero Nusantara dan bahkan banyak yang kini melanjutkan studi di Timur Tengah.

’’Kesuksesan pembangunan ini cuma berpedoman pada ‘kurdi’, kepanjangan dari sukur dadi (yang penting jadi, Red),” ujar Kiai Maftuh dalam berbagai kesempatan.

Dilahirkan di Tepi Bengawan Solo, tepatnya di Desa Ngaren, Bungah, Gresik, Kiai Maftuh pernah mengenyam pendidikan di Sekolah Rakyat (SR) di Bungah Gresik, pada tahun 1956.

Namun, hanya sampai kelas empat saja. Beliau adalah putra pertama dari 13 bersaudara dari pasangan KH Said Muin dan Nyai Hj Mardliyah.

Setelah menuntaskan hafalan Alquran dari sang ayah, Kiai Maftuh meneruskan mondok di Ponpes Al-Falah Ploso Kediri, selama 9 tahun.

Tepatnya sejak 1964 sampai 1973. Walau tidak menempuh pendidikan formal secara serius, tapi Kiai Maftuh justru memiliki visi yang tinggi terkait pengembangan dunia pendidikan. Salah satunya adalah keinginan mendirikan Universitas atau lembaga pendidikan tinggi Al Munawwariyyah.

Semasa di pesantren, penderitaan dankesedihan menjadi teman sehari-hari. Untuk bisa menghilangkan lapar tak jarang Kiai Maftuh kecil hanya berharap pada belas kasihan teman-temannya.

Beliau bahkan kerap menjadi suruhan para senior dan rekannya untuk mendapatkan upah. Selain karena berasal dari keluarga yang kurang mampu, Kiai Maftuh juga termasuk santri yang paling kecil. Namun, semua santri segan dengan Kiai Maftuh karena sudah mampu menghapal Alquran di usia yang sangat belia yakni sejak usia 9 tahun.

Keluarga Kiai Maftuh memang tergolong usratul huffadz, yaitu keluarga para penghafal Aquran. Ayah Kiai Maftuh, Kiai Said,

Kiriman Gus Muhammad Abid Muaffan

KH. A. Nafi’ Abdillah 
Oleh: Jamal Ma'mur A*

Sang Penyejuk Jiwa Telah Dipanggil Yang Kuasa
KH. Nafi' Abdillah dipanggil Yang Maha Kuasa. Menurut keluarga, beliau wafat di Turki pada hari ahad, 22 Jumadil Ula 1438 H./ 19 Februari 2017. KH. A. Nafi’ Abdillah adalah putra KH. Abdullah Zein Salam bin KH. Abdussalam. Kakeknya KH. Abdussalam adalah pendiri Perguruan Islam Mathali’ul Falah (PIM) Kajen yang dulu dikenal dengan Sekolah Arab. Bapaknya KH. Abdullah Zen Salam adalah penerus estafet kepemimpinan Perguruan Islam Mathali’ul Falah (PIM) setelah KH. Mahfudh Salam, ayahanda KH. MA. Sahal Mahfudh. KH. A. Nafi’ Abdillah sendiri adalah penerus estafet kepemimpinan Perguruan Islam Mathali’ul Falah (PIM) setelah wafatnya KH. MA. Sahal Mahfudh. Beliau adalah sosok yang bersahaja, santun, dan ramah kepada siapapun. Sebagai seorang mursyid thariqah, beliau mempunyai jamaah yang tingkat keilmuan dan strata sosialnya beragam, namun beliau mampu mengayomi semua tanpa diskriminasi.
Penulis bertemu pertama kali dengan KH. A. Nafi’ Abdillah ketika mengenyam pendidikan di Perguruan Islam Mathali’ul Falah (PIM). Ketika itu beliau mengajar Ushul Fiqh. Setelah membaca kitab Ushul Fiqh Ghayatul Wushul karya Zakariyya Al-Anshari rahimahullah, Kiai Nafi’ dengan tenang menulis keterangan di papan tulis secara sistematis dengan bagan-bagan yang memudahkan para siswa untuk memahami materi yang tergolong sulit ini dalam bentuk bahasa arab, kemudian beliau menjelaskannya dengan lugas dan renyah. Pancaran kewibawaan beliau dalam mengajar berbarengan dengan keteladanan beliau dalam mengajar. 
Beberapa karakter utama beliau adalah:
Pertama, tawadlu’, rendah hati. Beliau sosok yang tidak ingin menonjolkan diri. Jarang beliau berkenan memberikan mauidhah hasanah di depan panggung, kecuali dalam momentum tertentu, seperti haul Masyayikh PIM yang biasa digelar akhir tahun oleh Keluarga Mathaliul Falah (KMF) sebagai organisasi alumni PIM. Dengan nada guyon, beliau sering mengatakan kepada para tamu, bahwa pondok Mathaliul Huda (PMH Pusat) bukan pondok beliau. Hal ini mencerminkan kerendahhatian beliau dalam bertutur sapa dan bersikap.
Kedua, istiqamah. Beliau mewarisi sifat utama ini dari bapaknya KH. Abdullah Zein Salam. Beliau masuk dan keluar dari kelas tepat waktu sebagai teladan bagi para guru. Menurut beliau, mengajar adalah wajib yang harus dilaksanakan dan tidak boleh ditinggal kecuali dengan alasan wajib. Hal ini sesuai kaidah fiqh “al-wajibu la yutraku illa lil-wajibi”, kewajiban tidak boleh ditinggalkan kecuali karena sesuatu yang wajib pula. Kewajiban tidak boleh ditinggalkan untuk sesuatu yang hukumnya sunnah, apalagi mubah.
Ketiga, ikhlas. Beliau begitu menekankan pentingnya ikhlas sebagai intisari amal. Hanya dengan ikhlas (beramal hanya karena Allah), seseorang dekat dengan Allah dan hatinya tenang dari segala gangguan yang datang dari setan, nafsu dan sesama manusia. Jangan melakukan sesuatu dengan motivasi selain Allah, karena rugi dunia-akhirat. Dalam mengajar misalnya, ikhlas adalah faktor utama terpancarnya nur (cahaya) ilmu menembus batin siswa. Tanpa keikhlasan, sangat sulit melahirkan siswa yang shaleh. Dengan ikhlas, segala urusan ditujukan dan dihadapkan kepada Allah SWT. 
Keempat, mencintai ilmu. Beliau adalah sosok yang tekun membaca kitab, mulai kitab kecil, seperti Safinatus Shalah karya Imam Nawawi al-Bantani yang menjelaskan tata cara shalat secara detail, sampai kitab tasawuf legendaris karya Ibnu Athaillah al-Sakandari, yaitu Hikam. Pengajian kitab ini bahkan beberapa bulan sudah diadakan di Perguruan Islam Mathali’ul Falah (PIM) bersama para guru. Pengajian beliau di Masjid Jami’ Kajen dan di ndalem selalu diikuti ratusan bahkan ribuan jama’ah yang begitu merindukan petuah-petuah emas dari beliau. 
Kelima, menyayomi dengan hati dan tidak mengintimidasi. Kesadaran hati beliau kedepankan dari pada pemaksaan kehendak. Dengan pendekatan hati, seseorang menjadi sadar. Ketika dalam suatu rapat di Perguruan Islam Mathali’ul Falah (PIM), guru-guru sedikit gundah karena masalah tertentu, beliau memberikan nasehat mengutip ucapan (dawuh) ayahandanya KH. Abdullah Zein Salam bahwa dalam hidup prinsip yang harus dipegang adalah ojo gelo (jangan menyesal) dengan setiap kejadian karena semua sudah menjadi takdir Allah SWT. sehingga sebagai hamba Allah harus menerima dan ridla dengan takdir Allah. Semua guru ketika mendengarkan nasehat beliau ini tertegun, sadar, dan menjadi ingat Allah sebagai bekal dalam mengarungi kehidupan yang penuh cobaan dan tantangan.
Keenam, teguh memegang prinsip. Ketika mempunyai prinsip, beliau pegang dengan disiplin, sehingga orang lain segan. Dengan kegigihan memegang prinsip ini, beliau menjadi panutan bagi semua orang. Prinsip-prinsip utama beliau adalah memegang teguh tafaqquh fiddin, mencintai auliyaillah (wali-wali Allah), dan disiplin dalam menjalankan amanah. 
Ketujuh, membimbing dengan keteladanan. Sebagai seorang ulama’ kaidah lisanul hal afshahu min lisanil maqal, tindakan lebih efektif dari pada ucapan, benar-benar beliau praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Beliau adalah sosok dengan pertahanan mental yang sangat tinggi, sehingga dalam menyikapi segala hal selalu menampakkan kesejukan, kematangan, dan kearifan, bukan luapan emosi dan ejekan yang justru memperkeruh suasana dan tidak menjadi solusi. Sebagai seorang pemimpin dan mursyid thariqah, ucapan dan tindakan beliau menjadi marji’ul ummah (referensi umat) dalam bersikap dan bertindak. 
Kedelapan, tegas dalam mengambil keputusan. Dalam mengambil keputusan apapun, ketegasan beliau jaga. Seorang pemimpin tidak boleh plin-plan dalam mengambil keputusan karena keputusannya diikuti oleh seluruh anggota tanpa terkecuali. Dalam hal masuk sekolah, beliau begitu gigih melaksanakannya. Beliau akan tetap masuk mengajar, meskipun banyak siswa yang tidak hadir. Ketegasan beliau ini menjadi teladan bagi para pemimpin di negeri ini sehingga keputusan yang diambil diikuti oleh seluruh anggotanya. 
Kesembilan, kaderisasi. KH. A. Nafi’ Abdillah adalah sosok yang memperhatikan kaderisasi, sehingga memperhatikan pertumbuhan kader-kader muda, karena merekalah yang nanti meneruskan estafet keilmuan dan perjuangan ulama. Ketika masih di Perguruan Islam Mathali’ul Falah (PIM), saya bersama teman-teman seksi pendidikan HSM (Himpunan Siswa Mathali’ul Falah) dan siswa-siswa yang lain pernah dua minggu di ndalem beliau untuk mematangkan persiapan berangkat ke Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang Rembang untuk mengikuti forum bahtsul masail. Di ndalem beliau saat itu, selain beliau ada KH. Zainuddin Dimyati, KH. Ali Fattah Ya’qub, KH. Ahmad Yasir, dan K. Nurhadi Pesarean. Beliau begitu antusias melihat semangat siswa-siswi dalam tafaqquh fiddin. 
Ya Allah, ampunilah semua dosa guru kami ini, siramilah dengan rahmah dan ridla-Mu, tempatkan beliau dalam maqam yang mulia, tabahkan keluarga dan santri yang ditinggalkan, dan lahirkan ulama-ulama yang sejuk, santun, dan ramah seperti beliau, Amiin ya Rabbal Alaamiin.
*Santri KH. A. Nafi’ Abdillah di Perguruan Islam Mathali’ul Falah (PIM) Kajen Tahun 1995-1997.


Kegiatan Al Marhum Al Maghfurlah
KH. Abdul Manan Syukur Singosari Malang Selama Bulan Ramadlan

1. Beliau menjadi imam Sholat 5 waktu
2. Setiap sholat subuh Beliau membaca 1/4 juz
   (setiap 40 hari dapat 10 juz, 120 hari Hatam  
    dalam sholat subuh)
3. Setiap habis Sholat Maghrib wirid yang Beliau baca yaitu : Membaca surat Al Fatihah 11x, setiap ayat إياك نعبد وإياك نستعبن Dibaca 11x

4. Dalam Sholat Tarawih setiap malamnya Beliau membaca 1 Juz setengah ( malam ke 20 Hatam)
5. Habis Tarawih Beliau menyimak Tadarus Al Qur'an Santri Hufadz
6. Jam setengah 10 malam - jam 12 Beliau Ngaji Kitab Fathul Mu'in dan Jami' al Shaqhir
7. Habis Sholat subuh Beliau Nyimak Setoran Hafalan Al Qur'an
8. Jam 09.30 Pagi - jam 12 Beliau Ngaji kitab ( diantara kitab yang Beliau baca : At Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur'an, Kifayatul awab, Nadzam Sullam Taufiq dll)
9. Habis Sholat ashar - jam 5 sore Beliau Mengajar Al Qur'an Santri Ramadhan

Kalau diluar Ramadhan Setiap Maghrib Beliau Istiqomah Ngaji Tafsir Jalalin, Habis Subuh biasanya kitab kitab tipis, di Madrasah Beliau Mengajar Husunul Hamidiyyah.

Di tengah tengah Kesibukan Beliau Bersama Santri Baik di Bulan Ramadlan atau Yang Lainnya, Beliau setiap Hari Rabu Masih tetap Istiqomah Ngaji IHYA' di Habib Alwi. 
Beliau tidak malu Ngaji kepada KH. Tolha Hasan yang usianya lebih Muda 

Beliau Sangat Dekat dengan Para Ulama, Masyarakat dan Pejabat.

Beliau juga aktif di organisasi, Mulai dari LBM MWC Singosari, Syuriah NU Kabupaten Malang, Penasehat Jam'iyyah Thoriqoh Al Mu'tabarah Kabupaten Malang.

Mudah"an kita bisa meneladani akhlak dan amaliah Beliau.. Amin..

Kiriman Gus Muhammad Abid Muaffan


*FADHILAH SHOLAT TARAWIH* 

1. Malam pertama

عن على بن ابى طالب رضى الله تعالى عنه انه قال سئل النبى عليه الصلاة والسلام عن فضائل التراويح فى شهر رمضان فقال يخرج المؤمن من ذنبه فى اول ليلة كيوم ولدته امه


Diriwayatkan dari ali bin abi tholib Ra.bahwa sesungguhnya ali berkata : Nabi alaihis sholatu was salamu ditanya tentang keutamaan tarowih di bulan romadlon. Maka Nabi menjawab : "pada malam pertama keluarlah dosa orang mukmin (yang melakukan tarawih) sebagaimana ibunya melahirkan ia di dunia

2. Malam ke 2

وفى الليلة الثانية يغفر له ولأبويه ان كان مؤمنين


Pada malam yang ke 2, orang yang sholat tarawih akan diampuni dosanya dan dosa ke-2 orang tuanya jika keduanya mukmin

3. Malam ke 3

وفى الليلة الثالثة ينادي ملك من تحت العرش استأنف العمل غفر الله ما تقدم من ذنبك


Pada malam yang ke 3, malaikat dibawah arasy berseru,mulailah melakukan amal kebaikan (sholat tarawih) maka ALLOH akan mengampuni dosamu.

4. Malam ke 4

وفى الليلة الرابعة له من الاجر مثل قراءة التورات والانجيل والزبور والفرقان


Pada malam yang ke 4, bagi yang melakukan tarawih dapat pahala sebagaimana pahala orang yang membaca kitab taurot,injil,zabur dan alqur'an.

5. Malam ke 5

وفى الليلة الخامسة اعطاه الله تعالى مثل من صلى فى المسجد الحرام و المسجد المدينة والمسجد الاقصى



Pada malam yang ke 5, ALLOH memberikan pahala bagi yang tarawih sebagaimana pahalanya orang yang sholat di masjidil harom, masjid madinah/nabawi dan masjidil aqsho

6. Malam ke 6

وفى الليلة السادسة اعطاه الله تعالى ثواب من طاف بالبيت المعمور ويستغفر له كل حجر ومدر


Pada malam yang ke 6, ALLOH memberikan pahala pada yang bertarawih sebagaimana pahalanya orang yang thowaf dibaitul makmur dan setiap batu dan tanah memintakan ampunan padanya

7. Malam ke 7

وفى الليلة السابعة فكأنما ادرك موسى عليه السلام ونصره على فرعون وهامان


Pada malam yang ke 7, yang melakukan tarawih seakan-akan menemui zaman nabi Musa as dan menolongnya dari serangan fir'aun dan haman.

8. Malam ke 8

وفى الليلة الثامنة اعطاه الله تعالى ما اعطى ابراهيم عليه السلام


Pada malam yang ke 8, ALLOH akan memberi anugrah sebagaimana anugrah yang diberikan pada Nabi Ibrohim alaihis salam

9. Malam ke 9

وفى الليلة التاسعة فكأنما عبد الله تعالى عبادة النبى عليه الصلاة والسلام


Pada malam yang ke 9, seolah-olah orang yang tarawih beribadah pada ALLOH sebagaimana ibadahnya para Nabi alaihis sholatu was salam

10. Malam ke 10

وفى اليلة العاشرة يرزقه الله تعالى خيرى الدنيا والآخرة


Pada malam yang ke 10, ALLOH akan memberi rizki yang lebih bagus didunia maupun akhirat bagi yang tarawih

11. Malam ke 11

وفى الليلة الحادى عشرة يخرج من الدنيا كيوم ولد من بطن امه


Pada malam yang ke 11, orang yang tarawih kelak ia akan keluar dari dunia (mati) seperti hari dimana ia baru dilahirkan dari perut ibunya

12. Malam ke 12

وفى الليلة الثانية عشرة جاء يوم القيامة ووجهه كالقمر ليلة البدر


Pada malam yang ke 12, pada saat hari kiamat datang wajahnya orang yang tarowih bersinar bagaikan rembulan dimalam purnama

13. Malam ke 13

وفى الليلة الثالثة عشرة جاء يوم القيامة أمنا من كل سوء


Pada malam yang ke 13, pada saat hari kiamat tiba orang yang tarawih akan selamat dari segala macam keburukan.

14. Malam ke 14

وفى الليلة الرابعة عشرة جاءت الملائكة يشهدون له انه قد صلى التراويح فلا يحاسبه الله يوم القيامة


Pada malam yang ke 14, malaikat pada menjadi saksi bagi yang tarawih bahwa ia sudah melakukan sholat tarawih maka ALLOH tidak menghisabnya besok di hari kiamat

15. Malam ke 15

وفى الليلة الخامسة عشرة تصلى عليه الملائكة وحملة العرش والكرسى


Pada malam yang ke 15, para malaikat dan para malaikat penyangga arasy dan para malaikat penjaga kursi kerajaan langit pada memintakan ampunan pada orang yang sholat tarawih

16. Malam ke 16

وفى الليلة السادسة عشرة كتب الله له براءة النجاة من النار وبراءة الدخول من الجنة


Pada malam yang ke 16, ALLOH akan mencatat kebebasan selamat dari neraka dan kebebasan masuk surga bagi yang tarawih

17. Malam ke 17

وفى الليلة السابعة عشرة يعطى مثل ثواب الانبياء


Pada malam yang ke 17, yang tarawih akan diberi pahala sebagaimana pahalanya para nabi

18. Malam ke 18

وفى الليلة الثامنة عشر نادى ملك ياعبد الله ان الله رضى عنك وعن والديك


Pada malam yang ke 18, malaikat telah berseru (pada yang tarawih) wahai hamba ALLOH,sesungguhnya ALLOH telah meridloimu dan ke-2 orang tuamu

19. Malam ke 19

وفى الليلة التاسعة عشرة يرفع الله درجاته فى الفردوس


Pada malam yang ke 19, ALLOH akan mengangkat derajat-derajat yang tarowih disurga firdaus

20. Malam ke 20

وفى الليلة العشرين يعطى ثواب الشهداء والصالحين


Pada malam yang ke 20, orang tarawih akan diberi pahala seperti pahala orang-orang yang mati shahid dan orang-orang sholih

21. Malam ke 21

فى الليلة الحادية والعشرين بنى الله له بيتا فى الجنة من النور


Pada malam yang ke 21, ALLOH akan membangunkan rumah di surga yang terbuat dari cahaya untuk yang tarawih

22. Malam ke 22

وفى الليلة الثانية والعشرين جاء يوم القيامة امنا من كل غم وهم


Pada malam yang ke 22, jika hari kiamat tiba maka yang tarawih akan selamat dari segala bentuk kesusahan dan kebingungan

23. Malam ke 23

وفى الليلة الثالثة والعشرين بنى الله له مدينة فى الجنة


Pada malam yang ke 23, ALLOH akan membangunkan kota didalam surga bagi yang tarawih

24. Malam ke 24

وفى الليلة الرابعة والعشرين كان له اربع وعشرون دعوة مستجابة


Pada malam yang ke 24, orang yang tarawih akan memperoleh 24 doa yang mustajab/manjur

25. Malam ke 25

وفى الليلة الخامسة والعشرين يرفع الله تعالى عنه عذاب القبر


Pada malam yang ke 25, ALLOH akan menghilangkan siksa kubur dari orang yang tarawih

26. Malam ke 26.

وَفِى اللَّيْلَةِ السَّادِسَةِ وَاْلعِشْرِيْنَ يَرْفَعُ اللهُ لَهُ ثَوَابَهُ اَرْبَعِيْنَ عَامًا.


Pada malam yang ke 26, ALLOH meningkatkan baginya pahala selama empat puluh tahun.

27. Malam ke 27

وَفِى اللَّيْلَةِ السَّابِعَةِ وَاْلعِشْرِيْنَ جَازَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ عَلَى الصِّرَاطِ كَاْلبَرْقِ اْلخَاظِفِ.


Pada malam yang ke 27, di hari qiyamat dia melewati jembatan (syirathal mustaqiim) dengan mudah lagi cepat laksana halilintar menyambar.

28. Malam ke 28

. وَفِى اللَّيْلَةِ الثَّامِنَةِ وَاْلعِشْرِيْنَ يَرْفَعُ اللهُ لَهُ اَلْفَ دَرَجَةٍ فِى اْلجَنَّةِ.


Pada malam yang ke 28, ALLOH mengangkat seribu derajat baginya didalam surga.

29. Malam ke 29

. وَفِى اللَّيْلَةِ التَّاسِعَةِ وَاْلعِشْرِيْنَ أَعْطَاهُ اللهُ ثَوَابَ اَلْفِ حِجَّةٍ مَقْبُوْلَةٍ.


Pada malam yang ke 29, ALLOH memberikan kepadanya pahala seribu ibadah haji yang diterima.

30. Malam ke 30

. وَفِى اللَّيْلَةِ الثَّلاَثِيْنَ يَقُوْلُ اللهُ " يَاعَبْدِى كُلْ مِنْ ثِمَارِ اْلجَنَّةِ وَاغْتَسِلْ مِنْ مَاءِ السَّلْسَبِيْلِ وَاشْرَبْ مِنَ اْلكَوْثَرِ مِنَ اْلكَوْثَرِ اَنَارَبُّكَ وَاَنْتَ عَبْدِى.


Pada malam yang ke 30, ALLOH berfirman :”makanlah buah-buahan surga, mandilah dengan air salsabil dan minumlah dari telaga kautsar, aku adalah Tuhanmu dan Engkau adalah hambaku”.

 (Referensi : Kitab Durrotun Nashihin).

Kiriman Gus Wahyu

Tahun 1975 Saat pengajian di bulan Ramadhan Romo KH. Mahrus Ali  menerangkan طول الامل mencontohkan dengan dawuhnya dihadapan santri santri, kurang lebih dawuh beliau : " aku mbiyen ora muluk muluk pengen dadi wong terhormat dadi wong sugih koyo sing mbok delok sak iki, tapi aku wedi nek aku dadi wong goblok terus wedi dadi wong mlarat terus, mulakno aku sregep ngaji sregep kerjo terus dadine aku koyo sing mbok delok sak iki, hla nek santri lumuh ngaji lumuh sinau lumuh kerjo tp pengene mbesok dadi wong terhormat wong sugih iku jenenge  طول الامل / pikiran muluk muluk alias panjang angan angan " begitu dawuh KH Mahrus ali menjelaskan.

Hari ini 06 Ramadhan. Haul Almarhum Almaghfurlah KH. Mahrus Aly. Semoga kita mampu meneruskan perjuangan beliau. Ngaji dan mengabdi kepada masyarakat seperti yang beliau contohkan.

Tahun 1975 Saat pengajian di bulan Ramadhan Romo KH. Mahrus Ali  menerangkan طول الامل mencontohkan dengan dawuhnya dihadapan santri santri, kurang lebih dawuh beliau : " aku mbiyen ora muluk muluk pengen dadi wong terhormat dadi wong sugih koyo sing mbok delok sak iki, tapi aku wedi nek aku dadi wong goblok terus wedi dadi wong mlarat terus, mulakno aku sregep ngaji sregep kerjo terus dadine aku koyo sing mbok delok sak iki, hla nek santri lumuh ngaji lumuh sinau lumuh kerjo tp pengene mbesok dadi wong terhormat wong sugih iku jenenge  طول الامل / pikiran muluk muluk alias panjang angan angan " begitu dawuh KH Mahrus ali menjelaskan.

Hari ini 06 Ramadhan. Haul Almarhum Almaghfurlah KH. Mahrus Aly. Semoga kita mampu meneruskan perjuangan beliau. Ngaji dan mengabdi kepada masyarakat seperti yang beliau contohkan.

Lahulfatihah...

Kiriman Gus Muhammad Abid Muaffan

Sekitar Tahun 1975, Saat pengajian di bulan Ramadhan, Romo KH. Mahrus Ali  menerangkan طول الامل mencontohkan dengan wasiat di hadapan santri santrinya, kurang lebih dawuh (nasihat) beliau seperti ini: 

"Aku mbiyen ora muluk muluk pengen dadi wong terhormat dadi wong sugih koyo sing mbok delok sak iki, tapi aku wedi nek aku dadi wong goblok terus wedi dadi wong mlarat. Mulakno aku sregep ngaji sregep kerjo terus dadine aku koyo sing mbok delok sak iki

Lha nek santri, lumuh ngaji, lumuh sinau, lumuh kerjo tapi pengene mbesok dadi wong terhormat tur sugih iku jenenge  طول الامل atau pikiran muluk muluk"

"Saya dulu tidak berambisi ingin jadi orang terhormat, jadi orang kaya sebagaimana yang kalian lihat sekarang. Namun saya takut jadi orang  yang bodoh kemudian takut jadi orang miskin, maka saya pun rajin mengaji dan bekerja dan jadinya yang seperti yang anda saksikan hari ini. 

Jika santri malas mengaji malas belajar, malas kerja namun berharap kelak menjadi orang terhormat dan kaya itu namanya panjang angan-angan"
(KH. Mahrus Ali Lirboyo)

Hari ini tepat tanggal 6 Ramadhan. Haul Almarhum Almaghfurlah KH. Mahrus Alybyang ke-35. Semoga kita mampu meneruskan perjuangan beliau. Ngaji dan mengabdi kepada masyarakat seperti yang beliau contohkan.

Lahulfatihah...

#serambilirboyo #lirboyo #pondoklirboyo #santrilirboyo


SAHABAT HINGGA KE LIANG LAHAT

KH Muhammad Makroef Kedonglo (1852 M - 1955 M), KH Abdul Karim Lirboyo(1856 M - 1954 M), KH Abu Bakar Bandar Kidul (. . . . - 1957 M) adalah tiga serangkai kyai yang menjadi rujukan bagi masyarakat kota Kediri kala itu. Kesepakatan (ijma') mereka  pada  sebuah masalah, selalu menjadi pedoman bagi ulama dan masyarakat Kediri.

Ketiga Kyai ini selalu terlihat bersama dan rukun atau guyup dalam bahasa jawanya. Setiap menghadiri sebuah acara, atau berada dalam kendaraan, posisi dan formasi ketiganya tidak pernah berubah, Kyai Abdul Karim selalu terlihat duduk ditengah, Kyai Makruf disebelah kirinya, dan Kyai Abu Bakar disebelah kanannya. Hal itu menunjukkan betapa istiqomahnya mereka bertiga. Dalam hal-hal yang sederhana saja, seperti duduk, mereka begitu istiqomah, terlebih lagi dalam hal ibadah pada Tuhan mereka. 

Konon, ketika mereka sedang bepergian, terutama saat bepergian jauh, di dalam kendaraan, Kyai Makruf lebih banyak menghabiskan waktunya untuk sholat sunnah fissafar, Kyai Abdul Karim membaca wirid ( wiridan ) dan Kyai Abu Bakar membaca sholawat. Praktis ketiganya jarang sekali terlihat saling berbicara apalagi bersenda-gurau, mereka bertiga lebih asyik dengan aktifitas masing-masing. 

Yang sungguh unik, saat mereka bertiga meninggal dunia, tanpa sebuah perjanjian, Kyai Abdul Karim dimakamkan tepat dibarat pengimaman (mihrab) masjid Lirboyo, Kyai Makruf disebelah kiri  (selatan ) pengimaman masjid Kedunglo, dan Kyai Abu Bakar disebelah kanan ( utara ) masjid Bandar Kidul. Menurut KH Mahrus Aly, hal itu mencerminkan betapa kompak, rukun dan tulus sekali persahabatan mereka bertiga. Hingga setelah meninggalpun, posisi dan formasi mereka bertiga tidak berubah sama sekali sebagaimana saat mereka masih hidup. Kyai Abdul Karim ditengah, Kyai Makruf disebelah kiri, dan Kyai Abu Bakar disebelah kanan. Sebuah teladan dan gambaran indah persahabatan dunia ahirat. 

_______
Sumber: Ustadz Anang Darunnaja

Ngalap Barokah ipun AL QUR'AN.
Semoga bisa Tambah BAROKAH.

Gus Hana Sya'roni :

1. Hal yang mulia di dunia adalah MEMBACA AL QUR'AN

2. Orang yang membaca Al Qur'an meniko gondonipun wangi.

3. Dalam acara tertentu, ketika membaca Al Qur'an harus di sesuaikan kondisinya. Dan perlu dengan Etika

4. Dalam bulan Ramadhan, mudah-mudahan kita semua bisa MEMPERBANYAK MEMBACA AL QUR'AN

5. Keistimewaan bulan Ramadhan :
- Bulan diturunkan nya Al Qur'an,

- Adanya Malam Lailatul Qadar,

- Perang pertama dan terakhir nya peperangan di zaman Rosulullah

6. Nabi Musa itu kepingin menjadi Umatnya Nabi Muhammad. Kita harus bersyukur menjadi UMATNYA NABI MUHAMMAD

#LsmAqilaQuds
#AlmasBatrisyiaSembako

Tabarruk lan Tawasul :

MBAH MAQOM

Dusun Wungu
Desa Megawon
Kecamatan Jati
Kabupaten Kudus
Provinsi Jawa Tengah

Ya Allah .. Ya Rabb ... Bu Wasilati "WALIYULLAH MBAH MAQOM"

Mugi Virus Corona jenengan angkat Sangkeng Indonesia Lan Sangkeng Dunia meniko. Kersanipun saget Hormat Bulan Suci Ramadhan

"INGIN TAU CERITANYA, SILAHKAN BISA BACA, BUKU JEJAK ULAMA NUSANTARA : HIKMAH DAN HIKAYAT TOKOH ISLAM KUDUS"

#LsmAqilaQuds
#AlmasBatrisyiaSembako
#H2SuksesMajuBarokah


بِسْـــــــــــــــمِ اللّٰه الرَّحْمَنِ الرَّحِيـــ🌠🌹 اَلسَلامُ عَلَيْكُم وَرَحْمَةُ اَللهِ وَبَرَكا�🌠

KISAH TERHARU ANTARA HUTANG 500 DINAR & SHOLAWAT NABI S.A.W
_______________________________________________

Sebuah kisah tentang seseorang yang terbelit hutang piutang, yang hidup dalam tumpukan hutang ditengah kubangan kemiskinannya.

Seorang lelaki yang dulunya kaya raya lalu jatuh bangkrut sampai terbelit hutang sana sini, sehingga mempunyai hutang yang besar.
setiap harinya, rumahnya penuh orang yang menagih hutang.

Hingga pada suatu hari ia pergi ketempat salah seorang saudagar kaya. Sudah bukan cerita baru, kedatangannya untuk meminjam uang pula. Ia meminjam uang sebanyak 500 dinar. 

Saking terkenalnya orang ini banyak hutang sampai-sampai saudagar ini bertanya, “Kira-kira kapan anda akan melunasi pinjaman ini ?”
“Minggu depan tuan...” jawabnya singkat.

Pada akhirnya ia pulang dengan 500 dinar digenggamannya. Jumlah segitu ia bayarkan kepada orang-orang yang setiap hari datang menagih hutang dan dari 500 dinar yang ia peroleh itu tidak tersisa sama sekali.

Hari demi hari ia bertambah sulit dan terpuruk kondisi ekonominya hingga tempo pembayaran hutangnya pun telah tiba. 

Saudagar itupun mendatangi rumah si miskin itu dan mengatakan " tempo hutang anda telah tiba ".

Dengan suara lirih dia menjawab : “Demi Allah saya sedang tak berhasil mendapatkan apa-apa untuk membayar, sungguh saya terus berusaha untuk melunasi.”

Saudagar merasa geram kepada si miskin dan mengadukannya ke pengadilan, dan membawanya ke hakim. 

Setibanya di pengadilan, si hakim bertanya : “mengapa anda tidak membayar hutang anda ?”
Lagi-lagi si miskin menjawab : Demi Allah saya tak punya apa-apa tuan.

Karena merasa ini adalah kesalahan si miskin maka hakim memvonisnya dengan hukuman penjara sampai ia melunasi hutangnya. 

Kemudian si miskin bangkit dan berkata : “Wahai tuan hakim, berilah saya waktu untuk hari ini saja. Saya hendak pulang ke rumah untuk berjumpa keluarga dan mengabarkan hukuman ini sekalian berpamitan dengan mereka, baru kemudian saya akan kembali untuk dipenjara.” 

Hakim menyahuti si miskin dengan mengatakan : “Bagaimana mungkin, apa jaminanmu bakal kembali besok, sementara aku telah memvonismu hukuman penjara ?”

Lelaki itu terdiam, tapi seolah mendapat ilham di benaknya. "Rasulullah jaminanku, wahai tuan hakim, bersaksilah untukku jika besok aku tidak kembali maka aku bukanlah termasuk umat Rasulullah.”

Si hakim tersentak diam dan tersentuh hatinya, ia sadar betapa agungnya Rasulullah....
Kemudian si hakim menunda hukuman penjara untuknya hingga esok.

Sesampainya di rumah, si miskin mengabarkan kondisinya kepada istrinya bahwa esok akan dipenjara. 

Lalu istrinya bertanya : “Wahai suamiku lantas apa mengapa sekarang engkau bebas ?”
“Aku menaruh nama Rasulullah sebagai jaminanku” begitu jawab suaminya. 

Mata istrinyapun berkaca-kaca dan air matanya menetes sembari berkata pada suaminya : “Selama Rasulullah masih menjadi jaminan bagimu maka mari kita bershalawat.” 
Dan merekapun bershalawat kepada Rasulullah dgn rasa cinta yg dalam.

Sampai akhirnya mereka tertidur, dalam tidurnya mereka mimpi melihat Rasulullah SAW, Beliau memanggil si miskin itu : “Hai fulan, jika besok telah terbit fajar maka pergilah ke tempat ulama fulan dan sampaikan kepadanya bahwa aku menitipkan salam untuknya dan suruh ia menyelesaikan hutang piutangmu. Jika ulama itu tidak percaya sampaikan 2 bukti ini.”

Kemudian si miskin itu bertanya : “Apa 2 bukti itu wahai Rasulullah?” 
Rasulullah menjawab : “Katakan padanya bahwa dimalam pertama ia sudah membaca shalawat untukku 1000x dan dimalam terakhir dia telah ragu dalam jumlah bilangan shalawat yang dibacanya.
Sampaikan padanya bahwa ia telah menyempurnakan shalawatnya.”

Seketika si miskin terbangun dan terkejut. Tanpa ragu pada pagi harinya ia pergi menuju si ulama fulan dan berjumpa dengannya. Tanpa buang waktu si miskin menyampaikan apa yang ia lihat dalam mimpinya. 
“Wahai tuan ulama, Rasulullah telah menitipkan salam untuk anda dan meminta anda agar menyelesaikan hutang piutangku.”
Sang ulama bertanya : “Apa bukti dari kebenaran mimpimu itu tentang yang anda sampaikan?”

Si miskin itu menyampaikan kedua bukti sebagaimana yang dikatakan Rasulallah SAW dalam mimpinya. "Dimalam pertama anda telah bershalawat kepada Rasulullah sebanyak 1000x dan dimalam terakhir anda telah ragu dengan jumlah bilangan shalawat yang telah anda baca. Rasulullah mengatakan bahwa hitungan shalawat anda telah sempurna, dan shalawat anda telah diterima oleh Rasulallah".

Mendengar hal itu spontan ulama itu menangis karena berita gembira shalawatnya diterima Rasulallah SAW.

Ulama tersebut memberi uang 500 dinar dari baitul mal (untuk melunasi hutang si miskin) dan 2500 dari harta pribadinya untuk si miskin sebagai tanda terima kasih atas berita gembira yang disampaikan.

Tidak berapa lama kemudian si miskin bergegas pergi ke hakim untuk menyelesaikan perkaranya. 

Sesampainya ditempat hakim, tiba-tiba si hakim bergerak kearah si miskin seolah ia rindu ingin melihatnya dan memanggilnya seraya berucap :
"Kemarilah, berkat anda aku mimpi berjumpa Rasulullah SAW. Rasulullah telah berpesan kepadaku bahwa jika aku menyelesaikan hutangmu maka kelak Rasulullah akan menyelesaikan perkaraku di akhirat. Ini uang 500 dinar untuk lunasi hutang2 anda".

Belum sampai selesai dia bicara, tiba-tiba pintu ada yang mengetuk. Ketika dibuka, ternyata saudagar penagih hutang yang datang. Dia langsung memeluk si miskin dan menciumnya sembari berucap :
"Berkat anda saya mimpi berjumpa Rasulullah. Beliau berkata padaku jika aku merelakan hutangmu maka kelak di hari kiamat Rasulullah akan merelakan segala tanggunganku dan ini uang 500 dinar hadiah untuk anda dan hutang anda lunas".

Subhanallah, kisah ini adalah sekelumit bukti betapa Rasulullah SAW selalu memperhatikan urusan umatnya. Shalawat dan cinta kepada Nabi bisa menghilangkan kegundahan dan keresahan bahkan bencana.

 Wallahu'alam.
#SHOLLU'ALANNABI

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ۞ الفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ ۞ وَالخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ ۞ نَاصِرِ الحَقِّ بِالحَقِّ ۞ وَالهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ المُسْتَقِيمِ ۞ وَعَلَى آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيمِ ۩


Hal yang paling menarik dalam kitab Babad Arung Bondan dan dapat dijadikan interpretasi lebih lanjut adalah pernyataan bahwa Gajah Mada merupakan anak dari seorang Mahapatih. Adapun nama patih yang menjadi ayah Gajah Mada masih belum akurat, sebab dalam kisah-kisah tradisional nama tokoh sering berganti karena diceritakan secara berulang-ulang dalam kurun waktu yang berbeda.

PARARATON

Krtarajasa Jayawardhana, atau dalam Pararaton dikenal dengan Raden Wijaya disebutkan memiliki beberapa pengikut yang setia. Merekalah yang mengiringi Raden Wijaya dalam pengungsian dan kemudian membuka hutan Trik sebagai cikal bakal Majapahit. Pengikut-pengikut tersebut diantaranya adalah Lembusora, Nambi, Ranggalawe, Gajah Pagon, Pedang Dangdi, dan lainnya.

 

Baca Napak tilas pelarian Raden Wijaya ke Madura

 

Dikisahkan bahwa salah satu pengiring Raden Wijaya bernama Gajah Pagon, terluka karena terkena tombak di pahanya ketika berperang melawan pengikut Jayakatwang dari Kadiri. Namun walaupun dalam kondisi terluka, Gajah Pagon tetap mampu berkelahi melawan orang-orang dari Kadiri yang mengejar-ngejar rombongan Raden Wijaya.

Setelah tentara Kadiri dapat dihalau, rombongan Raden Wijaya memasuki hutan di daerah Talaga Pager. Setelah itu mereka memutuskan untuk menuju ke Desa Pandakan dan disambut oleh kepala desa bernama Macan Kuping. Di desa ini, Raden Wijaya disuguhi kelapa muda yang setelah dibuka berisi nasi putih. Kemudian perjalanan berlanjut menuju Pulau Madura dan meminta bantuan kepada Arya Wiraraja. Namun, karena luka yang diterimanya, Gajah Pagon harus ditinggalkan di Desa Pandakan (Hardjowardojo 1956:39-40).

Mengenai tokoh Gajah Pagon Kitab Pararaton menyatakan:

“Gajah Pagon tidak dapat berjalan, berkata Raden Wijaya: ‘Penghulu Desa Pandakan saya titip seorang teman, Gajah Pagon tak dapat berjalan, agar ia tinggal di sini’.

Berkatalah orang Pandakan: ‘Hal itu akan membuat buruk taunku, juka Gajah Pagon ditemukan di sini, sebaiknya jangan ada pengikut tuanku yang diam di Pandakan. Seyogyanya ia berdiam di tengah kebun, di tempat orang menyabit rumput ilalang, di tengah-tengahnya dibuat sebuah ruangan terbuka dan dibuatkan gubuk, sepi taka da orang yang tahu, orang-orang Pandakan membawakan makanannya setiap hari’.

Gajah Pagon lalu ditinggalkan di situ….” (Hardjowardojo 1965:40).

Gajah Pagon tidak diceritakan lebih lanjut oleh Kitab Pararaton, namun dapat ditafsirkan bahwa keadaan Gajah Pagon berangsur-angsur membaik dan sembuh dari lukanya. Kemungkinan lain yang terjadi adalah ia dinikahkan dengan anak perempuan dari Macan Kuping.

Setelah kepala desa Desa Pandakan meninggal dunia, Gajah Pagon menggantikan tugasnya sebagai kepala desa. Selain itu, Majapahit dapat didirikan dengan menunjuk Raden Wijaya sebagai raja. Saat itulah para pengikut setia Raden Wijaya masing-masing diberikan kedudukannya, walaupun dalam berbagai sumber menyatakan bahwa ada yang tidak puas dengan kedudukan yang diberikan. Namun, Gajah Pagon tetap menjadi kepala desa Desa Pandakan.

Tafsiran selanjutnya yang terjadi adalah Gajah Pagon memiliki putra dari perkawinannya dengan anak Macan Kuping. Anak lelaki yang tumbuh gagah seperti ayahnya yang diberi nama Gajah Mada.

Gajah Mada dilahirkan dan dibesarkan di Desa Pandakan. Kemudian, ia mendapat pendidikan kewiraan oleh ayahnya. Nama desa Pandakan sendiri mungkin berlokasi di wilayah Pandakan sekarang, salah satu kecamatan di utara Malang. Apabila hal ini benar adanya, maka dapat disimpulkan bahwa Gajah Mada lahir di Jawa Timur, di dataran tinggi Malang, sebagai daerah awal mengalirnya Sungai Brantas.

Diawal berdirinya Majapahit, orang yang cukup disegani dan menggunakan nama “Gajah” hanya Gajah Pagon. Jika sang ayah, Gajah Pagon dikenal pada masa pemerintahan Raden Wijaya, maka Gajah Mada mulai dikenal pada masa pemerintahan Raja Jayanegara. (AGU)

 

(Sumber: Gajah Mada, Biografi Politik- Agus Aris Munandar. Gambar sampul karya Pramono Estu)


21 April, Mengapa Harus Kartini?

Setiap tanggal 21 April, bangsa Indonesia memperingatinya sebagai hari nasional, Hari Kartini. Hari Kartini semakin semarak ketika Presiden Soekarno ( 2 Mei 1964) memberi anugerah Kartini sebagai Pahlawan Nasional. Bagi Bung Karno, Kartini layak mendapatkan gelar tersebut sebab jasanya yang mengentaskan perempuan nusantara dari kungkuman  keterbelakangan pendidikan.

Dalam menilai Kartini, ada dua kubu yang berbeda pendapat. Sebagian melolak Kartini sebab ia tidak lain adalah didikan Belanda, yang menindas bangsa Indonesia. Sebagian lagi menerima tanpa mempermasalahkan siapa itu Kartini secara mendalam. Mereka hanya melihat jasa besar yang ditorehkan Kartini dalam emansipasi wanita, terlebih dunia pendidikan.

Orang yang tidak setuju dengan adanya Kartini membandingkan dengan pahlawan perempuan yang berjasa untuk bangsa Indonesia semisal Cut Nyak Dien, Tengku Fakinah, Cut Mutia, Pecut Baren, Pocut Meurah Intan, Cutpo Fatimah, Rohana Kudus, Dewi Sartika, Fatimah binti Abdus Shomad, dan Fatimah binti Abdul Wahhab Bugis. Semua perempuan ini berjasa terhadap bangsanya, bukan hanya dalam upaya melawan penjajah, akan tetapi dunia pendidikan pun dijalaninya. 

Mengkaji kebesaran nama Kartini memang tidak bisa dipisahkan dari peran Belanda. Mereka sangat berjasa memfasilitasi Kartini dan mengenalkan Kartini, hingga karyanya (dalam kumpulan surat-suratnya berbahasa Belanda) diterjemah dalam berbagai bahasa,  Inggris, Perancis, Indonesia, Jawa, Arab, dan Jerman. Belanda ingin membuktikan bahwa selain menjajah mereka juga berbuat jasa mencerdaskan kehiudupan pribumi dengan politik etisnya setelah lama digencarkan rodi-rodi dan tanam paksa. Mereka ingin membuktikan bahwa jasanya lebih besar dibanding dengan penderitaan yang ditumpahkan.

Tanpa menelisik kekurangan-kekurangan Kartini sebagai manusia biasa, ada kelebihan yang tidak diimiliki oleh perempuan lain, baik pendahulunya, maupun perempuan di masa mendatang. Kartini adalah sosok yang cerdas, putri bangsawan, dan mempunyai pemikiran besar yang dituangkan dalam karya tulis, yang senantiasa menginspirasi generasi setelahnya. 

Ia sangat gigih melawan ketidak adilan pemerintah Hindia Belanda dan memperjuangkan hak perempuan untuk menerima pendidikan sebagaimana laki-laki. Hak pendidikan perempuan yang didengunkan Kartini bukan untuk menyaingi laki-laki, akan tetapi agar perempuan bisa memenuhi kuwajibannya sebagai ibu, orang yang pertama akan pendidik manusia. Jika seorang ibu sudah terbelakangkan pendidikannya, maka bagaimana dengan anaknya. Kartini sangat mewanti-wanti masalah tersebut. Pendidikan yang digagasnya bukan hanya diperuntukkan kaum bangsawan, namun semebar untuk semua kalangan. Ia tidak menyukai pengkotakan yang tidak memanusiakan manusia.

Bukan hanya membela bangsanya, melalui penanya, ia membela agamanya (Islam). Ia berkata, “Usahakan zending itu, tetapi tidak dengan menashranikan orang!” Dengan teguh ia membela agamanya. Bahkan dengan lantang ia menyuarakan gelar yang diidamkan selama hidupnya, yaitu menjadi “Hamba Allah”, sebuah sematan yang diburu para nabi, rasul, ulama, dan ahli ibdah untuk mendapatkan derajat tinggi di sisi Allah.

Atas jasa besar yang ditorehkan Kartini, banyak orang yang terinsiprasi darinya. Setelah terbitnya Door Duisternis Tot Licht ini (1911), berbondong-bondong lembaga pendidikan perempuan berdiri, semisal sekolah Kartini di Semarang  (1912), Pondok Pesantren Putri Denanyar asuhan Kiai Bisry Syansuri, dan Pondok Pesantren Putri Sablak (1921) asuhan Ibu Nyai Khairiyah. Karena pengaruh kuat Kartini, ada salah satu pengasuh perempuan yang dijuluki “Kartini dari Jombang”, yaitu Ibu Nyai Abidah, putri Ibu Nyai Khairiyah.

Pengaruh Kartini atas emansipasi pendidikan perempuan telah menginspirasi Ibu Nyai Khairiyah untuk mengusulkan agar di Dar al-Ulum Makkah al-Mukarramah (Saudi Arabia) dibuat lembaga pendidikan untuk perempuan disamping lembaga pendidikan laki. Usul itu diterima oleh suaminya, Syaikh Muhaimin al-Lasemi (Rektor Dar al-Ulum). Karena jasa Ibu Nyai Khairiyah dalam memproklamirkan pendidikan perempuan pertama di Saudi Arabia, namanya diabadikan menjadi sebuah perguruan tinggi, Universitas Khairiyah.

*Oleh : Amirul Ulum


Mimpi Berjumpa Maulana Habib Lutfi 

Sekedar Tahaddust bin Ni'mah.

Alhamdulillah kemarin siang sekitar jam sepuluh siang, alfaqir saat tiduran di Masjid Lawang Songo Pondok Pesantren Lirboyo kediri, saya bermimpi berjumpa alfaqir diberi kenikmatan bisa bermimpi berjumpa dengan maulana Habib Lutfi bin Ali bin Hasyim bin Thoha bin Umar bin Thoha bin Yahya, Rois Aam Jamiyyah Ahlut Thoriqoh al-Mu'tabaroh an-Nahdiyah (JATMAN), Pimpinan Forum Sufi Sedunia, dan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Republik Indonesia.

Malam sebelumnya saya sempat membaca manaqib maulana habib lutfi dari buku milik Gus H. Said Ridwan, salah satu dzurriyah lirboyo yang menjadi anak angkat Maulana Habib Lutfi. Selain itu saya juga menemukan kitab manaqib Imam Ahmad bin Isa al-Muhajir karya KH. Abdullah bin Nuh Bogor yang di masa mudanya pernah belajar ke Habib Hasyim bin Yahya,  di Pekalongan, dan sebelum wafat Kyai Abdullah mengijazahkan semua kitab-kitab yang dipelajari dari kakek Maulana Habib Lutfi ini.

Karena begadang malam hari, pagi harinya badan pun ambruk. sehingga setelah ngaji Shohih Bukhori yang dibacakan oleh KH. Athoillah Sholahuddin Anwar, maka saya pun rebahan dan akhirnya tertidur di bagian belakang masjid Lirboyo dekat pintu. Di saat tidur itulah saya bermimpi berjumpa dengan Maulana Habib Lutfi.

Saat itu, saya menyodorkan riset kami tentang sanad Qiro'at Nusantara dan jejaring sanad keilmuan guru-guru penjaga kalam illahi di belahan tanah air. Terlihat antusias menyimak sedikit pemaparan kami tentang jejaring ulama nusantara. Seraya berdoa dan berharap semoga penelitian ini bisa bermanfaat sebagai media menelusuri sejarah ulama qurro' wal huffadz di nusantara

Dalam mimpi tersebut saya juga sempat menanyakan sanad habaib nusantara karena data yang masuk ke kami baru ada sanad Sayyid Usman bin Yahya, Mufti Batavia) dan sanad Habib Husein bin Syekh Al-Habsyi, murid KH. Muhammad Said Ismail Sampang (putra Habib Husein ada di grup ini). Namun Maulana Habib Lutfi belum memberikan jawaban. 

Di sela sowan yang saat itu bertempat di depan rumah, beliau sempat menyapa remaja yang ada di samping beliau. Dalam ingatan saya tersebut memang setting  rumah Maulana Habib Lutfi 
dalam mimpi tersebut tak seperti yang ada dalam kenyataan ndalem beliau di Pekalongan.

Dalam mimpi yang cukup singkat tersebut, pembicaraan berlanjut ke dalam rumah. Disana saya mengabarkan tentang karya ulama kontemporer indonesia yang telah mendunia yakni Jam'ul Abir fi Kutubi Tafsir karya Dr. KH. Afifuddin Dimyathi (Cucu KH. Romli Tamim, Mursyid Thariqah Qodiriyyah wan Naqsabandiyyah dan Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum, Peterongan, Jombang). Terlihat Maulana Habib Lutfi cukup bahagia mendengarnya.

Selanjutnya saya juga menyampaikan bahwa telah terbit at-Tsabat Al-Indunisy karya Gus Nanal Ainal Fauz yang mendokumentasikan kitab karya-karya ulama Indonesia dan sanadnya. Saat itu beliau berkata semoga kitab-kitab dalam tsabat tersebut dapat diterbitkan dan disebarluaskan agar generasi muslim bisa menyelami samudera keilmuan masyayikh Nusantara yang luar biasa.

Dan di penghujung mimpi tersebut, beliau mohon maaf tidak bisa melanjutkan perjalanan karena akan bersiap menuju Malaysia. Dan setelah Maualana Habib Lutfi berkata demikian saya pun terbangun karena KH. Abdullah Kafabihi Mahrus (Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo yang juga (adik ipar Dr. KH. Ahsin Sakho Muhammad) telah hadir untuk melanjutkan pengajian khataman Shohih Bukhori.

Setelah duhur saya sempatkan sowan ke Habib Ali Zainal Abidin Yahya (Menantu KH. Kafabihi) dari Indramayu setelah Pengajian Kitab Hasyiyah ala Muhtasor bin Abi Jamroh lil-Bukhori. Secara kebetulan saat mengaji kitab yang berisi kumpulan hadist pilihan karya syekh Muhammad Ali as-Syinwani ini sedang menguraikan hadist tentang siapa yang bermimpi bertemu Rasulullah SAW, maka itu sebenar-benarnya mimpi karena setan tak bisa menyerupai Rasulullah SAW.

Yik Ali panggilan akrab menantu Kyai Kafabihi Mahrus masih terhitung kerabat jauh Maulana Habib Lutfi. Ketika menanyakan tafsir dari mimpi saya tadi, Yik Ali menyarankan untuk sowan langsung ke Maulana Habib Lutfi. Karena menurut beliau mimpi itu menjadi isyarah alfaqir untuk bisa berjumpa langsung dengan Maulana Habib Lutfi yang nasabnya bertemu dengan Yik Ali di kakek mereka yakni Habib Toha bin Yahya.

Insya Allah jika situasi sudah memungkinkan saya telah mengagendakan sowan langsung ke Maulana Habib Lutfi ke Pekalongan. Meskipun cukup sulit terlebih di tengah merebaknya virus Corona, juga karena kesibukan Maulana Habib Lutfi yang berjibun dan tamu yang tak hentinya berkunjung, semoga rencana ini bisa segera terealisasi. 

Sebelumnya KH. Ahmad Baduhun, Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Falah, Kaliwungu, Kendal yang juga  juga sempat membawa hasil penelitian kami tentang sanad alquran ayahnya yakni KH. Badawi Kaliwungu Kendal yang dikenal sebagai Ahlul Qur'an ini kepada Maulana Habib Lutfi. Dan Insya Allah menunggu waktu yang tepat sanad tersebut akan sampai ke tangan sosok ulama yang alim allamah ini.

Dan semoga mimpi diatas juga kelak menjadi wasilah bertemu langsung dengan datuk dari Maulana Habib Muhammad Lutfi bin Yahya walau dalam mimpi. Meski hidup terus bergelimang dosa, namun berkat Rahmat Allah SWT kita dapat berjumpa dengan sosok Rasulullah SAW di dunia dan kelak bisa bersama beliau menuju Jannatul Firdausi A'la bi barkati syafaat Qur'an al-Karim.

 وَيَامَنْ يَخْطُبُ وِصَالَهُ يَقَظَةً وَمَنَامًا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا،

"Wahai  yang menginginkan berjumpa dengan Rasulullah SAW dalam keadaan terjaga dan dalam mimpinya, maka bersholawatlah untuknya dan sampaikanlah salam sejahtera dengan salam terindah"

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِه وَصَحْبِهِ

Ya Allah berikanlah sholawat salam dan keberkahan kepada Rasulullah SAW keluarga beserta sahabatnya.

Lirboyo 20 April 2020
Muhammad Abid Muaffan


Al-Habib Sholeh bin Ahmad bin Salim Alaydrus, Kitabnya Jadi Rujukan di Timur Tengah, Pakar Hadits dan fiqh dari Malang, Jawa Timur yang telah menulis 42 kitab.
=====================================

Dua rak almari di ruang tamu Al-Habib Sholeh bin Ahmad bin Salim Alaydrus itu penuh oleh kitab. Hampir semuanya berbahasa Arab. Tebal dan berjilid-jilid. Kitab karangan berbagai ulama terkenal dunia dengan berbagai tema itu disusun rapi. Ada yang berisi tentang fiqh, tafsir, Hadits, dan lain sebagainya. Judul dan penulis kitab-kitab itu tertera dibagian belakang buku sehingga mudah dibaca. Mengambilnya pun tak sulit.

Di antara deretan ratusan kitab “gundul” itu -demikian kalangan santri biasa menyebutnya karena tak berharakat- ternyata ada sebagiannya buah karya Habib Sholeh. Jumlahnya sekitar 42 kitab. Semuanya berbahasa Arab. Ada yang sudah dicetak luks, tapi ada juga yang masih berupa print out.

 
Meski lahir di Malang, Jawa Timur dan kini tinggal di kota apel itu, tapi karangan guru tetap di Pesantren Darul Hadits Al-Faqihiyyah, Malang ini menembus hingga ke luar negeri. Kitabnya mendapat apresiasi para ulama. Ada beberapa kitabnya yang menjadi rujukan di beberapa negara di Timur Tengah, seperti Arab Saudi, Yaman, Madinah, dan Mesir. Bahkan, Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir pun menggunakan kitabnya sebagai bahan ajar mahasiswanya.

Kemampuan menulis pria kelahiran 1953 ini diasah sejak belajar di Makkah pada tahun 1977. Habib Sholeh, demikian sapaan akrabnya dibimbing langsung oleh gurunya, As- Sayyid Muhammad Bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani. Habib Sholeh tergolong murid yang cerdas dan ulet. Oleh karena itu, tak begitu sulit baginya mengikuti proses belajar. Ia pun ditunjuk Syaikh Al-Maliki, ulama besar Ahlussunnah waljamaah yang bermazhab Malikiyah namun paham mazhab Syafi’iyah ini menjadi juru tulisnnya.

“Setiap mengajar. Abuya menyuruh saya dan beberapa murid senior pilihan lainnya untuk menuliskan setiap penjelasan yang disampaikan dalam setiap waktu belajar,” ujar habib kharismatik ini kepada Suara Hidayatullah medio September lalu.

Murid yang mendapat amanah itu bukan sembarang orang. Setidaknya, ujar Habib Sholeh, mereka harus cerdas dan memiliki kemampuan yang cukup. Ia pun bisa menunaikan titah gurunya itu dengan baik. Sejak itulah, kemampuan tulis menulisnya terasah semakin tajam.

Menurutnya, Abuya Al-Maliki, demikian Habib Sholeh biasa memanggil gurunya itu adalah penulis produktif. Karanganya saja, katanya, mencapai 250 kitab. Karena itu, Abuya Al-Maliki menularkan ilmunya tersebut kepada murid-muridnya. “Abuya Al-Maliki selalu menyarankan muridnya agar gemar menulis buku,” ujar Habib Sholeh.
Bagi Habib Sholeh, menulis adalah keharusan, terlebih seorang ulama. Sebab, katanya, dengan buku orang akan bisa berbagi banyak manfaat yang tiada terbatas waktu dan tempat.

“Menulis itu memiliki manfaat kolektif. Karya kita bisa dinikmati banyak orang. Meski kita sudah mati, tapi kitab kita masih bisa dinikmati. Dan itu yang membuat kita tetap hidup,” jelasnya.

Tak lama usai berlatih menulis, ia mulai mengarang. Habib yang cukup disegani di Malang ini setiap hari membagi waktu antara belajar dan menulis. “Ketika itu, saya sudah bisa menulis 16 kitab dan dicetak di Makkah,” terangnya.

Menulis baginya bukan hal sulit. Selain dibimbing gurunya, ia juga dibantu dengan banyaknya referensi kitab di perpustakaan (maktabah). Abuya Al-Maliki memiliki tujuh maktabah yang cukup besar. Jumlah kitabnya bila diperkiraan bisa mencapai lebih dari sejuta.

“Jadi, dalam menulis, saya tidak kekurangan rujukan. Kitab tentang apa saja, insya Allah tersedia,” tuturnya.

Ketika kembali ke Tanah Air pada 1988, aktivitas menulisnya tidak redup, bahkan kian bersinar. Ia pun menambah koleksi karyanya itu dari 16 hingga 42 kitab. Dan, berapa banyak kitab yang hendak ia tulis lagi? “Insya Allah, jika Allah menghendaki. Tapi menulis kitab itu sangat penting,” jelasnya. Tampaknya, menulis sudah menjadi bagian hidupnya.

Menurut santrinya, ayah tujuh anak itu adalah pakar Hadits dan fiqh. Habib Sholeh begitu menguasai dua disiplin ilmu tersebut. Bukan berarti ia mengabaikan bidang lainnya. Ilmu lain, seperti al-Qur`an, sejarah, kebudayaan, sastra, tafsir, dan yang lainnya juga dikuasainya. Oleh karenanya, kitab-kitab karanganya cukup komplit. Hampir segala bidang, seperti Hadits, fiqh, tasawuf, tsaqafah islamiyah, tarikh, sastra, dan nahwu.

Dari 42 kitab, ada 5 karanganya yang termasuk monumental. Kitab itu adalah Assyaafiyah Fii Istilaahatil Fuqaha Asy Syafi’iyyah, Is’aaful Muhtaj Fii Syarhil qiilaat Al-Murajjahah Fiil Minhaaj, I’laamul Bararah Bi Mabadi’ al-‘Asyarah, Lafthul Intibahat Fiima Hadzaral Ulama Minat Ta’lifaat, dan Faidhul ‘Allam Fii syarhi Arba’in Haditsan fis Salaam.

Di antara ke-5 kitab itu, katanya lagi, kitab Assyaafiyah Fii Istilaahatil Fuqaha Asy Syafi’iyyah paling mendapat pengakuan di Timur Tengah, terutama di Hadramaut, Yaman. Kitab yang berisi istilah di kitab-kitab Syafi’iyyah itu menjadi pegangan para mufti. Begitu juga di Pesantren Lirboyo, Jawa Timur, kitab dua jilid ini menjadi bahan ajar penting.

Kitab yang Berjalan

Habib Sholeh sejak kecil rajin belajar pengetahuan keislaman. Ia menempuh sekolah dasar di Madrasah Ibtidaiyah At-Taraqqie, Malang dan dilanjutkan di Madrasah Tsanawiyah Pesantren Darul Hadits Al-Faqihiyyah, Malang. Di sini ia belajar dasar-dasar Hadits kepada Al-Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfagih yang dikemudian hari menjadi mertuanya. Dari situ, ia langsung belajar ke Abuya Al-Maliki di Makkah.

Sebenarnya, waktu belajarnya hanya 5 tahun. Karena merasa belum puas, ia menambah 5 tahun lagi. Habib yang kini kerap berdakwah di Malaysia, Singapura, dan Thailand itu akhirnya belajar secara khusus kepada Abuya Al-Maliki hingga telah mempelajari lebih dari 100 kitab.

Suatu waktu, Abuya Al-Maliki yang juga pernah tinggal di Malang ini diminta seorang ulama di Malang untuk tetap tinggal di daerahnya. Namun, karena alasan ingin terus berdakwah, ia pun menolaknya. Ia hanya mengatakan akan mengutus seorang muridnya.

“Nanti saya akan utus ulama ke Malang. Ia adalah kitab yang berjalan,” ujarnya. Ternyata, yang dimaksud ungkapan ulama berjalan itu adalah Habib Sholeh. 

Kitab-kitab Susunan Al Habib Sholeh bin Ahmad Al-Aydrus, 

Dalam Bab Hadits : Lafthul Intibahat Fiima Hadzaral Ulama Minat Ta'lifaat, Tuhfatul Akhyaar Fii takhriji maa fii an Nashaih Minal Akhbar, Faidhul 'Allam Fii syarhi Arba'in Haditsan fis Salaam, Syarh At Targhiib Wat Tarhiib (dua juz)

Dalam Bab Fiqih : Assyaafiyah Fii Istilaahatil Fuqoha Asy Syafi'iyyah (dua juz), Is'aaful Muhtaj Fii Syarhil qiilaat Al Murojjahah Fiil Minhaaj, Irsyadul Haair ilaa ad'iyah wa aadabil Hajji Wal Musaafir Waz Zaair (Buku Panduan Adab dan Doa untuk Haji, Umrah dan Musafir)

Bab Tasawwuf: Al Mawaahibul Jaliyyah Fii Mukaatabaati Ahli Maqamatil Aliyyah, An Nashrul Faaih Fii Tartiibil Fawaatih

Bab Tsaqofah Islamiyyah: Al Faidhul Ilmiyyah Wal Fakahaatul Adabiyyah, I'laamul Bararah Bi Mabadi' al 'Asyarah, Fakkul Mughlaqat Fii bayanii al-Muradaat Mina Alqaab wa Asmaail Kutub al Muthlaqat.

Bab Tarikh : Minhaatul Ilaahil Ghaniy Fii Ba'dhi Manaaqibi Al Imam Alawy bin Abbas Al Maliki Al-Hasani, Lawaami'un Nur As Sani Fii Tarjamah Syaikhina Al Imam Muhammad bin Alwi Al Maliki Al- Hasani, Ghayatul Amani fi ba'dhi manaqibi Al Habib Al Imam As Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki Al Hasani.

Bab Sastra : Al Lughotul Arobiyyah Lughotul Qur'an, Al Injaaz Fii Amtsalat ahli Hijaaz, Nailul Arab Bii Muqaddimatil Khutab

Bab Nahwu : Alghaz An Nahwiyyah

Semoga Allah memanjangkan umur Habib Sholeh dalam keadaan sehat wal afiyat. Amin. 
___________________________

Sumber: Suara Hidayatullah dan http://www.madinatulilmi.org/


Resep Menjadi Dokter Yg Ulama

Oleh: Ustadz Khoriul Fata 

Tatkala Syaikh Yusri berstatus mahasiswa kedokteran, di waktu yg sama beliau juga aktif mengaji dan mengambil ilmu dari majelis ilmu para Ulama Al-Azhar. Kecintaannya pada ilmu-ilmu agama, membuat maulana Dr. Yusri muda, hendak meninggalkan bangku fakultas kedokteran, merasa rugi belajar ilmu-ilmu kedokteran. Keinginan kuat untuk fokus belajar ilmu agama itu,  beliau utarakan pada gurunya Waliyulloh Syaikh Abdulloh Siddiq al-Ghumariy, namun di luar dugaan, Sang Guru Mursyid memberi jawaban berbeda dari keinginan sang murid, berikut jawabannya : 

" Dimana saja Allah meletakkan kamu, disitulah kamu bisa beribadah kepada Allah. Buatlah dengan baik : itu lah bidang yg dipilihkan  Allah untukmu "

Setelah mendengar jawaban indah itu, maulana Dr. Yusri kembali ke rumah membuka kembali buku-buku ilmu kedokteran. Beliau tekuni ilmu tsb dari S1, lanjut S2 sampai menyabet gelar Doktor di bidang yg sama karena Allah Ta'ala. Di waktu yg sama beliau tekuni juga mengaji ilmu-ilmu agama pada para Ulama Al-Azhar,  bahkan setelah menuntaskan S3-nya,  Maulana Dr. Yusri menyambung ke fakultas Syari'ah Universitas Al-Azhar program S1, lulus dengan predikat Jayyid Jiddan. Tahun 2005, maulana Dr. Yusri mendapat gelar profesor bidang kedokteran,  dan menjadi anggota asosiasi dokter bedah Internasional. Ada satu resep yg beliau pegang hingga mengantarkan pada derajat mulai ini, resep yg lahir setelah mendengar hikmah dari sang Guru Mursyid Syaikh Abdulloh Siddiq, " Kali ini aku membaca buku-buku kedokteran karena Allah Swt ". Dan sejak itu,  maulana Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabar, dianugerahi ilmu kedokteran dan ilmu agama, dua ilmu yg mulia. Sebagaimana perkataan Imam Syafi'i r.a, yg dinukil oleh Imam Azzarnuji dalam kitab Ta'lim Muta'allim " Ilmu ada dua ilmu fiqih untuk agama dan ilmu kedokteran untuk tubuh,  yg selain itu hanyalah tambahan di majelis." 

Semoga menjadi inspirasi kebaikan para calon dokter atau dokter-dokter yg kini tengah berjihad melawan Corona.

NB :  Kisah ini pernah maulana sampaikan dalam safari dakwah di Indonesia,  tepatnya saat memberi pengajian al-Hikam di Ponpes Progresif Bumi Sholawat Sidoarjo

Maulana,  Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabar al-Hasani
(Dokter,  Ulama,  dan Mursyid Tarekat Syadziliyyah)


MAKAM PANGERAN SAMBERNYOWO

Makam Pangeran Sambernyawa berada di Astana Mangadeg karena untuk mengingat kembali masa perjuangannya dalam mengusir penjajah Hindia Belanda selama enam belas tahun dan mendapatkan barokah dengan bertapa di Gunung Mangadeg.

“Di Astana Mangadeg kini telah dibangun monumen yang diberi nama Monumen Tri Darma sebagai tanda tempat dulunya Pangeran Sambernyawa bertapa untuk mencari petunjuk pada Sang Pencipta dalam pengabdiannya pada Bumi Pertiwi,” tuturnya.

“Selain itu, untuk mengingat petunjuk kedua pertapa yaitu kyai Adi Sono dan kyai Adi Roso, di bangunlah gapura, bertuliskan nama kedua kyai tersebut.” Lanjutnya.

Bangunan Astana Mangadeg saat ini terdiri dari tiga komplek bangunan, yaitu komplek makam Mangkunegaran I berserta keturunannya, Komlek makam keturunan Mangkunegaran II dan III, dan komplek makam dari beberapa keturunan yang lain. Pembangunannya diprakarsai oleh yayasan Mangadeg pada tahun 1970.

PANGERAN SAMBER NYAWA

Konsep gerilya Tiji Tibeh

Selain konsep gerilya, ternyata Samberyawa pun membagi pasukannya dalam tiga matra, yaitu matra darat, matra laut, dan matra gunung. Untuk pasukan masing-masing matra sengaja dipilih dari penduduk lokal per matra, sehingga menguasai teknis dan medan pertempuran sesuai karakter masing-masing. “Wilayah gerilya Sambernyawa itu mencakup wilayah pesisir pantai selatan dan pantai utara, serta seluruh wilayah cakupan Gunung Lawu hingga ke Ponorogo, Jawa Timur,” ungkap Wawan.

Uniknya, untuk mengomando ribuan pasukannya, Sambernyawa cukup hanya dengan semboyan tiji tibeh atau mukti siji mukti kabeh, mati siji mati kabeh (suka duka ditanggung bersama). Semboyan itu sendiri dilandaskan pada semangat hanebu sauyun atau filsafat serumpun tebu, yang diartikan sebagai semangat keadilan itu sendiri.

 Karena Sambernyawa pernah bersabda, “Hanebu sauyun, samangsa kelebaning banyu tan kena pinilih” yang artinya bagai serumpun tebu, yang sewaktu-waktu diberi air tidak boleh pilih kasih. “Artinya Sambernyawa menganggap para pengikutnya sebagai sahabat, bukan budak. Untuk itu mereka pun pantas diperlakukan secara adil,” papar Wawan.

Sambernyawa pun terbilang sangat demokratis. Karena setelah pasukannya meraih kemenangan, dirinya menggunakan prinsip Tri Darma, yaitu rumongso melu handarbeni (merasa ikut memiliki), wajib melu hanggondheli (berkewajiban ikut mempertahankan), dan mulat sariro hangrosowani (berani melakukan introspeksi diri). 

Yang artinya, Sambernyawa menekankan jika kemenangan yang diraih adalah kemenangan semua, bukan karena jasa atau kepandaian satu pihak saja.

Ada yang unik dari sisi lain Sambernyawa yaitu juga terkenal sangat religius. “Terbukti di tengah sengitnya pertempuran yang dilaluinya, Sambernyawa sempat menyalin Alquran 30 juz sampai delapan kali dengan tulisan tangannya sendiri,” ungkap Wawan. “Ini yang luar biasa dari Sambernyawa, mengingat dirinya dibesarkan dari lingkungan bangsawan yang sangat feodalistik,” imbuhnya`

Kiriman Mas Dody

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget