JANGAN MERENDAHKAN ORANG LAIN
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasul SAW bersabda:
إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ
Sesungguhnya Allah mengangkat (menjadikan mulia) dengan Al-Qur-an ini ; beberapa kaum dan Allah pun merendahkan (menjadikan hina) beberapa kaum dengannya (akibat tidak mengamalkan isinya). [HR Muslim]
_Catatan Al ustadz_
“Jalannya sama. Gayanya juga sama. Kakinya sama. Langkahnya juga sama. Tangannya sama. Jumlah jarinya sama. Tetapi ada yang tidak sama. Kita sekolah dia tidak. Matanya ada. Hidungnya juga ada. Kupingnya ada. Mulutnya juga ada. Bulunya ada. Rambutnya juga ada. Tetapi ada yang tidak sama. Kita di kota dia di hutan. Tan.. tan.. orang utan...”
Itulah lirik lagu anak tempoe doeloe yang menggambarkan betapa miripnya manusia dengan binatang dalam fisiknya namun di sisi yang lain manusia berbeda dengan binatang dalam hal ilmu dan peradabannya. Imam Ghazali berkata :
الخاصية التي يتميز بها الناس عن سائر البهائم هو العلم
Keistimewaan yang membuat manusia berbeda dengan binatang adalah ilmu.
Lantas Imam Ghazali memberikan penjabaran : “Manusia dianggap sebagai manusia sebab sesuatu yang menjadikan manusia itu mulia. Sesuatu (yang menjadikan mulia) itu bukanlah kekuatan badannya karena bagaimanapun kuatnya, unta lebih kuat dari manusia. Bukan pula karena besarnya badan sebab sebesar-besar badan manusia masih lebih besar gajah. Bukan pula karena nyali-nya (keberanian) karena harimau lebih punya nyali dari pada manusia. Bukan pula karena makannya yang banyak karena sapi lebih besar perutnya (untuk menampung makanan yang banyak). Bukan pula dikarenakan “keperkasaan”nya dalam bersenggama karena burung pipit (ushfur) yang paling lemah masih lebih kuat dibanding manusia. Maka tiada lain kemuliaan manusia karena faktor ilmu”. [Ihya Ulumuddin]
Ilmu, Ya ilmu. Itulah yang membedakan manusia dengan binatang sehingga manusia menjadi makhluk yang mulia dan dijadikan khalifah di muka bumi ini. Ilmu yang dimaksudkan adalah ilmu sebagai landansan amaliyah. Maka yang dimaksudkan dengan ilmu tersebut bukanlah ilmu sebagai wacana dan cerita namun ilmu yang diserap oleh mata dan telinga lalu menjadi dasar akal dan hati untuk beramal. Abdul Wahab al-Sya’rani menukil perkataan Ibrahim bin Adham :
أطلبوا العلم للعمل فإن أكثر النّاس قد غلطوا حتي صار علمهم كالجبال وعملهم كالذر
“Carilah ilmu untuk beramal, kebanyakan manusia telah keliru, sehingga menjadikan ilmunya setinggi gunung tapi amalnya sekecil debu.” [Thabaqat al-Kubra]
Manusia yang tak mampu menyerap ilmu dan mengaplikasikan dalam amaliyahnya maka ia tak ubahnya binatang. Al-Hasan berkata :
لولا العلماء لصار الناس مثل البهائم
Seandainya tidak ada ulama (yang mebgajarkan ilmu) niscaya manusia menjadi seperti binatang [Ihya Ulumuddin]
Bahkan lebih jelek dari binatang sebagaiman Allah SWT berfirman :
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. [QS Al-A’raf : 179]
Ternyata Al-Quran-pun membuka mata kita bahkan manusia bisa lebih sesat dari binatang atau dengan kata lain ada binatang yang “lebih mulia” dari manusia yang demikian. Di saat manusia berebut harta dengan menghalalkan segala cara, justru ada binatang yang mempersilahkan binatang lainnya untuk mendapatkannya.
Dikisahkan oleh sebagian sufi : “Ketika kami berada di kota Tharsus (Turki) bersama rombongan untuk keluar menuju gerbang kota tersebut maka ada seekor anjing mengikuti kami. Saat kami sampai di gerbang, kami melintasi bangkai hewan dan kamipun naik ke dataran tinggi untuk duduk (beristirahat). Ketika anjing itu melihat bangkai tersebut tiba-tiba ia kembali ke dalam kota dan beberapa saat kemudian dia datang bersama sekitar dua puluh anjing lainnya mendekati bangkai hewan itu lalu anjing-anjing itu memakannya.
Namun, satu anjing yang mengikuti kami itu hanya berdiri memandang dari kejauhan hingga teman-temannya berebut menghabiskan daging bangkai tersebut dan menyisakan tulang belulangnya. Setelah itu, ke dua puluh anjing itupun kembali masuk ke kota meninggalkan seekor anjing yang tadinya memanggil temannya sendirian. Lalu anjing tersebut makan sedikit sisa-sisa bangkai tadi kemudian pergi menghilang”. [Ihya Ulumuddin]
Di saat manusia berjualan dengan cara menipu, mencampuri susu dengan air, mencampur madu dengan gula dll. justru ada binatang cerdas mengingatkan manusia. Rasul SAW bersabda : “Dahulu ada seorang yang menjual khamr (saat itu masih halal hukumnya) di kapal bersama kera. Dia menjual khamr dengan cara mencampurnya dengan air. Maka kera mengambil kantong uang (hasil penjualan khomer itu) lalu naik di kayu (tiang) layar kapal seraya membagi uang, sebagian dinar ia lempar ke laut dan sebagian dinar ia lempar ke kapal.” [HR. Ahmad]
Bahkan ketika manusia berzina dengan bayaran yang mahal hingga 80 juta maka lihatlah apa yang diceritakan oleh Amr bin Maimun :
رَأَيْتُ فِي الْجَاهِلِيَّةِ قِرْدَةً اجْتَمَعَ عَلَيْهَا قِرَدَةٌ قَدْ زَنَتْ فَرَجَمُوهَا فَرَجَمْتُهَا مَعَهُم
Saya pernah melihat pada masa jahiliah ada seekor kera yang berzina. Lalu beberapa kera berkumpul untuk merajamnya, aku pun ikut merajam bersama mereka [Shahih Bukhari]
Maka manusia yang tidak mengamalkan ilmunya dan perbuatannya bertolak belakang dengan ilmunya sebagaimana hadits utama di atas akan dihinakan oleh Allah SWT bahkan mereka itu dijuluki oleh Al-Quran “seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi”. Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Faatih membuka hati kita agar selalu beramal sesuai dengan ilmu dan memberi ghirah untuk selalu menunut ilmu yang mengantarkan kita menggapai ridlo-Nya.
Salam Satu Ayat
Muhammad Chumaydi Abu Hamid Al Madury
Kiriman Gus Asep Wahyu - NAHDLATUL ULAMA 3
Posting Komentar