ORANG Indonesia pertama yang menerima Doktor Honoris Causa dari Al-Azhar Mesir
===================================== Beliau Adalah Dr. KH. Idham Chalid, MA Alumni Gontor Pertama yang kipranya di Pemerintahan diperhitungkan: pernah menjadi perdana menteri RI, Ketua MPR RI, Ketua DPR RI, DPA RI, Ketua Umum PBNU Termuda dan Terlama Dalam Sejarah selama 28 tahun. Satu2nya alumni gontor yang dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional.
Para Mahasiswa Indonesia di Mesir menyambut kedatangan beliau KH Idham Chalid di Airport Kairo. Kyai Hamdan Chalid, Lc (saat itu berstatus sebagai mahasiswa Universitas Al-Azhar) mendapat penghormatan dari bapak KH. Idham Chalid yang saat itu sebagai Wakil Perdana Menteri II Kabinet Ali Sastroamidjojo dan Kepala Keamanan RI, karen diminta mendampingi beliau selama di Kairo, dan menginap bersama beliau di Hotel Hillton kurang lebih tiga hari tiga malam.
SABTU, 2 Maret 1957, dilangsungkan penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa kepada KH. Idham Chalid di Aula University Al-Azhar Mesir. Surat Keputusan penetapan pemberian gelar tersebut dibacakan oleh Wakil Al-Azhar Univeristy Kairo Al-Mukarram Syekh Noor Al-Hasan.
Idham Chalid menyampaikan orasi ilmiyah tentang "at-Tadlomun fil Islam” di hadapan Kibarul Masyayikh, Ustadz, Doktor, para Sarjana, Mudarris, Muallimin, Muballighin, dan mahasiswa-mahasiswa dari Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika. Para hadirin sangat kagum mendengarkan orasi ilmiyah pak Idham, mereka tidak menduga orang Asia bisa menyampaikan orasi ilmiyah berbahasa Arab dengan fasih dan lancar.
Usai orasi ilmiah, Al-Mukarram Dr. Muhammad Al-Bahay selaku Direktur Bagian Kebudayaan Islam Universitas Al-Azhar mengucapkan kata sambutan dan selamat kepada bapak KH. DR. Idham Chalid atas diberinya gelar Doktor Honoris Causa.
Orasi ilmiahnya bukan cuma sekedar konsep, tapi juga diimplementasikan dalam kehidupan nyata dalam berbangsa dan bernegara. Beliau berkunjung ke Kerajaan Arab Saudi menyampaikan ungkapan terima kasih atas solidaritas bantuan Arab Saudi dalam berbagai hal untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Setelah itu KH. Idham Chalid, KH. Anwar Musaddat (Ulama NU Jawa Barat),Ahmad Bafaqih (Wartawan), AA. Daily Monty (Politikus), dan KH Hamdan Chalid (saat itu Mahasiswa), mengadakan silaturahmi dengan ke kediaman Tuan Anwar Saddat (Ketua DPR Mesir waktu itu) di rumah pribadi beliau di luar kota Kairo. Juga bersilaturahmi dengan Mufti Palestina Amien AlHuseini (salah seorang tokoh penggagas pengakuan kemerdekaan RI) dan Duta Besar dari Filipina kebetulan beragama Islam, serta mengadakan resepsi dengan duta-duta besar bersama mahasiswa/i Indonesia yang ada di Mesir. Saat itu beliau berpidato menggunakan Bahasa Inggris. Beliau sangat gigih bersemangat dalam memajukan perkembangan islam dan kemajuan negaranya, beliau selalu menyempatkan diri berdialog dan bermuzakarah dengan duta-duta besar negara sahabat.
Beliau orang Indonesia pertama yang menerima gelar Doktor Honoris Causa, barulah kemudian Buya Hamka mendapatkan gelar serupa dari AlAzhar pada 21 Januari 1958, begitu juga Bung Karno pada 24 April 1960.
==============================================
Dr. KH. Idham Chalid (1922-2010) adalah seorang ulama kharismatik asal Amuntai, hafal Alquran, Mursyid Dalailul Khairat, Mudir ‘Am Jam’iyah Ahlith Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdiyah, Pengasuh Pondok Pesantren Rasyidiyah Khalidiyah Amuntai, Ponpes Darul Qur’an Cisarua Bogor, dan Ponpes Darul Ma’arif Cipete Jakarta Selatan.
Saat berusia 12 tahun, Idham Chalid kecil sudah pandai berpidato. Usia 16 tahun diminta ceramah keliling kemana-mana. Berceramah dan berpidato tentang kepahlawanan tokoh-tokoh dunia seperti Umar bin Khattab, Khalid bin Walid, Napoleon Bonaparte, Abraham Lincoln, Mahatma Gandhi, dan lain-lain membuat masa terkagum-kagum.
Pada usia 18 tahun sudah mengajar di Pondok Modern Darussalam Gontor dan menjadi Wakil Direktur Kulliyatul Muallimin al-Islamiyah, mahir berpidato serta menguasai 6 bahasa, Arab, Inggris, Belanda, Jepang, Perancis, dan Jerman.
Usia 22 tahun memimpin Pesantren Normal Islam Rakha Amuntai. Usia 28 tahun menjadi Wakil Perdana Menteri II merangkap Menteri Veteran, merangkap Menteri Penerangan, Menko Kesra dan Menteri Sosial (1950-1956). Dan pada usia 34 tahun menjadi Ketua Umum PBNU termuda dan terlama dalam sejarah, selama 28 tahun (1956-1984).
Selain ulama, beliau dikenal sebagai politikus ulung, aktif di lembaga legislatif dan eksekutif, pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri II pada Kabinet Ali Sastroamidjojo dan Kabinet Djuanda, Wakil Ketua MPRS, Menteri Kesra, Ketua DPR/MPR RI, Ketua DPA RI, Anggota Dewan Pertimbangan MUI. Itu sedikit kiprah beliau di kancah nasional. Di antara kiprah di Internasional, beliau dipercaya sebagai Presiden Organisasi Islam Asia Afrika. Karenanya dinobatkan sebagai pahlawan nasional.
Kedalaman ilmu agama, keluasan wawasan, kepiawaian dalam berpolitik, keluwesan dalam bergaul, kemampuan beradaptasi dalam situasi dan kondisi apa pun, kearifan dalam berbuat dan bertindak,kepiawaian dalam berpidato, kemampuan berdiplomasi tingkat tinggi, kepandaian menarik simpati orang, dan ketaatan beribadah, semuanya merupakan sisi -sisi positif dari ulama dan guru politik orang NU ini.
(Status Ibnu Ahmad)
Kiriman Gus Eko Sutrisno - Nahdlatul Ulama 3
-------------------------------------------------------------------------------
Mohon doa, bimbingan, arahan dan nasehat serta motivasinya selalu. 🙏🙏
#LsmAqilaQuds
#AlmasBatrisyia
#GandrungSembako
#AngkringanGrahaElpiji
#H2_KrandonMajuBarokah
Posting Komentar