Hukum mencium kaki ibu dalam islam boleh dilakukan dan boleh juga tidak. Seperti pengibaratan surga di bawah kaki ibu itu hanya makna kiasan untuk lebih mudah dipahami oleh setiap orang bahwa ibu adalah manusia yang wajib kita hargai dan kita hormati karena pengorbanannya yang begitu besar untuk anak-anaknya.
Dalam islam mencium kaki ibu jika niatnya karena untuk menunjukkan kasih sayang kita kepadanya sebenarnya tidak menjadi masalah. Namun apabila mencium kaki ibu dengan niat mengagung-agungkannya, itu dianggap sebuah kesyirikan. Mengapa demikian? karena yang boleh disembah hanyalah Allah. Hal tersebut masuk dalam kategori menyekutukan Allah dan Allah sangat membencinya.
Adapun kalau hanya sekedar mencium kaki ibu maka ini terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama, ada yang membolehkan dengan berdalil bahwa para shahabat pernah mencium tangan dan kaki Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, di antaranya hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhariy di dalam “Al-Adabul Mufrad” dan Abu Dawud dari hadits Zari’ dan beliau pernah menjadi delegasi suku Abdil Qais, beliau berkata:
ﻟَﻤَّﺎ ﻗَﺪِﻣْﻨَﺎ ﺍﻟْﻤَﺪِﻳْﻨَﺔَ ﻓَﺠَﻌَﻠْﻨَﺎ ﻧَﺘَﺒَﺎﺩَﺭُ ﻣِﻦْ ﺭَﻭَﺍﺣِﻠِﻨَﺎ ﻓَﻨُﻘَﺒِّﻞُ ﻳَﺪَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲَّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻭَﺭِﺟْﻠَﻪُ
“Tatkala kami sampai di Madinah maka kami bersegera turun dari kendaraan kami, lalu kami mengecup tangan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kaki beliau”. (HR. Bukhari dan Abu Daud)
Ada beberapa hadits yang menjelaskan bahwa di antara para shahabat ada yang mencium tangan dan kaki Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari beberapa hadits tersebut ada yang shahih dan ada pula yang dha’if.
ﻳُﺴْﺘَﺤَﺐُّ ﺗَﻘْﺒِﻴْﻞُ ﻳَﺪِ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞِ ﺍﻟﺼَّﺎﻟِﺢِ ﻭَﺍﻟﺰَّﺍﻫِﺪِ ﻭَﺍﻟْﻌَﺎﻟِﻢِ، ﻭَﻧَﺤْﻮِﻩِ
“Disunnahkan mencium tangan orang shalih, orang zuhud, orang ‘alim dan yang semisalnya”.
*Pendapat yang membolehkan*
Firman Allah Ta'ala,
وَرَفَعَ أَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا
"Dan ia menaikkan kedua ibu bapaknya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf." (QS. Yusuf : 100)
Ibnu Abbas, Mujahid, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan al-'Arsy dalam ayat ini ialah singgasana. Yakni Yusuf mendudukkan kedua orang tuanya ke atas singgasananya bersama-sama dengan dia.
{وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا}
"Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya bersujud kepada Yusuf." (QS. Yusuf: 100)
Maksudnya, bersujud kepada Yusuf kedua orang tuanya dan semua saudaranya yang jumlahnya ada sebelas orang. (Tafsir Ibnu Katsir QS. Yusuf : 100)
Nabi bersabda dalam hadits sahih riwayat Bukhari dan Abu Dawud dari Zara' bin Amir ia berkata:
فجعلنا نتبادر من رواحلنا فنقبّل يد النبي صلى الله عليه وسلم ورجله
"Lalu kami bergegas turun dari kendaraan kami dan mencium tangan dan kaki Nabi." (HR. Bukhari dan Abu Daud)
عنْ صُهَيْبٍ قَالَ: ” رَأَيْتُ عَلِيًّا يُقَبِّلُ يَدَ الْعَبَّاسِ وَرِجْلَيْهِ “
Shuhaib berkata “ Aku melihat Ali mencium tangan dan kedua kakinya Abbas.” (HR. Bukhari dari Shuhaib ra.)
Imam Muslim hendak mencium kaki Imam Bukhari
ففي “تاريخ بغداد” (13/102) عن أحمد بن حمدون القصار قال : سمعت مسلم بن الحجاج وجاء إلى محمد بن إسماعيل البخاري فقبَّل بين عينيه ، وقال : دعني حتى أقبِّل رجليك ، يا أستاذ الأستاذين ، وسيد المحدثين ، وطبيب الحديث في علله
Dalam kitab Tarikh Baghdad dari Ahmad bin Hamdun al-Qassar berkata “ Aku mendengar Muslim bin Hajjaj pergi berjumpa Muhammad bin Ismail al-Bukhari dan mencium kepalanya. Imam Muslim berkata “ Biar aku cium kedua kaki engkau wahai Guru segala guru, penghulu ulama hadits dan doctor hadis yang mengetahui cacat-cacat hadits." (Kitab Tarikh Baghdad juz 13/102)
Dengan berdalil hadits-hadits diatas, maka mazhab Asy-Syafi’iyyah membolehkan mencium kaki dan bahkan menganggapnya sunnah, berkata Al-Imam Abu Zakariya Yahya An-Nawawi Rahimahullah,
ويستحب تقبيل يد الرجل الصالح والزاهد والعالم، ونحوه من أهل الآخرة وتقبيل رأسه ورجله كيده.
"Sunnah mencium tangan laki-laki soleh, zahid, dan ulama dan ahli akhirat lain. Adapun mencium kepala dan kaki itu sama dengan mencium tangan."
Setelah itu beliau menyebutkan lagi,
ﻭَﺗَﻘْﺒِﻴْﻞُ ﺭَﺃْﺳِﻪِ ﻭَﺭِﺟْﻠِﻪِ ﻛَﻴَﺪِﻩِ
“Mencium kepalanya dan kakinya seperti mencium tangannya”.
Dan Al-Imam Ibnu Muflih Rahimahullah mengatakan,
ﻭَﻛَﺬَﺍ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﺸَّﺎﻓِﻌِﻴَّﺔِ ﺗَﻘْﺒِﻴْﻞُ ﺭِﺟْﻠِﻪِ
“Dan demikian pula menurut mazhab Asy-Syafi’iyyah mencium kakinya”.
*Pendapat yang tidak membolehkan*
Kalau sujud ke orang tua atau ulama itu disengaja dengan tujuan untuk penghormatan, maka hukumnya dilarang namun tidak berakibat murtad kecuali sujudnya dengan niat menyembah maka itu perbuatan musyrik.
Larangan sujud ini berdasarkan hadits riwayat Tirmidzi dari Abu Hurairah berikut:
لو كنت آمر أحداً أن يسجد لأحد لأمرت المرأة أن تسجد لزوجها
"Seandainya boleh kuperintahkan seseorang untuk bersujud kepada seseorang maka niscaya kuperintahkan isteri untuk bersujud kepada suaminya.” (HR. Tirmidzi)
Ibnu Hajar Al-Haitami dalam Al-I'lam Bi Qawati' Al-Islam, menyatakan:
ومنها ما يفعله كثيرون من الجهلة من السجود بين يدي المشايخ إذا قصدوا عبادتهم أو التـقـرب إليهم.لا إن قصدوا تعظيمهم أو أطلقوا فلا يكون كفراً بل هو حراماً قطعاً
"Diantara penyebab kufur adalah perbuatan banyak orang-orang bodoh yang bersujud di hadapan ulama jika maksud sujud adalah menyembah mereka dan mendekatkan diri kepada mereka. Jika maksud sujud adalah menghormati atau tanpa maksud yang jelas maka hal itu bukanlah kufur namun hukumnya haram."
Dalil yang melarang lagi berdasarkan hadits hasan riwayat Tirmidzi berikut,
فعن أنس بن مالك رضي الله تعالى عنه قال: قال رجل يا رسول الله: الرجل منا يلقى أخاه أو صديقه، أينحني له؟ قال: لا، قال: أفيلتزمه ويقبله؟ قال: لا، قال: أفيأخذ بيده ويصافحه؟ قال: نعم. رواه الترمذي، وقال: هذا حديث حسن
"Seorang laki-laki bertanya, "Wahai Rasululah seorang teman hendak menemui saudaranya atau temannya, bolehkah dia membungkukkan badan? Nabi menjawab, "Tidak." Ia bertanya, "Bolehkah menciumnya?" Nabi menjawab, "Tidak." Ia bertanya, "Bolehkah ia memegang tangan dan bersalaman?" Nabi menjawab, "Iya (boleh)." (HR. Tirmidzi)
Al-Imam Ibnu Muflih Rahimahullah menyebutkan bahwa Abu ‘Ubaidah memegang tangan Umar lalu menciumnya maka Umar membiarkan namun ketika Abu Ubaidah mau mencium kaki Umar maka Umar berkata,
ﻣَﺎ ﺭَﺿِﻴْﺖُ ﻣِﻨْﻚَ ﺑِﺘِﻠْﻚَ
“Aku tidak ridha padamu dengan melakukan itu”. Wallahu a’lam.
AriQ
Kiriman Nyai Martagati (Nahdlatul Ulama 3)
Posting Komentar