KRP Tafsiranom V, Mufassir, Pengulu & Pembaharu
KRP Tafsiranom V (TA5) swargi adalah penulis tafsir "Al-Quran Al-Azhim" yang selesai tahun 1929 dalam Aksara Pegon Jawa. Dalam Pegon Jawa tersebut, tertulisnya "Tafsir Al Quran Al Azhim li Tabshir al-Anam". Tafsir lengkap 30 Juz ke dalam Bahasa Jawa, setelah yang pertama oleh Kiai Bagus Ngarpah tahun 1905, juga abdi dalem keraton wedana guru (Kepala Sekolah) di Pamulangan/ Madrasah Mambaul Ulum. Karyanya diberi judul Kuran Jawi dengan Aksara Jawa.
TA5 lahir antara tahun 1854-1857, dan wafat pada Rabu Pahing, 30 Jumadilula 1352 H/ 13 Jumadil Awal 1864 Be/ 20 September 1933 sekitar jam 1.30 dinihari.
KRP TA5 putera TA4, adalah generasi ke 12 keturunan langsung dari Sultan Syah Alam III (R. Trenggono), Sultan Demak terakhir. Saat wafat, beliau meninggalkan satu istri dan delapan putera-puteri, termasuk TA6 dan KHR. Muhammad Adnan, Rektor Pertama UIN Yogyakarta yang juga seorang mufassir.
Saya tertarik untuk membuat status tentang TA5 karena cover buku silsilah keluarga beliau. Tentu saja itu di ndalem kepengulonan, Kauman. Ada gunungan makanan jajanan disitu dan anak-anak mengelilingi. Sekarang, gunungan berangkat dari Keraton Kasunanan dipanggul para abdi dalem ke Masjid Agung Surakarta (dulu lebih populer disebut Masjid Gedhe), karena struktur organisasi kepengulonan sudah tidak ada. Atau, boleh jadi, ada jenis gunungan lain di masa lalu yang ada di ndalem kepengulonan.
Pengulu disini dalam konteks modern bukan KUA, tetapi semacam Kementerian Agama. Dengan demikian, TA5 adalah 'Menteri Agama' Kasunanan Surakarta.
Hal kedua yang menarik perhatian saya, tentang lelampahanipun (upacara pemakaman) beliau yang juga dihadiri oleh Sinuhun Pakubuwana X (PB X), raja terbesar Kasunanan saat Surakarta di masa puncak kemajuan, pengaruh, dan peradabannya dengan karya tulis dan budaya yang sangat tinggi.
Saya mau menuliskan proses sakaratul maut beliau, kok ternyata tidak sanggup. Proses kondur yang sangat indah. Yang jelas, diakhiri dengan satu kata, "ALLAH". Seakan menghormati dan mengiringi kepergian orang besar ini, langit menangis dengan lebat membasahi bumi.
Di ndalem kepengulonan, PB X berucap: "Becik Kakang Pengulu, ulama gedhe temenan." Setelah itu, beliau menanyakan kepada keluarga, mengapa jenazah belum masuk keranda: "Kami menunggu titah Baginda."
Upacara pelepasan jenazah menuju Astana Imogiri dilakukan dengan Upacara Kebesaran Sri Nugraha I, dengan urutan rombongan seperti di bawah ini:
1. Barisan terdepan adalah para guru dan murid Madrasah Mambaul Ulum berjumlah 600 orang.
2. Barisan gendering dan terompet prajurit keraton.
3. Prajurit pemanggul senjata.
4. Jajaran para panewu, mantri, lurah dengan menggunakan langkah upacara kebesaran.
5. para khatib dan ulama.
6. Jenazah
7. Prajurit keraton.
Para pelayat berderet-deret dengan jumlah membludak sejak dari ndalem pengulon sampai batas kota Pelem Wulung, Laweyan. Pidato keluarga diwakili oleh KHR Muhammad Adnan. Polisi bersepeda ikut mengiringi jenazah sejak di Piyungan sampai Kotagede dan berlanjut ke Imogiri.
Civitas akademika Mambaul Ulum berada di paling depan, karena TA5 adalah penggagas pendirian madrasah modern ini tahun 1905, bersama dengan Patih Sosroningrat IV atas titah PB X. Makam kedua sosok pembaharu, Dewan Pembina Mambaul Ulum ini, bersebelahan di Imogiri. Kolega saat hidup, bersebelahan di peristirahatan terakhir.
Al-Faatihah.
Kiriman Gus Muhammad Abid Muaffan
Posting Komentar