Kisah Kyai Hamid Pasuruan & Kyai Muhsin Al-Maqbul Malang
Tidak semua Wali itu berasal dari seorang “Kyai”. Tapi kebanyakan seorang kyai yang semakin berisi (Ilmu-nya) dan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT, serta selalu meningkatkan Akhlaqnya, suatu saat pasti akan diangkat menjadi kekasih-Nya.
Sebut saja K.H. Muhsin, pengasuh sekaligus pendiri pondok pesantren Roudlotul Muhsinin Al-Maqbul Malang, yang sebelumnya adalah seorang Sopir pribadi seorang Juragan di tempatnya.
Berikut sepercik kisahnya.
K.H. Muhsin adalah Pengasuh Pondok Pesantren Al-Maqbul yang terletak di daerah Bululawang, Kabupaten Malang. Namun sebelum ke-Wali-annya masyhur, beliau adalah seorang Sopir salah satu juragan di daerah Bululawang. Waktu itu tidak ada yang tahu bahwasannya beliau adalah salah satu "orang pilihan”.
Suatu hari sang majikan minta diantar sowan ke Pasuruan ke kediaman salah satu kyai yang terkenal ke-Wali-annya & laku (Akhlaq) nya, yakni KH. Abdul Hamid.
Dengan berpakaian ala Sopir pada umumnya, beliau pun melaju dengan kecepatan yang sedang sambil meliuk-liuk di jalanan yang tidak begitu padat. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu jam, akhirnya mobil yang di kendarai sang sopir saleh tiba dihalaman Pesantren yang diasuh oleh Kyai Hamid bin Abdullah bin Umar.
Setelah memarkir mobil, sang Sopir melihat sepertinya majikannya di “tolak” oleh Kyai kelahiran Lasem Jawa Tengah itu. Namun tak lama kemudian sang majikan menghampiri Sopir kesayangannya tersebut.
“Kyai Hamid tidak mau menerima kedatanganku, kalau kamu tidak ikut masuk”. Kata sang majikan kepada Sopir yang sedang menunggunya di dalam Mobil.
“kenapa kyai itu tidak mau menerima majikanku, kalau aku tidak ikut ke dalam?” penasarannya dalam hati.
Setelah sang Sopir masuk ke Ndalem Kyai Hamid bersama majikannya, kyai Hamid menyambutnya dengan hangat. Di tengah perbincangan, kyai Hamid bertanya kepada sang Sopir amalan-amalan apa yang di jalaninya selama ini. Dia menjawab, bahwa amalan2 yang dijalaninya selama ini adalah amalan yang umumnya dijalankan para Masyarakat, yang sama sepertinya.
“Tadi kenapa Kyai (sapaan Kyai Hamid) menolak kedatangan saya, ketika saya masuk sendirian ke kediaman anda? Dan anda bilang tidak akan menerima kedatangan saya jika tidak mengajaknya (Sopir) juga?” tanya sang majikan.
Karena masih terselinap rasa penasaran yang amat di hatinya tentang kelebihan sang Sopir pribadinya tersebut.
“Arek iki bakale dadi wali, lan duwe pondok seng gede, Aku weroh tanda-tandane. Makane iku aku nolak sampean polae waline gak di ajak melebu, (Anak ini bakal menjadi seorang wali, dan juga akan mempunyai Pesantren yang besar, aku tahu tanda2 nya, Maka dari itu aku menolak kamu Karena Wali nya (sopir) tidak kamu ajak masuk)". Kyai Hamid memaparkan alasannya mengenai penolakan pada sang tamu dengan sedikit guyonan.
Sang sopir pun tersenyum dan sedikit menundukkan kepalanya karena malu mendengar alasan Kyai Hamid tentang dirinya. Padahal dia sendiri tidak mengetahui akan hal itu. Dan sang majikan kaget bukan kepalang mendengar pernyataan Kyai Hamid tentang sopir pribadinya tersebut.
Sejak saat itulah ke-walian KH. Muhsin Syafi'i mulai terkenal. Tidak lama setelah kejadian itu satu persatu para orang tua mengirim anaknya kepada beliau untuk belajar. Semula hanya lima murid dan bertempat di Musholla dekat rumah majikannya. Karena lambat laun santri beliau tambah banyak, yang datang bukan hanya dari dalam kota, dari luar kota pun banyak yang datang mengirimkan anak-anaknya untuk belajar kepada beliau. Lalu berdirilah Pesantren tersebut.
Setahun kemudian santrinya mencapai 100. dan lambat laun terus bertambah jumlahnya. Lalu beliau semakin memperbesar Pesantren tersebut. Dan hingga kini jumlah santri yang me-nyantri di pesantren kurang lebih sepuluh ribuan anak. Subhanallah itu bukan bilangan yang sedikit.
Semoga semua santri yang belajar di PonPes Al-Maqbul selalu dalam kasih sayang Allah SAW. Bermula dari seorang sopir yang senantiasa taat kepada-Nya di manapun. Tidak pernah meninggalkan sholat lima waktu dan sunnah-sunnah Rasul SAW yang lain. Semoga kita senantiasa bisa meniru amal ibadah beliau.
NB : Beliau Al Maghfurlah KH. Muhsin Bin Syafi'i telah meninggal beberapa tahun silam, & sekarang insya Allah Khalifahnya adalah putra2 beliau sendiri, ngaji umum Ahad pagi jumlahnya sampai ribuan orang, Selain dari suku jawa, juga banyak dari saudara2 suku Madura, terutama dari Malang Raya sebelah Timur & Selatan...Bululawang, Gondang Legi, Kepanjen, Wajak, Turen, Dampit, Ampel gading Dsb.
Waliyulloh KH. Hamid pasuruan menjelang kembali ke Rahmatulloh, Beliau pernah berwasiat bahwa yg menggantikan Beliau sebagai wali abdal adalah KH. Muhsin Bin Syafi'i bululawang malang.
KH. Muhsin Syafi'i adalah Mursyid Thoriqoh Al-Qodiriyah Wan Naqsabandiyah, dulu Beliau juga pernah berguru dan berbaiat thoriqoh ke Syaikh Muslih Abdurrahman Mranggen demak..
KH. Muhsin Syafii, Mursyid Thariqah Qodiriyyah wan Naqsabandiyyah dan Pendiri Pondok Pesantren Roudlotul Muhsinin Al-Maqbul, Kuwolu, Bululawang, Kabupaten Malang. Beliau menghafalkan Al-Qur'an kepada KH. Abdul Fattah, Menara, Mangunsari, Tulungagung, Jawa Timur yang sanadnya bersambung langsung kepada KH. Munawwir Krapyak.
Wallahu A'lam Bisshawab..
Lahumul fatihah...
Kiriman Gus Muhammad Abid Muaffan
Posting Komentar