Habib Muhammad Luthfi bin Yahya Pekalongan : Bersiaplah dikritik dan janganlah putus asa dalam menelusuri sejarah Ulama Ahlul Qur'an Nusantara


"Bersiaplah dikritik dan janganlah putus asa dalam menelusuri sejarah Ulama Ahlul Qur'an Nusantara" 
(Habib Muhammad Lutfi bin Yahya)

Alhamdulillah di bulan penuh kemuliaan ini, salah satu impian kecil kami tercapai, yakni berjumpa langsung dengan Maulana Habib Muhammad Lutfi bin Yahya. Bukan perkara mudah bisa berjumpa dengan ulama berkaliber Internasional. Rois Aam Jam'iyyah Ahlut Thoriqoh Al-Mu'tabaroh an-Nahdiyah, Ketua Forum Sufi Dunia, dan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden adalah jabatan yang diemban oleh putra Habib Ali bin Hasyim bin Umar bin Toha bin Hasan bin Thoha bin Muhammad bin Thoha bin Muhammad bin Syekh bin Ahmad bin Yahya ini.

Namun berbekal keyakinan, bahwa segalanya akan mudah jika kita mau berusaha maka keinginan terpendam ini dapat tercapai. Sebelum bisa sowan kami merasa sudah dipanggil beliau saat beliau hadir dalam mimpi kami beberapa 20 April silam saat terlelap di Serambi Masjid Lawang Songo Lirboyo, Kediri. Mimpi tersebut kami abadikan dalam catatan kecil di link berikut:

https://m.facebook.com/story/graphql_permalink/?graphql_id=UzpfSTEwMDAwMDcwOTMxMTQzMjozMjQ3MDYwMzU4NjYwOTA5

Dan alhamdulillah lewat wasilah Gus Said Ridwan, salah seorang dzurriyah Lirboyo kami bisa dipertemukan dengan Maulana Habib Muhammad Lutfi, ulama sejuta umat ini. Maka berangkatlah kami dari Pondok Pesantren Lirboyo menjelang tengah malam, dan sampai di Pekalongan pada pagi harinya.

Dalam momen sowan di kediaman Maulana, hadir pula Gus Nanal Ainal Fauz, kyai muda penulis Tsabat Indunisy. Kehadiran beliau di Pekalongan juga berkaitan erat dengan mimpinya yang berjumpa dengan Maulana Habib Lutfi. Terlihat saat sowan berlangsung selepas Isya', Maulana begitu antusias dengan usaha luar biasa Gus Nanal dalam mendokumentasikan kitab-kitab karya Ulama Nusantara yang belum banyak terekspose di publik.  

Saat giliran kami menghadap, cukup gugup berhadapan dengan seorang ulama yang alim Allamah namun dengan sedikit keberanian kami utarakan maksud kehadiran kami di kediamannya.  Pada momen sowan kali ini kami memohon keberkahan doa restu beliau dalam rangka menyusun penelitian Sanad Qiro'at Nusantara. Sebuah ikhtiar untuk menelusuri jejaring keilmuan Guru-Guru Ahli Qur'an di penjuru tanah air. 

Secara garis besar Grand Design Penelitian Sanad Qiro'at Nusantara yang sedang kami sampaikan kepada beliau adalah sebagai berikut:

1. Mengoleksi Sanad-Sanad Al-Qur'an dari berbagai belahan dunia.

2. Mentahqiq Sanad Al-Qur'an di berbagai kitab Tarajim wa Thabaqat Qurro'

3. Menyusun Bagan Sanad Qiro'at Nusantara 

4. Menyusun Tarajim dan Thabaqat Qurro al-Indunisiy

5. Menyusun Ensiklopedia Ahlul Qur'an Nusantara

Mendengar pemaparan kami tersebut, secara tak terduga Maulana Habib Lutfi memberikan judul Thabaqat wa Tarajim Qurro' tersebut dengan nama ثُرَيَّا الْمُنَوِّرِ فِيْ الإِنِدُوْنِسِيَا (Pancaran Bintang di Indonesia). Judul diatas dimaksud agar kelak lewat penelitian ini akan menjadi wasilah untuk mengenalkan khasanah ulama Ahlul Qur'an Nusantara di dunia Internasional. 

Sampai sekarang memang masih minim publikasi tentang sejarah Ulama Ahlu Qur'an Indonesia, padahal kita dikenal sebagai penghafal Al-Qur'an terbanyak dan menjadi langganan jawara Musabaqah Tilawah Al-Qur'an. Di  Kuwait, Kementerian Waqaf dan Urusan Keagamaannya telah meluncurkan Silsilah Sanad Al-Qur'an Al-Karim yang mendokumentasikan jejaring ulama Ahlu Qur'an dari berbagai negara seperti  Iraq, Mesir, Syiria, Libya, Tunisia, Turki, India, Pakistan, Sudan, Kuwait. Namun tak sedikit ulama dari Indonesia tercantum didalamnya. 

Sementara dalam Tarajim Qurro' (Biografi Ulama Ahlu Qur'an) seperti kitab Imta' Fudhola' bi Tarajim al-Qurro' karya Syekh Ilyas Barmawi dari ratusan nama Ulama Qurro' dari abad 8 Hijriyah yang termaktub dalam kitab 4 jilid ini, hanya 2 ulama Indonesia yang masuk didalamnya yakni Syekh Mahfudz at-Tarmasi (Penulis Ghunyah Tholabah fi Syarhi Thayyibatin Nasyr) dan KH. Ahsin Sakho Muhammad (Penulis Manba'ul Barokat fi Sab'i Al-Qiro'at). 

Selanjutnya Maulana berkisah tentang ayahandanya Habib Ali Ghalib bin Yahya, yang dikenal sebagai alim allamah. Meski dalam penampilan dalam kesehariannya tak begitu mengesankan sebagai seorang ulama, namun Habib Ali  dikenal sebagai penghafal Al-Qur'an yang mana beliau berguru kepada KH. Jamhari, Gubugsari, Kendal Jawa Tengah. 

Guru Habib Ali lainnya adalah Raden Haji Harus Sastro Kusumo, Kyai Muslim Bendakerep, Cirebon, Kyai Abu Bakar bin Soleh Bendakerep, Kyai Ban Yamin, Tugu Cirebon, Habib Thoha bin Umar bin Thoha, Sayid Bachur Syatho. Habib Ali adalah seorang ulama yang tercatat tidak mengeyam pendidikan di Timur Tengah namun memiliki kedalaman ilmu yang luar biasa.

"Saat kecil saya sering mendengar bapak melantunkan ayat Al-Qur'an dengan Qiro'ah Sab'ah (Bacaan 7 Imam). Bapak hafal Al-Qur'an juga Nadzom Syatibiyyah dalam tempo hanya 6 bulan saja." Kenang Maulana tentang ayahandanya

"Tak cukup hanya hafal Al-Qur'an, namun juga beberapa kitab seperti Tijan Darari, Sulam Safinah, dan beberapa kitab lainnya hafal di luar kepala. Tak cukup itu beliau juga dikenal sebagai polyglot (memiliki kemampuan berbicara dengan beberapa berbahasa asing) sampai 27 bahasa dengan lancar dikuasai oleh putra Habib Hasyim bin Umar bin Yahya ini." Imbuh Maulana yang lahir merupakan putra pertama Habib Ali bin Yahya dan Syarifah Nurlela bin Muhsin Maulahelah ini.

Karena keahlian dalam berbahasa itulah sehingga banyak bupati-bupati belajar bahasa Inggris dan Belanda kepada beliau yang saat itu didapuk sebagian pimpinan Bagian Tata Usaha se-Kerasidenan Pekalongan ini. Dari sinilah Habib Ali mampu menyelipkan dakwahnya kepada para pejabat yang sebelum banyak dikenal sebagai abangan bahkan sebagian  diantara mereka sebelumnya tidak melaksanakan sholat. 

"Kemampuan Bahasa yang menjadi salah satu andalan para Wali Songo dalam berdakwah. Sebelum datang ke Nusantara mereka mempelajari budaya Nusantara di India yang dikenal sebagai pusat penyebaran agama Hindu. Dari sinilah mereka banyak dari mereka yang menguasai Bahasa Melayu Kuno sehingga dakwahnya diterima dengan tangan terbuka oleh para pembesar Kerajaan di Aceh." Ujar Maulana Habib Lutfi yang lahir pada 27 Rajab 1367 H bertepatan dengan 10 Nopember 1946 ini. 

Selanjutnya dakwah mereka tersebar sampai penjuru tanah air. Startegi pemberdayaan ekonomi juga menjadi media dakwah Wali Songo. Berdagang adalah satu cara jitu dalam menyelipkan pesan-pesan dakwah kepada masyarakat pribumi. Tak ketinggalan strategi pembauran budaya setempat juga turut andil dalam suksesnya dakwah Islam di Bumi Nusantara.

Ketika Gus Nanal bertanya apakah Habib Ali bin Yahya punya karya tulis. Maka Maulana pun menjawab bahwa sebenarnya beliau meninggalkan berupa tafsir bahasa Inggris yang disusun oleh ayahandanya bersama Syekh Salim Sungkar. Namun keberadaan tafsir tersebut sampai sekarang masih misteri.

Selanjutnya kami sempat menyampaikan tentang minimnya informasi tentang Sanad Qur'an dari kalangan Sadat Alawiyin Habaib. Sementara kami baru menemukan beberapa saja seperti Sanadnya Sayyid Usman bin Yahya, Mufti Batavia yang semasa dengan Syekh Nawawi Al-Bantani dan sanad Habib Husain bin Syaikh al-Habsyi (Pendiri PP Tarbiatul Akhlak, Probolonggo), Habib Hamid bin Syaikh al-Habsyi (pendiri PP Nurul Qur'an, Kraksaan, Probolinggo) yang keduanya belajar kepada KH. Muhammad Ismail Sampang, Madura.

Mendengar hal itu, Maulana Habib Lutfi pun menjawabnya dengan lugas

"Menjadi penghafal Al-Qur'an bagi  kalangan Alawiyin bukan merupakan sebuah kebanggan. Hal itu sudah lumrah bagi mereka, karena Al-Qur'an adalah merupakan sebuah rutinitas harian bagi seorang mukmin  sebagaimana sholat. Para Habaib sebagaimana di Yaman, lebih bangga saat mereka mampu menghafal kitab-kitab seperti Ibnu Aqil Syarh Ibnu Aqil, Hasyiyah Bajuri Syarah Fathul Qorib dan kitab-kitab lainnya." 

Maulana Habib Lutfi pun juga menyitir hadist tentang pentingnya kita untuk melanggengkan sholat dan membaca Al-Qur'an, terlebih di Bulan Romadhon yang penuh dengan rahmat dan ampunan ini. Sebagaimana Rasulullah SAW pernah bersabda

عَنْ أَنَسٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « نَوِّرُوْا مَنَازِلَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ (رواه البيهقي)

Dari Sahabat Anas RA, Rasulullah SAW pernah bersabda "Sinari  rumah-rumah kalian dengan shalat  dan bacaan Al-Qur’an" (HR. Al-Baihaqi)

"Di Makam Auliya Sapuro (Kompleks Makam Habib Ahmad bin Abdullah Al-Atthas, Habib Hasyim bin Yahya dan makam habaib dan Ulama Pekalongan) saja ada ratusan jasad yang masih utuh. Tak kurang 50 dari mereka adalah Ahlul Qur'an. Maka seorang ulama pernah berkata Man Dakhala Sapuro Faqod Sapuro (Barangsiapa yang masuk ke Sapuro untuk beribadah' maka dia akan "disapuro" dimaafkan dosanya). Hal ini mengingat begitu banyak auliya' yang dikebumikan disana" Ungkap Maulana Habib Lutfi

Beliau sendiri mendalami Al-Qur'an dari dua guru utama, yakni ayandanya Habib Ali bin Hasyim bin Yahya dari KH. Jamhari, Gubugsari, Kendal, dan kepada KH. Abdul Malik Kedungparuk, Purwokerto yang belajar kepada KH. Abu Bakar Maos Banyumas. Maulana Habib Lutfi juga kemudian meminta kami untuk menelusuri sanad dan sejarah ulama Ahlul Qur'an lainnya seperti  KH. Syafii, Pekalongan, KH. Kaukab Pekalongan, KH. Dimyathi Comal, Pemalang dan ulama-ulama lainnya.

Sebelum, pamit Maulana pun memberikan nasehat kepada kami untuk tetap semangat dalam menelusuri sejarah ulama. Badai kritikan akan datang menerpa, namun disinilah ujian tersebut harus diterima dengan penuh ketabahan. Jangan sampai keputus asaan menghalangi niat mulia ini. Bersama Tim Sanad Qiro'at Nusantara yang bekerjasama dengan Jamiyyatul Qurro' wal Huffadz (JQH) kami akan terus berusaha untuk menjalankan amanah dari Maulana Habib Lutfi dan Masyayikh Ahlul Qur'an lainnya untuk menggali sejarah ulama untuk meneladani serta melanjutkan perjuangan dakwahnya.

Sungguh menyimak petuah serta mutiara hikmah dari Guru Mulia ini bak berada di sebuah oase yang sangat menyejukkan. Guyuran Energi positif seakan menjalar bagi kami di tengah pandemik korona yang masih mencekam ini. Insya Allah berkat restu beliau ini, dan doa anda semua semoga ikhtiar kami bisa tercapai. Karena tak mudah menelusuri jejaring ulama Ahlul Qur'an di persada Nusantara ini. Diperlukan kerja keras serta doa yang tak henti dipanjatkan serta dibarengi dengan tawakkal karena semua yang kita lakukan tak lain berada di garis takdir Illahi Rabbi.

Muhammad Abid Muaffan
Pekalongan, 19 Ramadhan 1441 H
Label:

Posting Komentar

[blogger]

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget