Habib Muhammad Lutfi bin Yahya Pekalongan Kisahkan Karomah Rokok Mbah Dimyati Kedawung
Habib Ali bin Hasyim bin Yahya (ayah Habib Lutfi) mempunyai hubungan keulamaan dengan banyak kiai di Nusantara. Hubungan itu sebagai wujud persaudaraan dan komitmen perjuangan dalam dakwah Islam di bumi Nusantara. Salah satu ulama’ yang selalu di hati Habib Ali adalah Mbah Kiai Dimyati Comal Kedawung.
Saat itu, rumah Habib Ali bin Hasyim bin Yahya sedang sangat ramai karena sedang acara Maulid Nabi, tapi Mbah Dimyati malah santai merokok. Habib Ali sendiri membiarkan apa yang dilakukan Mbah Dim, karena Habi Ali sudah paham dengan perilaku karomah Mbah Dim yang sedang merokok.
Tiba-tiba, Mbah Dim mematikan rokoknya. Suasana Majlis Maulid tiba-tiba berubah, sangat berbeda dari sebelumnya. Para jama’ah begitu khusyu’ dan mengharu-biru dalam membaca Maulid. Ternyata, menurut Habib Ali, ketika Mbah Dim mematikan rokoknya, itu tanda Rasulullah hadir dalam Majlis Maulid. Makanya, majlis langsung berbeda suasana khusyu’nya.
Habib Lutfi bin Yahya Pekalongan menjelaskan bahwa Mbah Dimyati Comal Kedawung Pemalang terkenal alim allamah dalam hafal Qur’annya. Ulama yang lebih alim allamah dari Mbah Dim di Pekalongan sebenarnya banyak, tapi seolah semua pintu kekeramatan dibuka dan ‘disokkan’ (tuangkan) kepada Mbah Dim Comal.
Habib Lutfi juga mengisahkan bahwa Waliyulloh Habib Sholeh Tanggul Jember kalau melewati daerah makam Mbah Dim, berkata kepada sopirnya, “Pelan pelaan?” sebagai bentuk ta’dzim kepada Mbah Dim.
Itulah sosok Mbah Dimyati yang dikisahkan Habib Lutfi. Semoga kita semua selalu bisa mengenang dan meneladani para Wali Allah. (Amru/Bangkitmedia.com)
.
KH. Dimyati Comal, Pemalang adalah tokoh ulama dan seorang penghafal Quran atau hafiz yang juga berjuang melawan penjajah di wilayah Comal. Cerita heroik Mbah Dim yang terkenal menurut Muhaimin adalah ketika pondoknya diancam akan diserang oleh Belanda. Mbah Dim tidak menyerah dan pasang badan bersama santri di depan pondok sementara Belanda sudah mengarahkan moncong beberapa meriam ke pondok.
Namun ketika pelatuk meriam ditarik, tak satu pun meriam yang bisa meletus, semuanya tidak bisa menyalak. Sedangkan ketika Belanda menggeser moncong meriam ke arah Kota Comal, meriam bisa ditembakkan dengan normal.
Akhirnya Belanda memilih meninggalkan Desa Sidorejo dan tidak mengusik lagi aktivitas pondok Mbah Dim. Dalam perjuangan melawan penjajah ini Mbah Dim melakukannya dengan tulus dan ikhlas. Karena itu sampai akhir hayatnya dia tidak mengurus tanda jasa pejuang kepada pemerintah.(Ali Basarah-16)
Kiriman Gus Muhammad Abid Muaffan
#LsmAqilaQuds
#AlmasBatrisyiaSembako
#H2_KrandonMajuBarokah
Posting Komentar