AS-SAYYID 'UTSMAN BIN YAHYA AL-'ALAWIY AL-BATAWI


AS-SAYYID 'UTSMAN BIN YAHYA 
-----------------------------------------------
AL-'ALAWIY AL-BATAWI 
-----------------------------------
AL-ASY'ARIY ASY-SYAFI'IY R.H. 
---------------------------------------------

MUQADDIMAH
----------------------
    Sayyid 'Utsman bin Yahya lahir diawal Desember 1822 M, di Pekojan, kemudian menetap di petamburan Tenabang. Ayahnya bernama Sayyid Abdullah bin Aqil bin Umar bin Yahya. Ibunya bernama Aminah binti Syekh Abdurrahman Al-Mishri Al-Batawi (salahsatu dari empat serangkai ulama jawi-sebutan untuk wilayah nusantara dan sekitarnya pada masa lalu). 

    Sayyid 'Utsman dapat dikatakan sebagai Guru dari seluruh guru yang ada ditanah Betawi pada masanya. Beliau berfaham Ahlussunnah wal Jama'ah, Asy'ariyyah dalam aqidahnya, dan Syafi'iyyah dalam madzhab fiqihnya. 

     Sayyid Utsman adalah ulama yang sangat berpengaruh, bukan saja di Tanah Betawi, bahkan sampai di Asia Tenggara. Menurut Habib Ismail bin Yahya bahwa dalam sebuah lawatan ulama Pattani, Thailand ke salah satu pondok pesantren di Sukabumi, mereka menemukan karya-karya Sayyid Utsman bin Yahya dalam bahasa Arab Melayu. Mereka mengatakan bahwa di tempat mereka di Pattani, karya-karya Sayyid Utsman bin Yahya masih diajarkan. Dan ane sendiri (pengedit dan pengumpul tulisan), saat mengajar kitab Sifat 20 karya Sayyid Usman di Masjid Al-Barokah Petamburan 4, ada jamaah asli dari Kalimantan mengatakan bahwa, kitab Sifat 20 Sayyid Usman pun masih diajarkan disana. 

A. PERJALANANNYA MENUNTUT ILMU
-------------------------------------------------------------
     Ketika usianya menginjak tiga tahun, ayah Sayyid Usman ke Mekkah, sehingga ia pun diasuh oleh kakeknya, Syekh Abdurrahman al-Misri. Sayyid Usman memperoleh pendidikan tidak dalam lembaga pendidikan formal, melainkan secara pribadi ia belajar dari kakeknya berbagai macam studi agama, bahasa Arab, dasar-dasar ilmu falak-spesialisasi kakeknya- dan adab sopan santun. 

     Ketika berumur 18 tahun, sang kakek meninggal, lantas Sayid Usman memutuskan untuk mengembara ke Mekkah. Dikota itu, selain menunaikan ibadah haji, ia juga mengagendakan kepergiannya itu untuk melepas rindu dengan ayahnya dan kaum kerabatnya. Selain itu, dikota itu Sayyid Usman mulai menempa diri dengan mendulang berbagai khazanah keilmuan selama tujuh tahun. Beliau lebih banyak belajar kepada ayahnya dan Sayyid Ahmad Dahlan, seorang mufti Syafi’i termasyhur dan dikenal pula sebagai sejarawan Mekkah.

    Pada 1848 M Sayid Usman bergerak menuju Hadhramaut. Di negeri ini ia berguru kepada Habib Abdullah bin Umar bin Yahya, Habib Hasan bin Shaleh Al-Bahar, Syekh Abdullah bin Husein bin Thahir, dan Habib Alwi bin Saggaf Al-Jufri. Lepas dari Hadhramaut, ia melanglang buana mengejar ilmu ke sejumlah negeri, yakni Beliau berguru dengan para Ulama besar di Mesir, Tunis, Istambul, Persia, dan Syiria (negeri Syam). Ia kembali ke Batavia melalui Singapura pada tahun 1279 H/1862 M. 

B. BUAH KARYANYA
------------------------------
    Sayyid Usman sangat berjasa dalam peningkatan pemahaman masyarakat Betawi khususnya, dan diseluruh wilayah nusantara pada umumnya, terhadap ilmu syariah melalui karya tulisnya yang berbahasa Arab Melayu. Tidak kurang dari 120 (ada yang mengatakan 80, 114, 116, 144) karyanya dicetak dan disebarluaskan. Sebagian darinya berbahasa Arab. Karyanya menyentuh pelbagai isu yang berkembang di masyarakat mulai dari kisah Rasul, aqidah, fiqih haji, fiqih sembahyang, adab di rumah tangga, kumpulan doa keseharian, tajwid, gramatika, Falak, kamus, geografi, silsilah para nabi, hukum perkawinan, silsilah Alawiyah, tarekat-tarekat mu'tabarah, dan isu lainnya.

     Dari sekitar 120 karya tulis Beliau, diantaranya :

١. القوانين الشرعية للمحكمة والإفتائية
(Sebuah kitab yang lengkap menerangkan soal-soal hukum pernikahan yang sangat berguna dipakai dalam Mahkamah-mahkamah Syar'iyyah bermadzhab Syafi'i). 

٢. إيقاظ النيام فيما يتعلق بالأهلة والصيام
(Sebuah kitab khusus menerangkan persoalan masuk puasa, hilal, dan fiqih shiyam). 

٣. زهر الباسم في أطوار أبي القاسم
(Kitab yang menerangkan kisah Maulud dan Mi'raj Nabi Muhammad SAW). 

٤. إعانة المسترشدين
(Kitab yang berisikan dalil untuk menolak fatwa Syekh Ibnu Taimiyyah dan Syekh Muhammad 'Abduh yang menyimpang). 

٥. كتاب صفة دوا فوله
(Kitab bertuliskan arab melayu yang membahas masalah aqidah Ahlussunnah Asy'ariyyah). 

٦. إرشاد الأنام في ترجمة أركان الإسلام 
(Kitab bertuliskan arab melayu yang membahas tentang Rukun Islam/Fiqih ibadat). 

٧. مسلك الأخيار
(Kitab berisikan kumpulan doa). 

C. MURID-MURID SAYYID 'USMAN
----------------------------------------------------
     Sebelum menjadi mufti, sebenarnya Beliau sudah menjadi guru agama dengan jumlah murid yang sangat banyak. Boleh dibilang, dari Beliau itulah hampir semua guru, muallim, kiyai dan tokoh agama menuntut ilmu. Boleh dibilang, orang-orang betawi memang punya sanad ilmu, mirip dengan di masa salaf dulu, dimana setiap ulama pasti punya jalur dari mana mereka mendapatkan ilmunya.

Diantara murid-murid Beliau :
-------------------------------------------
1. Habib Ali Al-Habsyi Kwitang, yang menjadi guru dari Kiyai Abdullah Syafi'i (Perguruan Asy-Syafi'iyah) dan KH. Thahir Rahili (Perguruan At-Thahiriyah).

2. Sayyid Abu Bakar Al-Habsyi Kebun Jeruk Jakarta.

3. Sayyid Muhammad bin Abdurrahman Pekojan, 

4. Guru Mansyur Jembatan Lima (1878-1967). Guru Mansyur, begitu panggilan akrabnya, merupakan seorang ilmuwan Betawi di zaman penjajahan Belanda.

5. Guru Ma'ruf Kampung Petunduan Senayan, 

6. Tuanku Raja Kemala Aceh, 

7. Kiyai Muhammad Thabarani, penghulu Pekojan Jakarta. 

8. Guru Khalid Gondangdia,  

9. Guru Mughni Kuningan,

10. Guru Marzuki Jatinegara, 

11. Guru Mahmud Menteng, 

12. Guru Mahbub kampung Jawa, kota. 

Dan banyak lagi Guru-guru lainnya yang menjadi murid Sayyid 'Utsman. 

D. MUFTI BETAWI
------------------------
     Tahun 1862 M./1279 H (saat 40 tahun usianya), Beliau kembali ke Batavia dan menetap hingga diangkat menjadi Mufti menggantikan mufti sebelumnya, yakni Syekh Abdul Gani yang telah lanjut usianya, dan sebagai Adviseur Honorer untuk urusan Arab (1899 – 1914) di kantor Voor Inlandsche Zaken.

    Menarik juga kalau kita amati... Saat dimasa Pemerintahan Kolonial Belanda yang status kita ini dijajah, kita malah punya mufti. Sebaliknya, ketika kita sudah merdeka, malah tidak punya mufti... 

    Dan Sayyid Utsman juga dikenal sebagai seorang yang bersahabat dengan orientalis Belanda yang amat berbahaya, yaitu Snouck Hurgronje. Dan banyak lagi sikap Mufti ini yang dipandang kontroversi. Tapi jika anda memahami situasi ditanah Betawi khususnya atau wilayah nusantara pada umumnya ketika itu, tentu anda tak akan menuduh yang bukan-bukan pada Ulama Sholeh ini. 

    Beliau adalah seorang Ulama yang amat jauh pandangan bathinnya, luas pengalaman hidupnya, dalam keilmuannya, cerdik siasat politiknya. Beliau sangat berhati-hati sekali dalam berfatwa, bertindak dan mengambil keputusan. Kompeni secara zhohir didekati, tapi justru kedekatan Beliau inilah yang menjadikan Beliau faham betul kekuatan penjajah yang kafir tersebut. 

    Betawi tidak punya kerajaan. Berarti terlalu sulit untuk melakukan perlawanan fisik kepada penjajah ketika itu. Wilayah di nusantara yang terkenal hebat kekuatan militernya, mulai dari Kesultanan Aceh, Gerakan Paderi di Tanah Minang, sampai kekuatan militer pasukan Diponegoro ditanah Jawa, mendapatkan perlawanan yang hebat dari VOC. Lalu markas besar VOC berada di Tanah Betawi... Bagaimana mungkin rakyat Betawi dapat menyusun kekuatan dimasa itu....???

    Maka disinilah Sayyid 'Utsman memainkan peranannya. Beliau berusaha menanamkan, mengajarkan, mendidik masyarakat Betawi untuk tetap memegang Teguh Aqidah Islam. Karena jelas-jelas para penjajah eropa dalam setiap penjajahannya ada memiliki tiga tujuan :
1. Gospel, menyebarkan faham agama mereka. 
2. Glory, berkompetisi dengan sesama penjajah untuk menjadi terbaik sebagai penjajah. 
3. Gold, merampok harta kekayaan alam dari tanah jajahannya. 

     Maka untuk menjaga aqidah umat, Beliau berda'wah dengan segala jerih payahnya. Bahkan Beliau menyampaikan gagasan kepada murid-murid nya dari kalangan elit para "Sayyid" agar ummat Islam membangun suatu lembaga pendidikan agama untuk menangkal kristenisasi melalui sekolah-sekolah negeri. Maka berulangkali para tokoh masyarakat Arab mengadakan rapat untuk mewujudkan cita-cita mereka membantu kondisi sosial masyarakat muslim dan rencana mendirikan lembaga pendidikan Islam modern, yang merupakan semangat penolakan mereka terhadap kebijaksanaan kependidikan yang diterapkan pemerintah kolonial Belanda. Sehingga dikemudian hari, yakni ditahun 1901, berdirilah "Jamiat Kheir"  diTanah Betawi, dengan proses yang berliku-liku dan baru mendapat pengesahan tanggal 17 Juli 1905. 

    Siyasat yang dijalankan oleh Sang Mufti ini adalah apa yang disebutkan oleh para Ulama dengan istilah "Hifzhun nafs", memelihara diri. Karena bagimana mungkin kita menjaga keturunan, anak-cucu kita, kalau kita sendiri mati. Selanjutnya bila kita mati, bagaimana dengan anak-cucu kita yang kelak berada dibawah penjajahan... Dan bagaimana pula dengan da'wah Islam dinegeri yang kita cintai ini... 

     Sebagaimana dalam kitab Al-Muwafaqot dikatakan :

قال الإمام الشاطبي رحمه الله: "اتفقت الأمة بل سائر الملل على أن الشريعة وضعت للمحافظة على هذه الضروريات الخمس، وهي: الدين، والنفس، والنسل، والمال، والعقل". 
[الموافقات: 1/31].

Berkata Al-Imam Asy-Syathibi RH : "Ulama sepakat, bahkan seluruh millah, atas bahwasanya Syariat itu berpangkal dari memelihara lima perkara dhoruriy (primer), yakni : Agama, jiwa, keturunan, harta, dan akal".

     Semua ini bersumber dari nash agama (Al-Quran dan As-Sunnah), diantaranya :
Dari Al-Quran :
"...ِ وَلَا تُلْقُوا۟ بِأَيْدِيكُمْ إِلَى ٱلتَّهْلُكَةِ ۛ وَأَحْسِنُوٓا۟ ۛ ...".

"..dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan..".

(Surat Al-Baqarah (2) Ayat 195).

Dan dari Haditsnya :

عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ سعْدُ بْنِ سِنَانِ الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلَّمَ قَالَ : لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ
[حَدِيْثٌ حَسَنٌ رَوَاهُ ابْنُ مَاجَه وَالدَّارُقُطْنِي وَغَيْرُهُمَا مُسْنَداً، وَرَوَاهُ مَالِك فِي الْمُوَطَّأ مُرْسَلاً عَنْ عَمْرو بْنِ يَحْيَى عَنْ أَبِيْهِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْقَطَ أَبَا سَعِيْدٍ وَلَهُ طُرُقٌ يُقَوِّي بَعْضُهَا بَعْضاً]

Dari Abu Sa’id, Sa’ad bin Sinan Al Khudri radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda : 
"Tidak boleh melakukan perbuatan(mudharat) yang mencelakakan diri sendiri dan orang lain".

(Hadits hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Daruqutni serta selainnya dengan sanad yang bersambung, juga diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Muwattho’ secara mursal dari Amr bin Yahya dari bapaknya dari Rasulul-lah saw, dia tidak menyebutkan Abu Sa’id. Akan tetapi dia memiliki jalan-jalan yang menguatkan sebagiannya atas sebagian yang lain).

     Walhasil dibae' baein itu belande, agar kita tidak dibantai, anak turunan kita pun tidak dimurtadkan. 

      Dan الحمد لله... ente saksikan sekarang... sepengetahuan penulis (45 umur ane sekarang), dari ane kecil sampe gini hari, penulis belum pernah mendengar ada orang betawi beragama selain Islam. Sehingga terbukti....350 tahun Belanda menjajah negeri ini, Aqidah Islam Ahlussunnah Asy'ariyah tak jua terganti ditanah Betawi... dan semoga tetap abadi... 

E. WAFATNYA SANG MUFTI
------------------------------------------
     Sayyid Usman wafat pada hari Ahad, 19 Januari 1914. Kejadian unik sekitar 60 tahun kemudian (sekitar tahun 1974), saat makam Sayyid Utsman bin Yahya digali, ternyata tidak ditemukan jenazahnya. Petugas penggali kubur terus menggali sampai kedalaman 4 bahkan ada yang mengatakan 6 meter, tetap saja jenazah Habib Utsman bin Yahya tidak ditemukan, baik kain kafan atau tulang belulangnya. Padahal, beliau dimakamkan persis bersebelahan dengan makam Syaikh Abdurrahman Al-Mishri, bapak dari ibu beliau atau kakeknya dari pihak ibu yang wafatnya jauh lebih dulu dari Habib Utsman bin Yahya. Makam Syaikh Abdurrahman Al-Mishri juga ikut dibongkar dan ditemukan kain kafan serta lainnya. 

     Dikarenakan tidak ditemukan kain kafan dan bekas-bekas jenazah dari Habib Utsman bin Yahya, maka yang dipindahkan adalah tanah kuburannya saja ke Pemakaman Jeruk Purut. Lalu, dipindahkan lagi ke kuburan sekarang, yaitu di Kompleks Masjid Abidin, Sawah Barat, Pondok Bambu, Jakarta Timur. Jadi, yang dimaksud dengan Makam Sayyid Utsman bin Yahya di Kompleks Masjid Abidin adalah Makam simboliknya, bukan Makam yang sebenarnya.

Meski tak diketemukan lagi jasad Beliau sedikitpun... 
namun perjuangan dan jasa Beliau tetap membekas dihati umat...
Engkaulah Ulama... 
Jerih payahmu dalam menjaga aqidah umat, moga menjadi catatan kebaikanmu dinegeri akhirat... 
Semoga ALLOH kan mempertemukan kami dengan mu...  
Dengan berkah Cinta kami....
Aamiin... 

رب فانفعنا  ببركتهم..  واهدنا الحسني بحرمتهم               

وامتنا في طريقتهم... ومعافاة من الفتن

Pengedit dan pengumpul tulisan : 
----------------------------------------------------
Ahmad Mawardi bin Muhammad Syukur (AMSY). 

Sumber Tulisan :
-------------------------
1. Sejarah dan Keagungan Madzhab Syafi'i, oleh : K. H. Sirojuddin Abbas. 
2. Ulama Betawi, Studi Tentang Jaringan Ulama Betawi dan Kontribusinya terhadap Perkembangan Islam Abad ke-19 dan 20, oleh : Ahmad Fadli HS. 
3. Sayyid Usman bin Yahya, Mufti Betawi, oleh : Ahmad Sarwat lc. MA. 
4. Mengenal Sayyid Usman bin Yahya, oleh : Robithoh 'Alawiyyah. 
5. Mengenang seabad wafatnya Mufti Betawi, oleh : Majelis Ulama Indonesia. 
6. Al-Muwafaqot, oleh : Al-Imam Asy-Syathibi.

Kiriman Gus Muhammad Abid Muaffan
Label:

Posting Komentar

[blogger]

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget