Menggali Inspirasi Dakwah dari Pendiri Muhammadiyyah KH. Ahmad Dahlan


Ziarah Makam KH. Ahmad Dahlan 
(Menggali Inspirasi Dakwah dari Pendiri Muhammadiyyah)

Ziarah berasal dari kata زار يزور زيارة  yang bermakna berkunjung, jadi ziarah kubur berarti mengunjungi saudara, keluarga, guru yang telah meninggal seraya mendoakannya. Ziarah Kubur memiliki beberapa kemanfaaatan seperti membuat kita akan sadar bahwa kelak dunia hanyalah sementara. kita akan menyusul mereka. Ziarah kubur merupakan perbuatan sunnah yang dianjurkan Rasulullah SAW setelah sebelumnya sempat melarangnya.

كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُوْرِ أَلاَ فَزُوْرُوْهَا فَإِنَّهَا تُرِقُّ الْقَلْبَ، وَتُدْمِعُ الْعَيْنَ، وَتُذَكِّرُ اْلآخِرَةَ، وَلاَ تَقُوْلُوْا هُجْرًا.

“Aku pernah melarang kalian untuk ziarah kubur, sekarang ziarahilah kubur karena ziarah kubur dapat melembutkan hati, meneteskan air mata, mengingatkan negeri Akhirat dan janganlah kalian mengucapkan kata-kata kotor (di dalamnya).”

KH. Ahmad Dahlan, siapa tak mengenalnya? Sosok lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868 ini yang telah berjasa besar dalam membangun peradaban umat lewat Muhammadiyyah. Sosok pahlawan nasional yang begitu gigih melawan kolonialisme lewat jalur pendidikan salah satunya untuk membangun karakter generasi bangsa. Sosok yang dinilai berhasil mengimplementasikan insan ideal yang berangkat dari spirit surat al-Maun.

Perjuangan mendirikan Muhammadiyyah dimulai pada 18 Nopember 1912 di kampung kauman, Jogjakarta. untuk melaksanakan cita-cita pembaruan Islam di bumi Nusantara. Muhammadiyyah didirikan atas dasar keinginan beliau mengadakan suatu pembaruan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam menurut tuntunan al-Qur'an dan al-Hadits. Meski harus menghadapi tantangan besar dari internal maupun kolonial, namun kegigihannya dalam berjuang dakwah tak pernah surut bahkan terus bersinar seperti matahari yang menjadi lambang kebesaran organisasi yang membawahi berbagai badan otonom seperti Aisiyyah, Pemuda Muhammadiyyah, KOKAM, Tapak Suci, Kepanduan Hizbul Wathon dan lain-lain.

KH. Ahmad Dahlan sepulang ketika berguru di Tanah Haram oleh salah satu gurunya, as-Sayyid Abubakar Syatha ad-Dimyathi, ulama besar yang bermadzhab Syafi’i namanya diganti dari Muhammad Darwis menjadi Ahmad Dahlan. Hal itu terinspirasi dari ulama syafiyyah yang masyhur akan keilmuan dan kealimannya di Tanah Haram, Syekh Zaini Dahlan. KH. Ahmad Dahlan dengan KH. Hasyim Asy'ari merupakan kawan seperguruan dari saat mengaji pada Mbah Soleh Darat sampai bersama-sama menimba ilmu di beberapa ulama di Tanah Haram salah satunya Syekh Khatib al-Minangkabawi, ulama besar asal Sumatera Barat.

Karena begitu akrabnya Kyai Dahlan sampai memanggil Kyai dengan sebutan Adik Hasyim, sedangkan Kyai Hasyim memanggil Kyai Dahlan dengan sebutan Kang atau Mas. Hal ini karena Kyai Dahlan lebih tua 3 tahun dari Kyai Hasyim yang lahir 14 Februari 1871 dan meninggal pada 21 Juli 1947. Keakraban itu juga berangkat dari latar belakang garis keturunan yang sama, yakni sama-sama keturunan dari Syekh Maulana Ishaq, ayahanda Sunan Giri. 

Namun saat keduanya pulang ke tanah air, keduanya terjun dua medan dakwah yang berbeda, Kyai Hasyim harus berjuang di tengah masyarakat pedesaan di Jombang, sedangkan Kyai Dahlan harus bergelut dengan lingkungan perkotaan di sekitar Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Maka dalam manhaj dakwah keduanya juga berbeda, Nahdlatul Ulama menggunakan pendekatan kultural dengan cara merubahnya sesuai tuntunan Al-Qur'an dan hadist, hal ini meniru pada konsep dakwah ala Wali Songo, sedangkan Muhammadiyyah lebih menekankan pada konsep Tajdid (pembaharuan) dengan mengusung pendekatan murni kepada al-Qur’an dan as-Sunnah, hal ini dilatarbelakangi sosok Kyai Dahlan yang terpengaruh pemahaman dari pembaharu islam seperti Muhammad Abduh Jamaluddin al-Afghani, Rasyid Ridha. Meski begitu kedua organisasi besar umat islam tetap bahu membahu mensyiarkan risalah kenabian ke masyarakat di berbagai belahan nusantara.

Setelah sekian lama berjuang, maka Allah SWT menjemput kekasihnya itu beliau meninggal di Yogyakarta, 23 Februari 1923 pada umur 54 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Kuburan Islam Karangkajen, Kelurahan Brontokusuman, Kecamatan Mergangsan, Kota Jogjakarta. Makam beliau bersebelahan makam pejuang Muhammadiyyah lainnya, seperti KH. AR Fakhruddin, KH. Badawi, KH. Ibrahim dan lain-lain. 

Bagi yang berminta berziarah ke makam KH. Ahmad Dahlan dari Jalan Parangtritis Jogja, anda akan menemukan BNI Parangtritis kemudian masuk ke jalan yang relatif sempit namun muat untuk satu mobil. Sekitar 300 meter kemudian anda akan menemukan Masjid Jami Karangkajen, di belakang masjid inilah beliau dikebumikan.

Memasuki areal makam kita akan disuguhi pemadangan pemakaman seperti pada umumnya, namun terasa nikmat untuk berziarah karena begitu dan terjaga kebersihannya. Dari kejauhan pusara KH. Ahmad Dahlan sudah terlihat dari kibaran bendera merah putih, dan plakat bertuliskan makam pahlawan nasional KH. Ahmad Dahlan dan nama-nama yang dimakamkan di kanan kirinya. Namun saat berziarah anda dianjurkan membawa alas duduk karena di areal makam tidak disediakan cungkup sebagaimana makam ulama lainnya.

Sementara istrinya, Nyai Walidah Dahlan begitu berjasa membidani lahirnya organisasi kewanitaan Aisyiyyah dan komunitas Sopo Tresno yang didirikannya dalam rangka mendukung pendidikan membaca Al Qur'an dan pemahaman maknanya. Beliau berpulang ke Rahmatullah pada tanggal 31 Mei 1946 dan dikebumikan tak jauh dari  belakang Masjid Gedhe Kauman yang berhadapan langsung dengan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Atas jasa dan pengorbanan yang begitu besar pada bangsa dan negaranya, maka di akhir hayatnya kedua pasangan suami istri idaman ini dianugerahi gelar Pahlawan Nasional hal ini berdasarkan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961 kepada KH. Ahmad Dahlan, sedangkan Ibu Nyai Walidah Dahlan meraihnya sesuai Keputusan Presiden Nomor 42/TK Tahun 1971.

Dalam sebuah kesempatan. Prof Dr. Haedar Nasir, Ketua Umum Muhammadiyyah dalam acara refleksi sejarah pahlawan di kantor PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa, 10 November 2015 pernah mengatakan bahwa ziarah kubur itu sunnah dan diperbolehkan. Yang tidak boleh mengeramatkan kuburan tersebut. Beliau juga menambahkan bahwa Nabi Muhammad mengajarkan kalau ziarah kubur ingatlah akan kematian. Itu artinya, ziarah di makam dapat digunakan sebagai cara untuk mengenang atau meneladani perilaku mayit sekaligus mengikuti amalnya. Himbauan ini disampaikan agar kisah Ki Bagus Hadikusumo, tokoh BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Kemerdekaan Indonesia) dan Ketua Umum Muhammadiyyah kelima yang dikukuhkan sebagai pahlawan nasional pada tahun 2015, makamnya Pakuncen, Wirobrajan, Yogyakarta tidak ditemukan lagi ini, tak terulang di kemudian hari.

Saat ini sosok KH Ahmad Dahlan telah lama beristirahat dengan tenang di alam baka.  Namun hasil dari jerih payah sepanjang hidupnya telah membuahkan hasil luar biasa, ribuan masjid, sekolah, kampus, rumah sakit, panti asuhan telah berdiri berkat ikhtiar Sang Pencerah ini dan para pejuang Muhammadiyah. Meski begitu perjuangannya belum usai, masih banyak ranah dakwah yang belum tersentuh, dengan persatuan umat islam dari berbagai elemen bangsa seperti Nahdhatul Ulama, Muhammadiyyah, Persis, al-Irsyad, dan ormas lainnya yang bahu membahu mengawal pembangunan indonesia yang berkemajuan. Dan dengan berziarah ke pusaranya selain untuk mendoakan, juga berguna untuk merefleksi spirit perjuangan dakwahnya sebagai bekal untuk kehidupan abadi di akhirat kelak dengan harta, ilmu, anak sholeh, sebagaimana Rasulullah SAW pernah bersabda: 

إِذَا مَاتَ ابنُ ادم انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim)

Ngawi, 29 Ramadhan 1439 H

Muhammad Abid Muaffan
Santri Backpacker Nusantara
Label:

Posting Komentar

[blogger]

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget