Husnul Khotimah Ketika Ceramah
(Menggali Inspirasi Ulama' Yang Wafat Saat Ceramah)
يُبعَثُ كُلُّ عَبْدٍ عَلَى مَا مَاتَ عَلَيْهِ (أي يموت على ما عاش عليه ويبعث على ذلك)
"Setiap orang akan dibangkitkan sesuai kematiannya.” (HR. Muslim)
Maksudnya adalah seseorang akan mati sesuai dengan kebiasaannya selama hidupnya, sebagaimana dengan keseringannya melakukan sebuah perbuatan "entah baik atau buruk" itulah, kelak hal serupa akan dialaminya saat dia dibangkitkan "di padang mahsyar dari alam kubur" (Imam Zainuddin Abdurrauf al-Munaawy)
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
Satu persatu kekasih Illahi Rabbi telah berpulang ke Rahmatullah, Seorang yang banyak berjuang dalam menegakkan kalimat illahi, sosok yang telah mendarat nantikan diri untuk negerinya, Beliaulah KH. Bukhori Amin, M.Si Wakil Rois Syuriyah PCNU Kabupaten Malang yang wafat pada Sabtu, 15 Desember 2018, sekitar pukul 14.50. Sungguh kabar duka yang amat mendalam bagi kaum muslimin khususnya warga nahdliyin Malang Raya
Beliau wafat saat memberikan ceramah agama di Pondok Pesantren Al-Islahiyah Singosari, Malang dalam rangka Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW dan Wisuda Madrasah Diniyah Al Ishlahiyah, di Yayasan Pondok Pesantren Al-Ishlahiyah Singosari, Kabupaten Malang.
Sebagaimana disampaikan oleh Gus Ahmadi Fathul Wahab Pengasuh Pondok Pesantren Al-Islahiyyah, Singosari Malang pada Sabtu (16/12) di kediamannya dikatakan bahwa ketika tak sampai 30 menit berceramah, tiba-tiba Tubuh Kiai Bukhori yang awalnya duduk tegak di kursi, mendadak terhuyung ke belakang seperti orang tidur dan mikrophone yang dipegangnya pun lantas terjatuh.
Saat itu Kyai asli Singosari yang menetap di Sumbermanjing Wetan ini tengah berkata “Nuli bejo, Nuli bejo, wong sing gak tahu kepetuk aku...” (Sangat beruntung, sangat beruntung. Orang yang tidak pernah bertemu aku). Setelah berkata itulah, tiba-tiba tubuhnya ambruk. Sebelumnya memang almarhum mengungkapkan akan besarnya kemuliaan bagi orang yang tidak pernah bertemu Rasulullah SAW namun beriman kepada beliau” Tutur Gus Fathul.
Melihat kejadian itu, jamaah pun segera berlari dan menghampiri tubuh Kiai Bukhori. Beliau lantas dibawa ke kantor pesantren untuk diistirahatkan, dan ternyata dari jama’ah yang hadir terdapat Bapak Dr. Agus Mulyono, M.Kes, Ketua Akademi Kebidanan Ibrahimy, Sukorejo, Situbondo yang sebelumnya menyampaikan sambutan sebagai wali santri. Pak Agus pun langsung mengecek denyut nadi dan detak jantung Kyai Bukhori, tapi beliau terlihat lemah sekali.
Sambil menunggu ambulan datang, Mantan Pembantu Dekan I Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ini memompa jantung dengan menghentakkan tangan sampai 5 kali. Dari situ Kyai Bukhori sempat siuman.
“Selanjutnya jenazah dibawa ke Klinik Rawat Inap Muslimat (Dulu BKIA {Balai Kesehatan Ibu dan Anak" Muslimat} Singosari yang berada sekitar 600 meter dari pesantren. Namun dalam perjalanan ke klinik, Kiai Bukhori sudah dinyatakan benar-benar telah meninggal dunia. Diperkirakan beliau naza’ (tercabut nyawanya) ketika sedang berada di lingkungan pesantren” Ujar Gus Fathul yang alumni Universitas Al-Azhar ini.
Putra dari KH. Badawi Umar mengatakan bahwa sebelumnya Kyai Bukhori menyampaikan ke hadapan hadirin
“Ceramah ini gak akan panjang-panjang. Setelah ini saya ada acara di pasuruan”.
Memang melihat agendanya, bahwa memang nanti malam (Sabtu, 15/12) beliau dijadwalkan akan mengisi ceramah di Lapangan Nongkojajar, Kabupaten Pasuruan dalam rangka Safari Maulid 40 Malam yang diselenggarakan oleh Majelis Maulid wat-Ta’lim Riyadlul Jannah.
Ketua PCNU Kabupaten Malang Umar Usman saat dikonfirmasi oleh laman detik.com membenarkan bahwa Kiai Bukhori wafat dalam acara tersebut.
"Kejadiannya sekitar pukul 14.30 sore. Naik panggung baru sekitar setengah jam. Karena di sebelah (tempat acara) ada klinik Muslimat NU lalu dibawa ke sana. Di klinik kemudian dipastikan bahwa beliau sudah meninggal. Tapi beliau memang diketahui sudah meninggal pas di atas panggung," kata dr. Umar Usman, Sabtu (15/11/1018).
Dari klinik tersebut, jenazah Kiai Bukhori langsung diantarkan ke kediamannya di Desa Druju, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang. Untuk dugaan meninggalnya Kiai Bukhori, Umar yang juga Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Puskesmas Arjuno Kota Malang ini menyebutkan kemungkinan sakit jantung. Karena sebelumnya, almarhum diketahui mempunyai riwayat sakit jantung.
"Pernah mengalami itu (sakit jantung). Tapi itu sudah lama sekitar 5 tahun lalu. Setelah itu tidak pernah kambuh dan aktif berdakwah lagi. Saat dakwah juga penampilannya selalu terlihat segar," ujar Umar.
Di mata jemaah, tutur Umar, almarhum merupakan sosok yang lurus dalam beragama. Selain itu hari-harinya selalu dipenuhi dengan dakwah dan undangan berceramah dari satu tempat ke tempat lain.
"Sebagai Ketua PCNU Kabupaten Malang, Kami merasa kehilangan. Beliau ini salah satu kyai sepuh kapundut (wafat) dan tentu kita sangat kehilangan karena kita masih membutuhkan siraman siraman rohani dari beliau," terang Umar.
"Tapi melihat beliau kapundut dalam keadaan sedang ceramah menyampaikan dakwahnya. Kita bangga. Insya Allah husnul khotimah," pungkas Umar.
*Mengenang KH. Bukhori Amin*
Siapa sebenarnya sosok di dibalik Kiai Bukhori Amin tersebut? Mengapa beliau sampai mendapatkan kemuliaan seperti ini, dipanggil oleh Allah SWT lewat sang Pencabut Nyawa Malaikat Izrail dalam keadaan yang begitu mengesankan banyak pihak ini?
Dilansir dari laman beritajatim.com disebutkan bahwa Singa Podium ini sebenarnya seorang politisi gaek yang sudah sangat tersohor namanya. Kiai Bukhori, disebut-sebut tokoh sekaligus murid kesayangan mendiang Buya Ismail Hasan Metareum, Ketua Partai Persatuan Pembangunan (PPP) era tahun 1989 sampai 1998 silam.
Kiai Buchori pernah menjabat sebagai Ketua DPRD Kabupaten Malang. “Kiai Bukhori orang yang tegas dan bersahaja. Panutan umat khususnya di Malang ini, pada tahun 1990 an beliau pernah menjabat Ketua DPRD Kabupaten Malang beberapa periode,” ungkap Abah Djuari teman dari Kiai Bukhori semasa hidup, kepada beritajatim.com, Sabtu (15/12/2018) malam.
Dimata Abah Djuari, Kiai Bukhori Amin lebih memilih maqomnya sebagai kiai atau ulama setelah tak lagi terjun di dunia politik. “Kenangan dengan Kiai Bukhori setahun yang lalu. Usai perayaan hari santri, beliau ke rumah saya. Kita ngobrol saat-saat masih di PPP dulu,” beber Abah Djuari.
Kebanggaan bersama PPP memang tak bisa dilupakan Abah Djuari dan almarhum. “Saat masih di PPP saya ini Satgasnya. Kita mahir beladiri Debus, saat itu masih eranya Gus Maksum (Lirboyo) dan Kiai Alawi Muhammad (Sampang) Kita debus sampai ke Madura,” kenang Abah Djuari sewaktu bertemu Kyai Bukhori Amin setahun lalu.
Dimata Abah Djuari, Kiai Bukhori sudah menemukan maqomnya setelah tidak lagi menjadi politisi. “Beliau (Kiai Bukhori Amin-red) sudah fokus ngungguhi maqam kiai atau ulama saja. Tidak lagi berpolitik sampai tutup usianya,” kata Abah Djuari.
KH. Bukhori Amin juga memiliki kesan yang cukup yang mendalam bagi Ibu Nyai. Hj. Anisah Mahfudz. Bagi wanita yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Islahiyyah ini sosok KH. Bukhori Amin adalah "The Tnspiring Teachers and Models ". Beliau adalah guru favorit mantan Anggota DPR RI dari Fraksi Kebangkitan Bangsa (PKB) saat bersekolah di Madrasah Aliyah Al-Maarif Singosari.
Cara ngajar almarhum begitu atraktif namun penuh misi spritual, dimana saat mengajar Kyai Bukhori sering menyisipkan ijazah doa-doa yg beliau dapatkan dari guru-guru almarhum. Saat itu Kyai Bukhori mengajar Perbandingan Agama dan Sejarah Kebudayaan Islam.
Sebagai santri Pondok Pesantren Miftahul Huda, Bungkuk, Singosari yang ditempa oleh KH. Nahrawi Thohir (salah satu pendiri NU) dan KH Tholhah Hasan (Menteri Agama Era Gus Dur), sekaligus aktifis Gerakan Pemuda Ansor yg militan, Kyai Bukhori sering menyertakan pengalaman berorganisasi dan urgensinya. Pelajaran inilah yg paling berpengaruh pada diri Bu Anis (sapaan akrab Nyai Hj. Anisah Mahfudz) untuk memilih aktif berorganisasi hingga kini.
Yang paling diingat dari sosok Kyai Bukhori adalah kita tetap berkewajiban mengingatkan salat karyawan muslim yg bekerja pada kita. Dari Kyai Bukhori Calon Anggota DPR RI 2019 dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang paling ingat oleh Bu Anis adalah ijazah salat hajat khusus untuk belajar.
Dari berbagai kisah terungkaplah sosok Kiai Buchori Amin sebagai ulama, guru dan pemimpin yang sangat dicintai umatnya khususnya di wilayah Malang Raya. Dalam berdakwah, gaya komunikasi almarhum enak dan disukai oleh jamaah. Sehingga banyak jamaah yang menanti setiap tausiyah-tausiyah keagamaan yang dibawakan oleh almarhum Kiai Bukhori.
Berdasarkan informasi dari Bapak Qomaruddin, Warga Singosari yang sempat bertakziyah ke kediaman almarhum, dikabarkan bahwa jenazah setelah disemayamkan akan dimakamkan pukul 09.00 pada hari ini (Sabtu, 16/8). Terkait tempat kami belum mendapatkan informasi lebih lanjut.
Sungguh kematian indah didambakan setiap insan yang semua pasti akan kembali kepada-Nya. Sungguh seseorang akan berpulang ke haribaan-Nya sebagaimana apa yang sering dilakukannya selama hidup. Semoga kelak kita semua bisa berpulang ke Rahmatullah dengan khusnul khotimah.
Semoga segala amal baiknya almarhum diterima di sisi-Nya, semua kesalahannya diampuni oleh-Nya. Semoga arwah beliau dapat bertemu dengan Rasulullah SAW sebagaimana kata terakhirnya yang merujuk pada Sabda Rasulullah sebagai berikut
.عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ رَجُلاً قَالَ لَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ طُوبَى لِمَنْ رَآكَ وَآمَنَ بِكَ قَالَ طُوبَى لِمَنْ رَآنِي وَآمَنَ بِي ثُمَّ طُوبَى ثُمَّ طُوبَى ثُمَّ طُوبَى لِمَنْ آمَنَ بِي وَلَمْ يَرَنِي قَالَ لَهُ رَجُلٌ وَمَا طُوبَى قَالَ شَجَرَةٌ فِي الْجَنَّةِ مَسِيرَةُ مِائَةِ عَامٍ ثِيَابُ أَهْلِ الْجَنَّةِ تَخْرُجُ مِنْ أَكْمَامِهَا (رواه احمد)
Dari Abu Said Al-Khudriy RA dari Rasulullah SAW bahwa ada seorang laki-laki berkata kepadanya: Ya Rasulallah, beruntunglah bagi orang yang melihatmu dan yang beriman kepadamu, Beliau menjawab. Beruntunglah orang yang melihatku dan beriman kepadaku, kemudian beruntunglah, kemudian beruntunglah, kemudian beruntunglah bagi orang yang beriman kepadaku padahal ia tidak melihatku. Berkata kepadanya seorang laki-laki. Apa keberuntungan itu. Nabi menjawab. Satu pohon di surga seratus tahun perjalanan ahli surga, barulah ia keluar dari naungannya. (HR. Ahmad).
Seiring dengan kepergian beliau semoga kita diberikan kekuatan untuk dapat melanjutkan estafet dakwah perjuangan almarhum dalam menengakkan ajaran Islam Ahlus Sunnah wal Jamaah yang Rahmatan Lil Alamin. Amin.. Amin.. Ya Mujibas Saailin :)
Singosari, 16 Desember 2018
Muhammad Abid Muaffan
Santri Backpacker Nusantara
Disarikan dari berbagai sumber dan penelusuran langsung
Posting Komentar