GURU MUJIB TENABANG
---------------------------------------
(Tuan Guru Datok 'Abdul Mujib bin Sa'abah, muallif Selawat Dustur).
A. Muqoddimah.
-------------------------
Dulu, waktu ane "mulazamah" ta'lim dengan Al-Maghfur lahu Mu'allim Syafi'i Hadzami di Ma'had Al-Arba'in, sebelum dimulainye ta'lim, ane yang diperintah Mu'allim untuk baca "Dustur" (Selawat khas dibetawi yang dibaca untuk mengawali acara-acara keagamaan). Mungkin karena ane anak Tenabang, sesuai dengan asal kampung sang penyusun selawat.
Mu'allim Syafi'i pun sering bertutur tentang Guru Mujib, karena memang Beliau adalah salahsatu murid Guru Mujib. Hingga disuatu hari Mu'allim berkisah :
"Dulu tuh di Tenabang ade Ulame, Guru Mujib namenye. Beliau kalo pengen ngajar ditempat jauh, naik kuda yang warnenye putih. Sampe Cabang bungin (masuk wilayah Bekasi sekarang) Beliau ngajar...".
Di kesempatan yang lain, Mu'allim pun pernah bertutur :
"Guru Mujib saking hebatnya bepantun, ampe Kamus yang Beliau karang pun bepantun juga...
Wahidun satu, Babun pintu
Sukkar nabat gule batu.
Itsnain dua, dihkun tertawa
Rummaanun delima, Syaikhun orang tua...".
Maka lewat lisan Mu'allim inilah, ane semakin tertarik untuk mengenal lebih jauh perihal Ulama Tenabang ini. Untuk itulah saban ane bertemu Ayahanda (K.H. Syukur Ya'qub), ane banyak bertanya tentang kisah Guru Mujib, karena ayahanda juga salah satu murid Guru Mujib yang paling muda.
B. Kelahiran dan pengembaraan
------------------------------------------------
llmu Sang Guru.
-----------------------
Guru Mujib lahir sekitar tahun 1870. Beliau dari nasab keturunannya masih ada silsilah keturunan bangsawan Bone, Sulawesi Selatan.
Adapun dalam pengembaraan ilmunya, selain negeri Hijaz (sebutan Makkah-Madinah dan sekitarnya), Beliau pun menuntut ilmu sampai ke negeri India. Memang sejak dahulu, India pun merupakan negeri yang banyak Ulamanya. Bahkan kitab fiqih "Fathul Mu'in" yang banyak dikaji di Indonesia hingga saat ini, adalah karya Ulama asal Malabar, India, yakni Asy-Syaikh Zainuddin Al-Malibariy.
Adapun guru-guru Beliau ditanah Betawi diantaranya adalah Guru Khalid Gondangdia. Ulama-ulama yang seperguruan dengan Guru Mujib saat mengaji dengan Guru Khalid diantaranya :
1. Guru Ya'qub Kebon Sirih,
2. Guru Ilyas Cikini,
3. Guru Rahab Citayem,
4. KH. Ma'mun Abdul Karim Rawa Belong,
5. KH. Mukhtar Siddik Kemayoran,
6. KH. Abdurrahman Bojong Gede,
7. KH. Yahya Suhaimi.
Maka silsilah ilmu Guru Mujib melalui Guru Khalid ini bersambung kepada Asy-Syaikh Mukhtar Ath-Tharid dan Asy-Syaikh Umar Bajunaid, karena Guru Khalid diketahui bermukim dan belajar di Makkah selama sebelas tahun, dan berguru dengan ulama-ulama Makkah dan Madinah, diantaranya kedua ulama tadi.
Adapun sanad ilmu Guru Mujib dari jalur Guru Khalid pada gurunya di Tanah Betawi, maka bersambung ke Sayyid Usman Al-Mufti. Karena memang Sayyid Usman dapat dikatakan sebagai gurunya dari guru-guru sepuh ditanah Betawi.
Diantara murid-murid Sayyid Usman :
--------------------------------------------------------------
1. Habib Ali Al-Habsyi Kwitang, yang menjadi guru dari Kiyai Abdullah Syafi'i (Perguruan Asy-Syafi'iyah) dan KH. Thahir Rahili (Perguruan At-Thahiriyah).
2. Sayyid Abu Bakar Al-Habsyi Kebun Jeruk Jakarta.
3. Sayyid Muhammad bin Abdurrahman Pekojan,
4. Guru Mansyur Jembatan Lima (1878-1967). Guru Mansyur, begitu panggilan akrabnya, merupakan seorang ilmuwan Betawi di zaman penjajahan Belanda.
5. Guru Ma'ruf Kampung Petunduan Senayan,
6. Tuanku Raja Kemala Aceh,
7. Kiyai Muhammad Thabarani, penghulu Pekojan Jakarta.
8. Guru Khalid Gondangdia,
9. Guru Mughni Kuningan,
10. Guru Marzuki Jatinegara,
11. Guru Mahmud Menteng,
12. Guru Mahbub kampung Jawa, kota.
Dan banyak lagi Guru-guru lainnya yang menjadi murid As-Sayyid 'Utsman bin Yahya Al-Mufti.
C. Ulama - Pejuang.
-----------------------------
Sepulangnya ke tanah air dari menuntut ilmu, Beliau membuka pengajian dengan mengajarkan fiqih, tauhid, akhlak, dan membacakan maulid. Namun tidak sebatas membacakan maulid, ia juga menyusun kitab maulid rawi berbahasa Melayu Jakarta yang ditulis dalam tulisan Arab Melayu, berjudul Bacaan Maulid Nabi Muhammad saw.
Kitab ini adalah terobosan baru bagi umat Islam di Betawi maupun di Indonesia. Karena sejak tahun 1940 sampai sekarang, rawi ini dibacakan dengan grup rawinya tersendiri yang lengkap dengan rebananya.
Tim rawi tersebut sekarang tergabung di Ikatan Seni Betawi Tenabang (ISBAT). Bahkan, pukulan rebananya memang khas pukulan Tenabang. Kelebihan maulid rawi bahasa Indonesia ini adalah orang awam yang tidak memahami bahasa Arab dapat menikmati dan menghayati pembacaan rawi Maulid Nabi saw. karena dapat dipahami.
Guru Mujib bukan hanya mengarang kitab maulid rawi bahasa Indonesia saja, ada beberapa kitab lainnya di bidang fiqih dan akhlak.
Guru Mujib juga dikenal kepahlawanannya. Pada agresi Belanda II yang mendompleng dengan sekutu, tentara Gurka menembakan meriamnya dari Pekuburan Karet Bivak ke arah Tenabang. Orang-orang lari berlindung ke musholla Guru Mujib. Konon, ketika orang-orang berlindung di mushollanya, Guru Mujib dengan segenap karomah yang dianugerahkan ALLOH SWT, Beliau keluar rumah untuk menghalau peluru meriam dengan sabetan sorbannya. Kisah ini begitu membekas di hati orang-orang Tenabang dan kemudian dikisahkan turun-temurun sampai sekarang.
D. Da'wah nan melekat dihati umat.
------------------------------------------------------
Da'wah Guru Mujib amat melekat dihati masyarakat Tenabang asli. Petuah nasehat Beliau tidak sekedar difaham, bahkan dihapal oleh masyarakat Tenabang dahulu.
Buyut ane (penulis), neneknye ayahanda, saban empok-empok ane supaya ane cepet tidur, ade aje bacaan wirid yang dihapalnya dari Guru Mujib. Dan yang masih terngiang ditelinga ane adalah syair (pantun) Guru Mujib yang amat melekat dihati ane, sampe besarpun ane masih hapal pantun tersebut :
"Sedikit makan, sedikit minum, sedikit pules.
Hey sudare, jangan bosen, jangan mare.
Pergi ngaji, tuntut ilmu, dan menderes¹.
Simak guru, tulis bace, biar teges.
Jangan bodoh, jangan jahat, jangan males.
Kite bae' ², masuk sorge, TUHAN bales".
Guru Mujib wafat pada tahun 50-an dan dimakamkan di salah satu tempat di sekitar Pekuburan Karet Bivak Tenabang. Namun orang tidak bisa menemukan kembali kuburannya karena telah ditimbun oleh apartemen yang berdiri di atas makamnya.
Meski tak diketemukan lagi jasad Beliau sedikitpun... namun perjuangan dan jasa Beliau tetap membekas dihati umat...
Engkaulah Ulama...
Jerih payahmu dalam menjaga aqidah umat, moga menjadi catatan kebaikanmu dinegeri akhirat...
Semoga ALLOH kan mempertemukan kami dengan mu...
Dengan berkah Cinta kami....
Aamiin...
رب فانفعنا ببركتهم.. واهدنا الحسني بحرمتهم
وامتنا في طريقتهم... ومعافاة من الفتن
AMSY
Sumber tulisan :
------------------------
1. Tutur lisan KH. Mu'allim Syafi'i Hadzami.
2. Tutur lisan Ayahanda (KH. Muhammad Syukur Ya'qub).
3. Rakhmad Zailani Kiki, sumber: Genealogi Intelektual Ulama Betawi, Jakarta Islamic Centre, 2011.
4. Merdeka.com.
5. Republika.co.id
Foot note :
---------------
¹ Menderes : ngulang-ngulang pelajaran.
² Bae : sholeh / taat.
Kiriman Gus Asep Wahyu (Nahdlatul Ulama 3)
Posting Komentar