HABIB ALI BIN ABDURRAHMAN AL HABSYI KWITANG, GURU SPIRITUAL Ir. SOEKARNO.
Setiap bulan Agustus, mendekati tanggal 17 sebagai hari kemerdekaan Indonesia seluruh warga masyarakat Indonesia mengibarkan bendera merah putih. orang yang pertama kali menyerukan hal itu adalah Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi Kwitang.
Sewaktu Ir. Soekarno bebas dari penjara Sukamiskin dijemput oleh sanak famili dan kawan karib, diantaranya adalah M. Husni Thamrin yang mengajak Bung Karno untuk tinggal di Batavia/Jakarta. Sewaktu tiba di Batavia Bung Karno diajak oleh Husni Thamrin menemui Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi di kampung Kwitang. Di sana Bung Karno tinggal selama 4 bulan dengan mendapat nasihat dan ikut pengajian Habib Ali baik di rumah maupun di Masjid Kwitang.
Suatu hari saat Bung Karno sedang ikut hadir pada pengajiannya Habib Ali di Masjid Kwitang M. Husni Thamrin datang untuk menjemputnya guna menghadiri pertemuan dengan masyarakat Batavia. Lalu Bung Karno meminta ijin kepada Habib Ali untuk menghadiri acara tersebut. Dan Habib Ali pun mempersilakannya. Dengan masih bersarung Bung Karno menghadiri pertemuan tersebut didampingi M. Husni Thamrin.
Itulah permulaan dekatnya Bung Karno dengan Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi Kwitang Jakarta.
Pada tanggal 16 Agustus 1945 terjadilah peristiwa Rengas Dengklok. Dimana Bung Karno dan Bung Hatta serta lainnya diamankan oleh para pemuda di Rengas Dengklok Karawang. Haji Darip dari Klender salah satu yang ikut pada waktu itu sempat mengusulkan agar para tokoh ditempatkan di tempat yang layak, karena waktu itu mereka ditempatkan di pinggir kali. Haji Darip mengusulkan kepada Sukarni dan kawan-kawan agar Bung Karno dan Bung Hatta ditempatkan di rumah yang layak dan akhirnya ditempatkan di rumah warga etnis Tionghoa yang bernama Djie Kiaw Siong.
Pada waktu itu ada perundingan antara Golongan Tua dan Golonga Muda dalam merumuskan dan menyusun teks Proklamasi yang berlangsung pada pukul 2 dini hari hingga pukul 4 menjelang waktu sahur. Teks Proklamasi ditulis di ruang makan Laksamana Tadashi Maida di Jl. Imam Bonjol. Setelah Sahur dan sesudah adzan Shubuh Bung Karno menyempatkan diri ke Kwitang dengan menyamar untuk menemui Habib Ali al-Habsyi guna memohon doa restu besok akan diadakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Maka tak heran jika pembacaan teks proklamasi yang semula dijadwalkan pagi hari tertunda sampai jam 10. Dikarenakan Bung Karno sowan dulu ke kediaman Habib Ali guna meminta restu.
Hari Jum’at 17 Agustus 1945 M. bertepatan dengan 9 Ramadhan 1364 H jam 10 siang dibacakan teks Proklamasi oleh Bung Karno sekaligus pengibaran bendera Merah Putih yang dijahit oleh Ibu Fatmawati.
Selang dua jam setelah dibacakan Proklamasi, Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi mengumumkan kepada Jamaah Sholat Jum’at di Masjid Kwitang Bahwa negara ini telah diproklamirkan kemerdekaannya, Habib Ali memerintahkan agar seluruh Umat Islam memasang bendera merah putih di rumah dan kampungnya masing masing. Habib Ali menegaskan agar apa yang di umumkannya disebarluaskan.
Kabar tentang pengumuman oleh Habib Ali Kwitang cepat menyebar dikalangan Masyarakat Jakarta khususnya para Ulama dan Habaib, Guru Mansur dari Jembatan Lima yang mendengar maklumat dari sang guru langsung membuat bendera Merah putih dan dipasang di atas menara Masjidnya, Habib Ali bin Husein Al-Attas pula tidak ketinggalan ikut memasang bendera merah putih di depan kediamannya, begitu pula Habib Salim bin Jindan memasang bendera di depan rumahnya, sampai sampai banyak masyarakat yang bertanya kepada Habib Salim
”Ya Habib Salim, ada apa dan kenapa bendera merah putih kau kibarkan di depan rumahmu ?”
Habib Salim menjawab, ”Apa kalian tak dengar kabar bahwa ini negeri telah merdeka, ketahuilah ini negeri telah merdeka dan lambang dari kemerdekaannya adalah bendera Merah putih ini, sudah kalian jangan banyak tanya lagi, lekas kalian buat bendera merah dan putih lalu pasang di rumah kalian, kalau ada yang tanya, bilang kalau negeri ini sudah Merdeka “
Karena banyaknya masyarakat Jakarta yang tiba-tiba memasang Bendera Merah putih di rumahnya, Para Penjajah Jepang gusar dan masih belum rela menerima kemerdekaan Indonesia. Para tentara Jepang pun diturunkan untuk merampas bendera merah putih dari rumah-rumah penduduk khususnya di kediaman para tokoh, tidak ketinggalan penggeledahan dilakukan di rumah Habib Ali Kwitang. Habib Ali menolak sama sekali untuk menurunkannya hingga Habib Ali pun ditahan, begitu juga Guru Mansur , beliau diminta menurunkan bendera dari menara Masjid akan tetapi Guru Mansur mempertahankannya hingga di berondongkannya peluru ke menara Masjid,tapi Guru Mansur tetap Pada pendiriannya yang pada akhirnya Guru Mansur pun ikut ditahan oleh Jepang.
Pihak Jepang pun kewalahan karena makin banyaknya orang yang ditahan, mengakibatkan tidak cukupnya ruang tahanan, lalu dengan sangat terpaksa pihak Jepang membebaskan masyarakat yang ditahan termasuk para Alim Ulama dan Habaib.
Pada akhirnya Jepang pun hanya bisa pasrah dengan Masyarakat Jakarta yang mendukung Kemerdekaan Negara Indonesia.
Maka tradisi pengibaran bendera merah putih di hari kemerdekaan Indonesia yang sampai sekarang terus dilakukan seluruh rakyat Indonesia, itu yang pertama kali menyerukan/ memerintahkan seorang ulama, seorang habaib dialah Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi kwitang, Jakarta. guru spiritual Ir. Soekarno.
Teruntuk para habaib, ulama, kyai dan pejuang kemerdekaan, al fatihah.
Kiriman Gus Muhammad Abid Muaffan
Posting Komentar