GUS BAHA'


GUS BAHA'

Gus Baha  bercerita bahwa tidak selamanya keburukan itu buruk. 
Ada hal-hal di balik keburukan yang kadang mata manusia tak memahaminya secara jelas.

Secara umum, Gus Baha berpesan bahwa segala yang saat ini tampak buruk, bukan berarti akan buruk selamanya. 
Ada potensi perubahan pada tiap manusia. 
Mereka yang saat ini tampak buruk, bisa jadi, hanya proses menuju sesuatu yang baik.

“Banyak kisah tentang wali (dalam kitab Tobaqot Auliya) yang awalnya terkesan buruk, tapi sesungguhnya tidak.” 
Kata beliau.

Gus Baha bahkan menceritakan tentang khasanah wali. 
Dulu, kata Gus Baha, ada seseorang yang diangkat menjadi wali hanya karena suka membeli arak. 
Seseorang yang menghabiskan banyak uang untuk membeli arak. 
Dia membeli arak. 
Terus membeli arak.

Hingga dia yang semula kaya raya, uangnya habis dan usahanya bangkrut karena terus-menerus digunakan untuk membeli arak. 
Namun, lantaran kelakuannya itu, si Fulan justru diangkat sebagai wali.

Orang-orang mengira jika si Fulan pembeli arak ini adalah orang yang buruk dan ahli neraka. 
Sebab, suka membeli arak. 
Tapi, saat meninggal dunia, yang menyalati justru para wali. 
Orang-orang kekasih Allah. 
Orang-orang yang sangat dekat dengan Allah.

Tak ada yang tahu jika Fulan pembeli arak ini membeli arak untuk sebuah misi keselamatan. 
Dia punya niat yang tak terbaca oleh orang lain. 
Arak yang dia beli tidak dikonsumsi. 
Si Fulan justru membeli arak untuk mengamankan desanya.

Si Fulan tidak mengizinkan ada arak beredar di desanya. 
Karena itu, dia selalu membeli arak yang tampak di desa. 
Orang-orang melihatnya sebagai penadah arak. 
Padahal, setelah dibeli, arak itu dibuang begitu saja. 
Karena lelakon itu, si Fulan diangkat sebagai wali.

Gus Baha juga bercerita tentang sosok wali, Abdul Wahab Asy-Sya’roni. 
Suatu hari, Imam Sya’roni bertemu seorang ahli fiqh yang menggunakan celana pendek. 
Beliau dengan santai sedang berbincang dan bermain bola bersama masyarakat.

Saat pulang, di dalam hati, Imam Sya’roni membatin: “Ahli fiqh dan ulama kok pakai celana pendek”, begitu batinnya.

Di perjalanan, sebelum sampai rumah, ahli fiqh tersebut mendatangi Imam Sya’roni. 
Si ahli fiqh berada di awang-awang (kakinya tidak menempel tanah) sambil berkata:

“He, cangkemu sing apik.” Ucap si ahli fiqh, “wong-wong iku gelem kumpule ya wayah dolanan, awakmu gelem ndakwahi to piye?”.

Imam Sya’roni pun langsung paham.

Gus Baha berpesan agar kita tidak kagetan. 
Sekaligus tidak mudah menghukumi. 
Terutama dalam melihat fenomena sosial di masyarakat. 
Sebab, perkara yang tampaknya buruk, bisa jadi sekadar wasilah menuju kebaikan.

#copas

Kiriman Thoriqoh Sadariyah - Nahdlatul Ulama 3

-------------------------------------------------------------------------------
Mohon doa, bimbingan, arahan dan nasehat serta motivasinya selalu. 🙏🙏

#El_HaChannel
#LsmAqilaQuds
#AlmasBatrisyia
#GandrungSembako
#AngkringanGrahaElpiji
#H2_KrandonMajuBarokah
Label:

Posting Komentar

[blogger]

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget