NU PENEGAK PANCASILA
9 Fakta Sejarah NU Menegakkan Pancasila. Nahdlatul Ulama (NU) sejak berdiri tahun 1926 mempunyai komitmen yang sangat besar dalam membangun bangsa dan negara. Kebangkitan ulama bukanlah sebatas mengaji semata, melainkan bangkit membangun kemaslahatan untuk masyarakat secara luas, sehingga tercipta negara yang damai, adil dan makmir. Sejarah NU menjadi bukti nyata peran besar NU untuk Indonesia tercinta ini.
9 Fakta Sejarah NU. Ini adalah bukti penelusuran fakta-fakta kesejarahan yang membuktikan peran NU dalam menegakkan Pancasila. Peran ini menjadi saksi sejarah tegaknya Negara
.
9 Fakta Sejarah NU Pertama, Rais Akbar NU Hadratusysyaikh KH Hasyim Asy’ari merestui lahirnya Pancasila.
Saat Tim 9 yang bertugas merumuskan Pancasila belum mendapatkan kata sepakat dalam rumusan Pancasila, datanglag utusan Tim 9 itu kepada Hadratusysyaikh KH Hasyim Asy’ari. Utusan ini khususnya meminta pendapat tentang kalimat “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” yang masih diperdebatkan.
Poin agama menjadi simpul atau garis besar persoalan yang diambil Soekarno yang akhirnya menyerahkan keputusan tersebut kepada Hadlratussyekh KH Hasyim Asy’ari untuk menilai dan mencermati serta memeriksa kebenaran (mentashih) apakah Pancasila 1 Juni 1945 sudah sesuai dengan syariat dan nilai-nilai ajaran Islam atau belum.
Tim 9 itu menuju Jombang untuk menemui KH Hasyim Asy’ari. Sesampainya di Jombang, Kiai Wahid yang tidak lain adalah anak Kiai Hasyim sendiri melontarkan maksud kedatangan rombongan. Setelah mendengar maksud kedatangan rombongan, Kiai Hasyim Asy’ari tidak langsung memberikan keputusan.
Prinsipnya, Kiai Hasyim Asy’ari memahami bahwa kemerdekaan adalah kemaslahatan bagi seluruh rakyat Indonesia, sedangkan perpecahan merupakan kerusakan (mafsadah) sehingga dasar negara harus berprinsip menyatukan semua.
Untuk memutuskan bahwa Pancasila sudah sesuai syariat Islam atau belum, menurut Gus Muwafiq, Kiai Hasyim Asy’ari melakukan tirakat. Di antara tirakat Kiai Hasyim ialah puasa tiga hari. Selama puasa tersebut, beliau meng-khatam-kan Al-Qur’an dan membaca Al-Fatihah.
Setiap membaca Al-Fatihah dan sampai pada ayat iya kana’ budu waiya kanasta’in, Kiai Hasyim mengulangnya hingga 350.000 kali. Kemudian, setelah puasa tiga hari, Kiai Hasyim Asy’ari melakukan shalat istikharah dua rakaat. Rakaat pertama beliau membaca Surat At-Taubah sebanyak 41 kali, sedangkan rakaat kedua membaca Surat Al-Kahfi juga sebanyak 41 kali. Kemudian beliau istirahat tidur. Sebelum tidur Kiai Hasyim Asy’ari membaca ayat terkahir dari Surat Al-Kahfi sebanyak 11 kali.
Paginya, Kiai Hasyim Asy’ari memanggil anaknya Wahid Hasyim dengan mengatakan bahwa Pancasila sudah betul secara syar’i sehingga apa yang tertulis dalam Piagam Jakarta (Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya) perlu dihapus karena Ketuhanan Yang Maha Esa adalah prinsip ketauhidan dalam Islam. Sila-sila lain yang termaktub dalam sila ke-2 hingga sila ke-5 juga sudah sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip ajaran Islam. Karena ajaran Islam juga mencakup kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan sosial.
Atas ikhtiar lahir dan batin Kiai Hasyim Asy’ari tersebut, akhirnya rumusan Pancasila bisa diterima oleh semua pihak dan menjadi pemersatu bangsa Indonesia hingga saat ini.
Kiriman Nyai Martagati (GMNU)
Posting Komentar