Kiai Wahab Hasbullah, Pahlawan Tanpa Gelar
Oktober 28, 2017
agama
,
artikel
,
budaya
,
ekonomi
,
pendidikan
,
politik
,
sosial
,
tokoh
Kiai Haji Wahab Hasbullah merupakan seorang tokoh pergerakan dari pesantren.Sebagai seorang santri yang berjiwa aktivis, beliau tidak bisa berhenti beraktivitas, apalagi melihat rakyat Indonesia yang terjajah, hidup dalam kesengsaraan, lahir dan batin.Beliau tidak tega melihat kondisi bangsanya yang mengalami kemerosotan hidup yang mendalam, kurang memperoleh pendidikan, mengalami kemiskinan serta keterbelakanagan yang diakibatkan oleh penindasan dan pengisapan penjajah. Melihat kondisi itu, pada tahun 1916 beliau mendirikan organisasi pergerakan yang dinamai Nahdlatul Wathon (kebangkitan negeri), tujuannya untuk membangkitkan kesadaran rakyat Indonesia dan pada tahun 1918 mendirikan nahdlatul tujjar (kebangkitan saudagar) sebagai pusat penggalangan dana bagi perjuangan pengembangan Islam dan kemerdekaan Indonesia. Kiai Hasyim Asy’ari sebagai pemimpin organisiasi ini, sedangkan Kiai haji Wahab hasbullah sebagai Sekretaris dan bendahara, dan Salah seorang anggotanya adalah Kiai Bisri Syansuri.
Pada tahun 1919 kiai haji wahab hasbullah mendirikan taswirul afkar karena perkembangan dunia yang semakin kompleks. Di tengah usaha melawan penjajah muncul persoalan baru di dunia Islam, yaitu terjadinya ekspansi gerakan Wahabi dari Najed, dan pada tahun 1924 Arab Pedalaman menguasai Hijaz tempat suci Mekah dan menaklukkan Madinah pada tahun 1925. Persoalan menjadi genting ketika aliran baru itu hanya memberlakukan satu aliran, yakni Wahabi yang puritan dan ekslusif. Sementara madzhab Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hanbali yang selama ini hidup berdampingan di Tanah suci itu, tidak diperkenankan lagi diajarkan dan diamalkan di tanah Suci. Tetapi, kelompok modernis Indonesia setuju dengan paham Wahabi. Oleh karena itu, Kiai haji Wahab membuat kepanitiaan beranggotakan para ulama pesantren, dengan nama Komite Hejaz yang bertujuan untuk mencegah cara beragama model Wahabi yang tidak toleran dan keras kepala, yang dipimpin langsung Raja Abdul Aziz.
Untuk mengirimkan delegasi ini diperlukan organisasi yang kuat dan besar, maka dibentuklah organisai yanag diberi nama Nahdlatul Ulama, 31 Januari 1926. KH Wahab Hasbullah bersama Syekh Ghonaim al-Misri yang diutus mewakili NU untuk menemui Raja Abdul Aziz Ibnu Saud.Usaha ini direspon baik oleh raja Abdul Aziz. Beberapa hal penting hasil dari Komite Hejaz ini di antaranya adalah, makam Nabi Muhammad dan situs-itus sejarah Islam tidak jadi dibongkar serta dibolehkannya praktik madzhab yang beragam, walaupun belum boleh mengajar dan memimpin di Haramain.
2. Biografi KH. Wahab Hasbullah
KH. Wahab Hasbullah lahir pada 31 Maret 1888 di Jombang.Beliau adalah putra dari pasangan KH. Hasbullah Sa’id dan Nyai Latifah, pengasuh Pondok Pesantren Tambakberas, Jombang, Jawa Timur..
Sejak kecil, KH.Wahab Hasbullah sudah dididik oleh ayahnya sendiri mengenai bagaimana cara hidup seorang santri.Beliau dilatih untuk shalat berjama’ah dan sesekali dibangunkan pada malam hari untuk shalat tahajud.Kemudian beliau dibimbing untuk menghafal Juz ‘Amma dan membaca Al-Qur’an secara tartil dan fasih.Selain itu juga, beliau juga dididik untuk mengenal kitab-kitab kuning.
Setelah bekal ilmunya dianggap cukup, beliau memutuskan merantau untuk menuntut ilmu di Pesantren Langitan Tuban, Pesantren Mojosari Nganjuk, Pesantren Tawangsari Sepanjang, belajar pada Syaikhona Kholil Bangkalan, Madura, dan Pesantren Tebuireng Jombang di bawah asuhan Syaikh KH. M. Hasyim Asy’ari. Disamping itu, beliau juga merantau ke Mekkah untuk berguru kepada Syaikh Mahfudz at-Tirmasi dan Syaikh Al-Yamani.
Pada saat di Makkah, selain belajar agama, KH.Wahab Hasbulloh juga mempelajari mengenai perkembangan politik nasional dan internasional bersama aktivis dari seluruh dunia.Kemudian sepulang dari Makkah, beliau tidak hanya mengasuh pesantrennya di Tambakberas, tetapi juga aktif dalam pergerakan nasional.
Melihat kondisi bangsanya yang mengalami kemerosotan hidup yang mendalam, kurang memperoleh pendidikan, mengalami kemiskinan, serta keterbelakangan yang diakibatkan oleh penindasan penjajah. Kemudian beliau mendirikan organisasi pergerakan yang diberi nama Nahdlatul Wathan (kebangkitan negeri) pada tahun 1918 dengan tujuan untuk membangkitkan kesadaran rakyat di Indonesia. Untuk memperkuat pergerakan tersebut, beliau mendirikan juga Nahdlatul Tujjar (kebangkitan saudagar) sebagai pusat penggalangan dana bagi perjuangan pengembangan Islam dan kemerdekaan Indonesia.
KH. Wahab Hasbullah merupakan seorang ulama’ yang menekankan pentingnya kebebasan dalam keberagamaan terutama kebebasan dalam berfikir dan berpendapat.Untuk itu, beliau membentuk kelompok diskusi Tashwirul Afkar (pergolakan pemikiran) di Surabaya pada tahun 1941.Kebebasan berfikir dan berpendapat yang dipelopori KH. Wahab Hasbullah dengan membentuk Tashwirul Afkar merupakan warisan terpenting kepada kaum muslim Indonesia. Beliau telah mencontohkan kepada generasi penerusnya bahwa prinsip kebebasan berfikir dan berpendapat dapat dijalnkan dalam nuansa keberagamaan yang kental. Prinsip ini tidak akan mengurangi ruh spiritualisme umat beragama dan kadar keimanan seorang muslim. Dengan prinsip kebebasan berfikir dan berpendapat, kaum muslimin justru akan mampu memecahkan problem sosial kemasyarakatan dengan pisau analisis keislaman.