Oktober 2017


Kiai Haji Wahab Hasbullah merupakan seorang tokoh pergerakan dari pesantren.Sebagai seorang santri yang berjiwa aktivis, beliau tidak bisa berhenti beraktivitas, apalagi melihat rakyat Indonesia yang terjajah, hidup dalam kesengsaraan, lahir dan batin.Beliau tidak tega melihat kondisi bangsanya yang mengalami kemerosotan hidup yang mendalam, kurang memperoleh pendidikan, mengalami kemiskinan serta keterbelakanagan yang diakibatkan oleh penindasan dan pengisapan penjajah. Melihat kondisi itu, pada tahun 1916 beliau mendirikan organisasi pergerakan yang dinamai Nahdlatul Wathon (kebangkitan negeri), tujuannya untuk membangkitkan kesadaran rakyat Indonesia dan pada tahun 1918 mendirikan nahdlatul tujjar (kebangkitan saudagar) sebagai pusat penggalangan dana bagi perjuangan pengembangan Islam dan kemerdekaan Indonesia. Kiai Hasyim Asy’ari sebagai pemimpin organisiasi ini, sedangkan Kiai haji Wahab hasbullah sebagai Sekretaris dan bendahara, dan Salah seorang anggotanya adalah Kiai Bisri Syansuri.
Pada tahun 1919 kiai haji wahab hasbullah mendirikan taswirul afkar karena perkembangan dunia yang semakin kompleks. Di tengah usaha melawan penjajah muncul persoalan baru di dunia Islam, yaitu terjadinya ekspansi gerakan Wahabi dari Najed, dan pada tahun 1924 Arab Pedalaman menguasai Hijaz tempat suci Mekah dan menaklukkan Madinah pada tahun 1925. Persoalan menjadi genting ketika aliran baru itu hanya memberlakukan satu aliran, yakni Wahabi yang puritan dan ekslusif. Sementara madzhab Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hanbali yang selama ini hidup berdampingan di Tanah suci itu, tidak diperkenankan lagi diajarkan dan diamalkan di tanah Suci. Tetapi, kelompok modernis Indonesia setuju dengan paham Wahabi. Oleh karena itu, Kiai haji Wahab membuat kepanitiaan beranggotakan para ulama pesantren, dengan nama Komite Hejaz yang bertujuan untuk mencegah cara beragama model Wahabi yang tidak toleran dan keras kepala, yang dipimpin langsung Raja Abdul Aziz.  
Untuk mengirimkan delegasi ini diperlukan organisasi yang kuat dan besar, maka dibentuklah organisai yanag diberi nama Nahdlatul Ulama, 31 Januari 1926. KH Wahab Hasbullah bersama Syekh Ghonaim al-Misri yang diutus mewakili NU untuk menemui Raja Abdul Aziz Ibnu Saud.Usaha ini direspon baik oleh raja Abdul Aziz. Beberapa hal penting hasil dari Komite Hejaz ini di antaranya adalah, makam Nabi Muhammad dan situs-itus sejarah Islam tidak jadi dibongkar serta dibolehkannya praktik madzhab yang beragam, walaupun belum boleh mengajar dan memimpin di Haramain.



2.    Biografi KH. Wahab Hasbullah
                   KH. Wahab Hasbullah lahir pada 31 Maret 1888 di Jombang.Beliau adalah putra dari pasangan KH. Hasbullah Sa’id dan Nyai Latifah, pengasuh Pondok Pesantren Tambakberas, Jombang, Jawa Timur..
       Sejak kecil, KH.Wahab Hasbullah sudah dididik oleh ayahnya sendiri mengenai bagaimana cara hidup seorang santri.Beliau dilatih untuk shalat berjama’ah dan sesekali dibangunkan pada malam hari untuk shalat tahajud.Kemudian beliau dibimbing untuk menghafal Juz ‘Amma dan membaca Al-Qur’an secara tartil dan fasih.Selain itu juga, beliau juga dididik untuk mengenal kitab-kitab kuning.
     Setelah bekal ilmunya dianggap cukup, beliau memutuskan merantau untuk menuntut ilmu di Pesantren Langitan Tuban, Pesantren Mojosari Nganjuk, Pesantren Tawangsari Sepanjang, belajar pada Syaikhona Kholil Bangkalan, Madura, dan Pesantren Tebuireng Jombang di bawah asuhan Syaikh KH. M. Hasyim Asy’ari. Disamping itu, beliau juga merantau ke Mekkah untuk berguru kepada Syaikh Mahfudz at-Tirmasi dan Syaikh Al-Yamani.
          Pada saat di Makkah, selain belajar agama, KH.Wahab Hasbulloh juga mempelajari mengenai perkembangan politik nasional dan internasional bersama aktivis dari seluruh dunia.Kemudian sepulang dari Makkah, beliau tidak hanya mengasuh pesantrennya di Tambakberas, tetapi juga aktif dalam pergerakan nasional.
       Melihat kondisi bangsanya yang mengalami kemerosotan hidup yang mendalam, kurang memperoleh pendidikan, mengalami kemiskinan, serta keterbelakangan yang diakibatkan oleh penindasan penjajah. Kemudian beliau mendirikan organisasi pergerakan yang diberi nama Nahdlatul Wathan (kebangkitan negeri) pada tahun 1918 dengan tujuan untuk membangkitkan kesadaran rakyat di Indonesia. Untuk memperkuat pergerakan tersebut, beliau mendirikan juga Nahdlatul Tujjar (kebangkitan saudagar) sebagai pusat penggalangan dana bagi perjuangan pengembangan Islam dan kemerdekaan Indonesia.

       KH. Wahab Hasbullah merupakan seorang ulama’ yang menekankan pentingnya kebebasan dalam keberagamaan terutama kebebasan dalam berfikir dan berpendapat.Untuk itu, beliau membentuk kelompok diskusi Tashwirul Afkar (pergolakan pemikiran) di Surabaya pada tahun 1941.Kebebasan berfikir dan berpendapat yang dipelopori KH. Wahab Hasbullah dengan membentuk Tashwirul Afkar merupakan warisan terpenting kepada kaum muslim Indonesia. Beliau telah mencontohkan kepada generasi penerusnya bahwa prinsip kebebasan berfikir dan berpendapat dapat dijalnkan dalam nuansa keberagamaan yang kental. Prinsip ini tidak akan mengurangi ruh spiritualisme umat beragama dan kadar keimanan seorang muslim. Dengan prinsip kebebasan berfikir dan berpendapat, kaum muslimin justru akan mampu memecahkan problem sosial kemasyarakatan dengan pisau analisis keislaman. 

KH. Mohammad Hasyim Asy’ari atau lebih dikenal dengan sapaan Mbah Kyai Hasyim,adalah pendiri Nahdlatul Ulama yaitu sebuah organisasi massa Islam yang terbesar di Indonesia.. Beliau lahir pada tanggal 10 April 1875 atau dalam Islam nya bertepatan pada tanggal 24 Dzulqaidah 1287 H di Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
KH. HasyimAsya’ri merupakan seorang putra dari pasangan Kyai Asy’ari dan Halimah. Beliau anak ketiga dari 11 bersaudara.Ayahnya merupakan seorang pemimpin Pesantren Keras, sebelah selatan Jombang.Sedangkan kakeknya, Kyai Usman memimpin Pesantren Nggedang, sebelah utara Jombang.Dan dari garis keturunan ibunya, KH. Hasyim Asy’ari merupakan keturunan ke delapan dari Jaka Tingkir (Sultan Pajang).
Sejak kecil, KH. Hasyim Asy’ari telah terbiasa mendapatkan pendidikan dan nilai-nilai dasar Islam yang kokoh. Jiwa kepemimpinan dan kecerdasannya telah terlihat sejak kecil. Ketika berusia 13 tahun, beliau sudah membantu ayahnya mengajar santri-santrinya. Sejak berusia 15 tahun, beliau mulai berkelana menimba ilmu diberbagai pesantren, antara lain Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Trenggilis di Semarang,Pesantren Kademangan di Bangkalan serta Pesantren Siwalan di Sidoarjo.
Ketika KH. Hasyim Asy’ari memperdalam ilmunya di Pesantren Siwalan di Sidoarjo,beliau dinikahkan oleh salah satu putri Kyai Ya’qub, yakni Chadidjah. Kala itu beliau tengah berusia 21 tahun. Tak lama setelah menikah, beliau beserta istri menunaikan ibadah haji ke Mekkah. Beliau kembali ke tanah air, setelah istri dan anaknya meninggal. Tahun 1893, ia berangkat lagi ke Mekkah dan menetap disana. Selama 7 tahun di Mekkah dia berguru pada beberapa Syaikh.
Tahun 1899 KH. Hasyim Asy’ari kembali ke tanah air,dan mengajar di pesantren milik kakeknya. Tak lama setelah itu, beliau mendirikan Pesantren Tebuireng, Jombang. Tak hanya menjadi sosok Kyai yang dihormati masyarakat, beliau juga termasuk seorang petani dan pedagang yang sukses. Lewat pesantren inilah KH Hasyim melancarkan pembaharuan sistem pendidikan keagamaan Islam tradisional, yaitu sistem musyawarah. Ia juga memperkenalkan pengetahuan umum dalam kurikulum pesantren, yakni Bahasa Melayu, Matematika, dan Ilmu Bumi. Bahkan sejak 1926 ditambah dengan Bahasa Belanja dan Sejarah Indonesia.
Gurunya, Kyai Cholil Bangkalan yang juga dianggap sebagai pemimpin spiritual para Kyai Jawa, pun sangat menghormatinya. Dan setelah Kyai Cholil wafat, KH. Hasyim lah yang dianggap sebagai pemimpin spiritual para Kyai.
Awalnya hanya beberapa saja yang nyantri kepada KH.Hasyim Asy’ari. Lambat laun ada peningkatan menjadi ribuan santri yang menimba ilmu pada beliau. Setelah lulus dari Tebuireng, tidak sedikit diantara santrinya yang kemudian tampil sebagai tokoh dan ulama kondang dan berpengaruh luas. KH. Abdul Wahab Chasbullah, KH Bisri Syansuri, KH. R As’ad Syamsul Arifin dan KH. Ahmad Shiddiq adalah beberapa ulama terkenal yang pernah menjadi santri beliau. Tak bisa dipungkiri pada abad 20 Tebuireng merupakan pesantren terbesar dan terpenting di Jawa, yakni sumber ulama dan pemimpin lembaga-lembaga pesantren di seluruh Jawa dan Madura. Tak heran jika beliau diberi gelar Hadratus Syaikh (Tuan Guru Besar).
Karena peran pentingnya tersebut, KH. Hasyim Asy’ari menjadi pusat perhatian serius dan beliau sempat ditahan oleh penjajah. Menghadapi penjajah Belanda, KH. Hasyim menjalankan politik non-koorperatif. Banyak fatwa beliau yang menolak kebijakan pemerintah kolonial. Fatwa yang sangat familier adalah fatwa jihad,yakni “Wajib hukumnya bagi umat Islam Indonesia berperang melawanBelanda”. Dan “cinta tanah air adalah sebagian dari iman” merupakan jargon dari beliau untuk memberi semangat melawan penjajah.
KH. Hasyim Asy’ari wafat pada pukul 03.00 pagi, tanggal 25 Juli 1947 bertepatan pada tanggal 07 Ramadhan 1366 H. Kala itu jam 9 malam sebelum wafat, beliau tengah menemui tamunya, yakni seorang tamu utusan Jenderal Sudirman dan Bung Tomo. Kemudian KH. Hasyim Asy’ari mengalami pendarahan otak setelah mendapat kabar situasi pertempuran dankondisi pejuang yang semakin tersudut. Beliau dimakamkan di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang.

Kepergian KH. Hasyim Asy’ari merupakan bela sungkawa yang amat dalam dari hampir seluruh lapisan masyarakat, khususnya para santri Tebuireng. Umat Islam telah kehilangan pemimpin besar. Dari hidup sampai akhir hayatnya, beliau tetap memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Kementerian Agama melalui Direktorat pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) akan menggelar Peringatan Hari Santri 2017. Puncak Peringatan Hari Santri tahun 2017 akan dipusatkan di Kota Semarang, pada tanggal 21 Oktober 2017 mendatang.

Terkait persiapan puncak Hari Santri tersebut, Kasubag TU Dit. PD Pontren Abdul Rouf mewakili Direktur PD Pontren menggelar pertemuan dengan Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi di Kantor Balaikota Semarang, Jumat (8/9). Dalam pertemuan itu, Abdul Rouf mengharapkan, kerja sama dan dukungan wali kota beserta jajarannya untuk suksesnya Peringatan Hari Santri tahun 2017.

“Kami mengharap dukungan kepada bapak wali kota untuk mengizinkan Kota Semarang menjadi tempat perhelatan Peringatan Hari Santri,” ujarnya.

Menurutnya, Peringatan Hari Santri merupakan momentum penting peran kontributif santri bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia.  Dikatakannya, untuk tahun 2017, tema Hari Santri 2017  adalah: Wajah Pesantren, Wajah Indonesia..

Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi sangat mengapresiasi dan mendukung penuh pelaksanaan Peringatan Hari Santri tahun 2017 yang digelar tanggal 21 Oktober 2017 nanti.  “Kami izinkan penggunaan lapangan Simpang Lima Semarang sebagai lokasi puncak Peringatan Hari Santri 21 Oktober 2017 ,” ucapnya.

Wali Kota juga berjanji akan membantu publikasi Peringatan Hari Santri tahun 2017 di sejumlah titik media publikasi milik Pemerintah Kota Semarang. Ia juga akan mengintruksikan seluruh jajaran Pemerintah Kota Semarang untuk bahu membahu mensukseskan pelaksanaan Peringatan Hari Santri tahun 2017 di lapangan Simpang Lima Semarang.
Sumber : kemenag.go.id

JAKARTA – Hari Satri Nasional 22 Oktober 2016 mendatang bakal dirayakan dengan berbagai kegiatan berskala nasional. Antara lain akan digelar Parede Nusantara Bersholawat. Dari parade ini ditargetkan sedikitnya 1 Miliar kali sholawat nariyah dapat dibacakan serentak secara nasional.
“Kemakmuran apa yang kira-kira akan diraih oleh bumi nusantara ini dengan nariyah. Bismillah, Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad,” kata Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini saat rapat perdana Panitia Hari Santri Nasional di Jakarta, Rabu (31/8/2016).
Menurut Helmy Faishal, Shalawat Nariyah dalam Parade Nusantara Bersholawat ini akan dibacakan secara serentak oleh kader santri NU dari Aceh sampai Papua. Shalawat Nariyah, imbuhnya, adalah amalan yang diijazahkan oleh para ulama masyhur di NU.
“Beberapa ulama NU mengijazahkan kepada kita untuk membacanya 4444 kali secara istiqomah dalam waktu yang ditentukan,” paparnya.
“Shalawat Nariyah adalah untuk menghilangkan rasa dendam anak bangsa ini,” imbuhnya lagi.
Selain pembacaan shalawat, panitia peringatan Hari Santri Nasional juga akan menggelar Kirab Resolusi Jihad dari Banyuwangi sampai Banten di rangkai dengan Apel upacara Hari Santri, Festival Film, Pagelaran Budaya, Musabaqah Santri Indonesia, dan Bhakti Santri untuk Negeri. (DS)

Resolusi Jihad NU yang dicetuskan Nahdlatul Ulama pada 22 Oktober 1945 belum dicabut sampai sekarang. Sehingga isi dari resolusi tersebut masih berlaku Di antara isinya, bahwa untuk mempertahankan dan menegakkan Negara Republik Indonesia menurut hukum agama Islam, termasuk sebagai suatu kewajiban bagi tiap-tiap orang Islam.
Untuk menatapktilasi resolusi tersebut, PBNU akan menggelar Kirab Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama 2016. Menurut Sekretaris Jenderal PBNU Ishfah Abidal Aziz, warga NU sangat antusias sekali pada momentum kirab tersebut karena gairah reslusi tersebut.
“Antusiasme warga NU begitu luar biasa, bukan soal hari santrinya, tapi gairah Resolusi Jihadnya. Ketika didorong, dimunculkan kembali gairah Resolusi Jihad NU, antusiasme warga NU sangat luar biasa. Di situ ketemunya,” ungkapnya di gedung PBNU, Jakarta, Selasa sore (19/9).
Ketika ditanya kenapa warga NU bergairah kepada kirab tersebut, ia sepakat dengan apa yang dikatakan Panglima TNI pada peringatan Hari Santri Nasional tahun lalu. Menurut panglima, Reolusi Jihad NU yang disampaikan Hadrotussyekh KH Hasyim Asy’arit sejak dikumandangkan, sampai saat ini belum dicabut.
“Artinya, masih berlaku, wajib bagi warga NU untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” katanya.
Kirab Resolusi Jihad NU 2016 dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional akan dimulai dari Banyuwangi (Jawa Timur) sampai Cilegon (Banten) mulai 13 Oktober sampai 21 Oktober. Pada 22 Oktober akan digelar upacara peringatan Hari Santri Nasional. Tempatnya direncanakan di Tugu Proklamasi atau di Lapangan Banteng. (Abdullah Alawi. NU Online)

Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyyah Nahdlatul Ulama (RMI NU) KH Abdul Ghoffar Rozien menyerukan agar Presiden Joko Widodo menepati janjinya dalam kampanye. Jika Presiden pernah mengusulkan 1 Muharam, RMI berpendapat 22 Oktober lebih tepat karena alasan historis.
“Ribuan pesantren dan jutaan santri sudah menunggu keputusan Presiden terkait dengan Hari Santri Nasional. Kebijakan itu, menguatkan marwah negara,” ungkap Rozien
Ia mengatakan, langkah presiden Jokowi sudah tepat untuk memberikan penghormatan kepada santri, karena jasa-jasa pesantren di masa lalu yang luar biasa untuk memperjuangkan kemerdekaan serta mengawal kokohnya NKRI,” terang Gus Rozien.
Menurut Gus Rozien, latar belakang pentingnya Hari Santri Nasional adalah untuk menghormati sejarah perjuangan bangsa ini. “Hari Santri Nasional tidak sekadar memberi dukungan terhadap kelompok santri. Justru, inilah penghormatan negara terhadap sejarahnya sendiri. Ini sesuai dengan ajaran Bung Karno, bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah, Jas Merah!” tegasnya.
Tiga Alasan Dasar
Gus Rozien menambahkan, ada tiga argumentasi utama yang menjadikan Hari Santri Nasional sebagai sesuatu yang strategis bagi negara. “Pertama, Hari Santri Nasional pada 22 Oktober, menjadi ingatan sejarah tentang Resolusi Jihad KH Hasyim Asy’ari. Ini peristiwa penting yang menggerakkan santri, pemuda dan masyarakat untuk bergerak bersama, berjuang melawan pasukan kolonial, yang puncaknya pada 10 Nopember 1945,” ungkap Gus Rozien.
Kedua, lanjutnya, jaringan santri telah terbukti konsisten menjaga perdamaian dan keseimbangan. Perjuangan para kiai jelas menjadi catatan sejarah yang strategis, bahkan sejak kesepakatan tentang darul islam (daerah Islam) pada pertemuan para kiai di Banjarmasin, 1936.
“Sepuluh tahun berdirinya NU dan sembilan tahun sebelum kemerdekaan, kiai-santri sudah sadar pentingnya konsep negara yang memberi ruang bagi berbagai macam kelompok agar dapat hidup bersama. Ini konsep yang luar biasa,” tegas Gus Rozien.
Rumusan ketiga, ungkap Gus Rozien, yakni kelompok santri dan kiai-kiai terbukti mengawal kokohnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). “Para kiai dan santri selaluh berada di garda depan untuk mengawal NKRI, memperjuangan Pancasila. Pada Muktamar NU di Situbondo, 1984, jelas sekali tentang rumusan Pancasila sebagai dasar negara. Bahwa NKRI sebagai bentuk final, harga mati yang tidak bisa dikompromikan,” jelas Gus Rozien.
Dengan demikian, Gus Rozien menambahkan, Hari Santri bukan lagi sebagai usulan ataupun permintaan dari kelompok pesantren. “Ini wujud dari hak negara dan pemimpin bangsa, memberikan penghormatan kepada sejarah pesantren, sejarah perjuangan para kiai dan santri. Kontribusi pesantren kepada negara ini, sudah tidak terhitung lagi,” tegas Rozien.
Sementara, adanya kritik terhadap rencana penetapan Hari Santri Nasional, menurut Gus Rozien merupakan hal yang wajar. “Itu merupakan hak bagi setiap individu maupun kelompok untuk memberikan kritik. Kami merespon dengan baik dan santun. Akan tetapi, jelas argumentasi epistemiknya lemah jika menggunakan teori Gertz, yang sudah dikritik sendiri oleh kolega-koleganya, semisal Talal Asad, Andrew Beatty, Mark R Woodward, dan beberapa peneliti lain. Selain itu, kelompok abangan juga sudah banyak yang melebur menjadi santri,” terang Rozien. (Aziz/Mahbib)

Semarang  - Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, mengharapkan Hari Santri menjadi momentum kebangkitan untuk melawan paham dan aksi-aksi radikalisme, serta terorisme.

"Negara Kesatuan Republik Indonesia lahir tidak lepas dari peranan santri. Peringatan Hari Santri ini sebagai bukti jika santri bisa membangun bangsa," katanya, di Semarang, Sabtu.

Hal tersebut diungkapkan Prihadi di sela peringatan Hari Santri Nasional yang berlangsung di Balai Kota Semarang yang dimeriahkan dengan berbagai kegiatan.

Menurut dia, peranan santri dan alim ulama di Indonesia sangatlah besar, terutama saat perebutan kemerdekaan Indonesia, yang membuktikan kontribusi perjuangan agar Indonesia lepas dari penjajah.

Hari Santri Nasional yang ditetapkan melalui Keputusan Presiden  Nomor 22/2015 tentang Hari Santri, kata dia, haruslah dimaknai sebagai momentum memperteguh diri dalam NKRI.

"Hari Santri Nasional adalah perekat seluruh masyarakat. Hidup Santri!," seru Prihadi, yang langsung disambut tepuk tangan menggema dari para peserta dan tamu undangan yang hadir.

Peringatan Hari Santri Nasional di Balai Kota Semarang berlangsung meriah dengan berbagai pertunjukan oleh santri, seperti pencak silat, drum band, serta pementasan barongsai. Temanya adalah "Merajut Kebhinnekaan dan Kedaulatan Indonesia"

Suasana semakin khidmat saat seluruh peserta upacara menyanyikan bersama lagu mars Syubbanul Wathon dan seiring secara serentak mengibarkan-ngibarkan bendera Merah Putih yang mereka bawa.

Selain itu, juga dilakukan penandatanganan deklarasi santri Kota Semarang menolak radikalisme dan narkoba.
Usai upacara, para santri berjalan kaki dari Balai Kota Semarang, Jalan Pandanaran, Simpang Lima, menuju Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal Semarang untuk mengikuti tahlilan massal.
Editor: Ade Marboen
sumber. antara news

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget